Chapter~ 4 Euphoria

476 74 7
                                    


"Astaga... Kau masih mengingat tempat ini?" Jihoon menoleh terkejut menatap Daniel. Kaki pendeknya melangkah hati-hati memasuki sebuah restoran kecil bergaya klasik yang terletak di sudut kota Seoul. Semuanya masih terlihat sama seperti empat tahun yang lalu, tak ada perubahan yang berarti.

"Hng... Aku sering kesini jika sedang rindu dengan spaghetti carbonara-nya" sahut Daniel. Pria itu menggiring Jihoon menuju spot yang paling mereka sukai, dulu. Meja paling pojok dengan jendela besar yang menampilkan halaman belakang restoran yang indah, dipenuhi bunga dan kolam ikan kecil, bahkan sekarang ada sebuah gazebo mini juga disana, pasti sang pemilik baru menambahkan itu empat tahun terakhir ini, karena Jihoon tidak ingat dulu ada itu disana.

"Wah... Aku merindukan suasana disini, bahkan carbonara-nya juga, " seru Jihoon girang. Daniel tersenyum melihatnya.

Mereka berdua memesan menu yang sama, bedanya pesanan Jihoon ditambah dengan manggo cake, ice cream sundae, dan segelas milkshake ukuran besar. Katanya ia ingin menebus rasa rindu pada makanan-makanan kesukaannya karena ia tak pernah kesini lagi sejak mereka berpisah.

"Apa bekerja sebagai dokter menyenangkan?" Daniel membuka obrolan. Jihoon mengerutkan alisnya sebentar sebelum kemudian menggeleng.

"Tidak. Aku harus menyaksikan setidaknya duapuluh kematian dalam satu hari dengan penyebab yang berbeda-beda. Tidak ada manusia normal yang tidak tertekan melihatnya" sahutnya. Terkadang pria manis itu memukul pelan meja karena tak sabar menunggu pesanannya sampai. Daniel terkekeh kecil melihat kebiasaan Jihoon yang belum berubah.

"Memangnya kenapa kau bertanya seperti itu?" Jihoon balik bertanya.

"Tidak ada. Hanya saja itu melenceng jauh dari cita-citamu dulu, kau bahkan tidak mengambil jurusan kedokteran sejak awal. Bukankah kau ingin menjadi reporter?"

"Hng. Dulu, tapi aku berubah pikiran. Gaji sebagai dokter lebih tinggi dari reporter, karena itu kupikir lebih baik aku pindah jurusan sebelum terlambat dan aku menjadi semakin tua" Daniel tertawa lagi.

"Lalu kau?"

"Hng??" Daniel mendengung, menatap pria dihadapannya dengan raut bertanya.

"Kau. Bagaimana dengan kau. Aku tidak percaya kau menjadi penerus ayahmu juga pada akhirnya... Padahal dulu kau menolak keras dengan alasan ingin menjadi tentara"

"Yah... Karena beberapa alasan"

"Lagipula jika aku jadi tentara mungkin aku tidak akan berada didepanmu sekarang. Aku akan jadi orang super sibuk yang jarang pulang. Kasihan istriku nanti... " lanjut Daniel sambil menaik-turunkan alisnga menggoda saat mengucapkan kata 'istriku'. Jihoon mendengus.

"Shut up Kang! Kau merusak selera makanku" desis Jihoon. Daniel tertawa. Mereka bercerita cukup banyak sampai kemudian makanan datang. Jihoon menatap dengan pandangan berbinar.

"Wahh... Bahkan aromanya masih sama seperti dulu" rancunya. Daniel tersenyum melihatnya. Ini bagus, lebih baik dari yang Daniel harapkan. Setidaknya Jihoon terlihat seperti sudah benar-benar memaafkannya. Walau sejujurnya Daniel masih mengharapkan sesuatu, tapi untuk saat ini, semua ini sudah cukup. Ia tak ingin menjadi serakah dan malah memperburuk situasi.

"Daniel..... Ya! Kang Daniel." Pria besar itu mengerjapkan matanya bingung saat melihat wajah kesal manusia didepannya.

"Kau melamun" kesal Jihoon. Daniel memasang wajah bersalah.

"Hehe... Maafkan aku" serunya. Jihoon menggelengkan kepalanya heran.

"Memikirkan pekerjaan?" tebaknya.

Verloofde [NIELWINK] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang