Chapter~ 32

323 43 4
                                        

Begitu menaiki tangga menuju lantai dua, suasana berubah tenang. Tidak ada lagi hingar bingar pesta, disini hanya ada pintu besar yang berjejer rapi, ruangan VIP yang biasanya digunakan untuk meeting atau jika ingin minum tanpa gangguan orang lain.

Jihoon jelas curiga saat melihat Jinyoung memasuki salah satu ruangan itu, tapi akan lebih baik jika ia benar-benar memastikan apakah Daehwi benar berada disini.

"Masuklah"

Jihoon masih tampak waspada ketika melewati pria itu dan memasuki ruangan yang dimaksud Jinyoung. Netranya langsung menangkap seseorang yang tengah tertidur disofa panjang dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya kecuali rambut berwarna kecoklatan. Kakinya bergerak lebih cepat dari otaknya, tanpa sadar kini Jihoon sudah berdiri didepan sofa dan tanpa ragu menarik selimut tersebut.

Wajahnya mendadak muram. Aura hitam mungkin sudah mengelilingi Jihoon saat ini.

"Kau menipuku sialan!" teriaknya. Tangan Jihoon dengan enteng menarik sebuah wig yang terpasang disebuah guling lalu melemparnya tepat ke wajah Jinyoung. Pria  itu hanya membalas dengan senyuman manis.

"Sial! Aku memang sangat bodoh sampai terjebak kembali di lubang yang sama... Minggir kau bajingan!" maki Jihoon murka. Ia baru saja akan keluar dari ruangan sebelum Jinyoung dengan gesit mengunci pintu itu lalu melempar kuncinya entah kemana.

Jihoon meraung marah.

"Kau tidak bisa begitu sayang... Aku sudah bersikap baik dengan menjamu tamuku, jadi kau juga harus membalas itu" Jinyoung tersenyum miring.

Jihoon melotot tak percaya. Tangannya sudah siap menonjok wajah itu, tapi secara tiba-tiba tubuhnya terasa limbung.

Matanya terasa buram. Kepalanya pening. Seluruh tubuhnya panas dan gemetar. Jihoon dengan cepat mendongak keatas, dimana pria itu masih bersandar manis dipintu masuk.

Walaupun terlihat buram, tapi Jihoon masih bisa melihat bagaimana Jinyoung tersenyum miring diatas sana.

“Kau meracuniku?” Jihoon berucap terbata-bata.

Jinyong terkekeh. Kaki panjangnya melangkah perlahan mendekati Jihoon lalu berjongkok didepannya.

“Aku tidak mungkin meracunimu sayang… Tenang saja”

“Aku hanya menambahkan 20% dosis afrodisiak pada minumanmu” Pria itu tersenyum manis. Tangan Jinyoung terangkat hendak membelai wajah Jihoon yang langsung ditepis oleh siempunya. Jihoon menatap nyalang pria didepannya ini. Sungguh sial, bagaimana bisa Jihoon tidak memikirkan sama sekali kemungkinan Jinyoung menyuntikkan sesuatu pada minumannya. Dan 20%?? Pantas aja tubuhnya sudah bereaksi seperti ini walaupun hanya meminum tiga tegukan.

“Kau benar-benar bajingan Jinyoung… akh”

Pria bermarga Bae itu tersenyum senang ketika melihat reaksi Jihoon terhadap sentuhan kecilnya. Ahh… Ini adalah waktu yang ia tunggu-tunggu.

Jihoon masih mencoba berontak walau seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dokter muda itu menepis jauh-jauh tangan Jinyoung yang bermain-main dipahanya. Sialan! Tubuhnya bahkan sangat sulit untuk diajak bekerja sama.

“Berhenti menjadi keras kepala Jihoon-ah… Aku tau saat ini kau membutuhkan sentuhanku lebih dari apapun” Lagi-lagi pria itu menunjukkan senyum iblisnya. Dengan mudah Jinyoung membopong tubuh Jihoon menuju sofa ditengah ruangan. Walaupun berkali-kali Jihoon mencoba untuk berontak, tapi tidak berhasil. Syaraf motoriknya seolah lumpuh. Jihoon hanya bisa merasakan desakan kuat pada tubuhnya, keinginan untuk disentuh begitu besar, tapi biarpun begitu Jihoon masih mencoba mengendalikan akal sehatnya.

