"Biar kutebak. Pria itu mencarimu kan?" Jisung bertanya dengan alis menyatu ketika mendapati orang didepannya mengabaikan ponsel yang berbunyi sejak tadi.
Jihoon mendongak sebentar lalu bertanya.
"Siapa yang hyung maksud?"Jisung mendengus lalu mengunyah ayamnya tanpa perasaan.
"Kau tau jelas siapa yang kumaksud"
Jihoon diam sejenak sebelum kemudian mengangguk samar ketika yakin jika yang Jisung maksud adalah Daniel.
"Ck. Untuk apa dia mencarimu. Aku berani bertaruh jika orang yang membuatmu uring-uringan sejak pagi adalah dia" misuh Jisung. Pria berusia kepala tiga itu mencak-mencak seperti ibu-ibu yang tidak terima anaknya diajak kencan.
Jihoon tertawa kecil. Tak menjawab atau memberi respon apapun untuk tebakan Jisung. Pemuda manis itu hanya melanjutkan makannya sambil sesekali menyeruput cola dengan tenang.
Jisung menghela nafas pelan. Pria itu meletakkan ayam ditangannya lalu menatap Jihoon dengan raut serius.
"Aku tidak akan memaksamu untuk menceritakan apa yang terjadi. Aku tak ingin terlalu ikut campur dalam urusan pribadi kalian, tapi Ji.... Ingat apa yang kau katakan padaku hari itu?"
"Kau bilang padaku jika ada masalah yang datang pada kalian, kau akan tetap baik-baik saja. Cukup pegang kata-katamu. Dengan kau baik-baik saja, itu sudah cukup untukku"
Jihoon tersenyum tulus. Ia bersyukur memiliki Jisung sangat peduli padanya.
"Aku tau, hyung" sahut Jihoon.
.
.
.
.
.
"Kau baik-baik saja? Kenapa baru menjawab teleponku??"
"Aku baik. Maaf, ponselku berada didalam tas sejak tadi"
"Benar begitu?"
"Hng..."
"Baiklah. Kupikir kau menghindariku"
"Memangnya kau berbuat sesuatu yang bisa membuatku menghindarimu?"
Hening sejenak.
"Tidak"
"Bagus kalau begitu" Jihoon tersenyum kecut. Kenapa kau tidak jujur saja padaku? Aku tidak akan marah jika kau memberiku alasan. Jihoon membatin.
"Kurasa aku butuh tidur" seru Jihoon memotong perkataan orang di seberang sana.
"Pasti lelah sekali ya? Kalau begitu tidurlah dokter Park. Jangan lupa berdoa, aku juga akan tidur cepat agar bisa mengunjungimu dialam mimpi"
Manis sekali. Jihoon mengusak rambutnya pelan ketika bayangan Daniel mengatakan hal yang sama pada orang lain mampir di kepalanya.
"Hng... Kau juga" sahutnya sebelum memutuskan sambungan telepon.
Dokter muda itu langsung menyerukkan wajahnya pada bantal dalam-dalam. Kepalanya pening. Sebesar apapun dirinya mencoba menekan rasa kecewanya, nyatanya itu tak berhasil. Perasaan itu masih menetap dan mulai menggerogoti otaknya.
Pertanyaan yang sama selalu terulang dibenaknya.
Apa hubungan Daniel dan Somi?
Kenapa Daniel tak jujur padanya?
Rasanya frustasi karena ia tak bisa menanyakan langsung pada yang bersangkutan.
Jihoon memejamkan matanya lelah. Sepertinya lebih baik ia tidur. Otak dan tubuhnya butuh istirahat. Tak butuh waktu lama sampai dokter muda itu tenggelam di alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verloofde [NIELWINK] END
FanfictionJihoon kira perjodohan adalah hal paling konyol yang pernah ia alami seumur hidup. Tapi ia salah, ada yang jauh lebih konyol dan bahkan tak pernah muncul dalam mimpi terburuknya sekalipun, yaitu 'Dijodohkan dengan mantannya sendiri'. "Ini gila!"-Pa...