“Aku- ben…ar-benar akan mem-bencimu jika kau melakukan ini Jinyong…” Jihoon bersumpah. Jinyoung tertawa kecil, pria itu mengikat kedua tangan Jihoon dengan dasi sebelum kemudian menyahuti ucapan Jihoon.

“Aku juga mencintaimu sayang”

<><><>

Tok tok tok…

Tok tok tok…

Cklek!

“Daniel?”

Nyonya Park mengerutkan alis ketika melihat calon menantunya sedang berdiri didepan pintu dengan kikuk.

“Ada apa Niel? Kau tidak terlihat baik”

Daniel tersneyum canggung sebelum kemudian mengatakan alasannya datang.
“Aku ingin bertemu Jihoon. Apa dia ada?”

“Ah… Jihoon sedang keluar, tadi kupikir dia pergi untuk bertemu denganmu”

Rasa cemas langsung menjalari hati Daniel, perasaannya tak nyaman. Tanpa membuang waktu pria itu berpamitan pada nyonya Park lalu melajukan mobilnya kearah apartemen Daehwi. Daniel hanya bisa berharap jika kekasihnya itu benar-benar berada disana, dan semua persaaan tak nyaman ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan pemuda manis itu. 

Berkali-kali Daniel mencoba menghubungi nomor ponsel Daehwi, tapi tidak ada jawaban.

Hanya memakan waktu lima belas menit sampai mobil Daniel terparkir di basement apartemen Daehwi, dengan cepat pria tinggi itu keluar dari mobilnya, berlari menuju lift dan menekan tombol lantai apartemen pria itu.

Kosong.

Daniel kembali merasa resah ketika tak ada seorangpun yang membukakan pintu. Apartemen itu tampak sunyi, seperti tak ada kehidupan. Pria itu mengusak rambutnya kasar, langkah kakinya perlahan menjauh dari pintu bernomor 109 itu.

“Kang Daniel?”

Daniel mendongak, menatap orang yang menyebut namanya.

Daehwi.

“Kenapa kau ada disini?” Daehwi bertanya bingung, tapi bukannya menjawab, Daniel malah balik bertanya.

“Dimana Jihoon?”

Pria yang lebih kecil itu mendelik tak mengerti.
“Apa kau mabuk? Kenapa mencari Jihoon disini, tentu saja dia dirumahnya” Kini gantian Daniel yang tampak bingung.

“Apa kau tidak bicara dengan Jihoon sebelum ini? Tadi saat aku meneleponnya dia bilang dia ingin menjemputmu”

“Menjemputku?? Aku bahkan baru sampai ke Seoul malam ini. Aku berada di Busan seminggu terakhir, tidak mungkin Jihoon menjemputku ke Busan kan? Kurasa aku juga belum memberitahu Jihoon jika aku pergi kesana” Daehwi menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Apa kau tidak berkirim pesan dengan Jihoon?"

"Ah... Ponselku rusak. Itu tidak sengaja terjatuh, dan aku berencana membeli yang baru setelah sampai di Seoul"

Mendengar itu Daniel menjadi semakin kalang kabut. Kalau begitu sekarang Jihoon ada dimana?

"Tunggu Niel. Coba jelaskan kenapa kau begitu panik. Kau tidak mungkin begini tanpa alasan kan" Daehwi mau tak mau ikut panik juga.

"Aku rasa ada yang tidak beres, perasaanku tak enak. Aku bahkan tak tau dimana Jihoon sekarang" Daniel menarik pelan rambutnya.

"Ah tunggu sebentar. Kurasa aku bisa melacak lokasi Jihoon melalui ponselnya. Coba kemarikan ponselmu" Daehwi merampas ponsel digenggaman Daniel. Tangan mungil itu dengan gerakan cepat menari diatas layar. Daehwi yang memang berprofesi sebagai detektif tentu tidak asing dengan lacak melacak. Karena itu, baru sekitar 5 menit mereka sudah bisa menemukan lokasi terakhir Jihoon.

"Bar? Kenapa Jihoon bisa ada di bar?" Daehwi bertanya-tanya. Daniel juga heran, tapi tanpa membuang waktu ia bergegas menuju tempat yang tertera, Daehwi tentu saja mengikuti. Ia juga khawatir dengan sahabatnya itu.

.....

....

...

..

.

Tbc

Verloofde [NIELWINK] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang