Dibalik gestur tubuh yang tegap serta punggung yang mencuat begitu kokoh ada sebuah rasa cemas yang ingin meledak bersamaan rasa gusar di dalam pikiran.
Di ujung koridor sekolah, Sunghoon melangkah dengan tergesa-gesa. Salah satu pergelangan tangannya terbalut perban. Laki-laki Park itu nyaris mengumpat kala tungkainya tak mampu membawa pergerakannya sedikit lebih cepat lantaran perihal kemarin malam yang mana ia tergelincir hingga menyebabkan pergelangan tangan beserta kaki kirinya cidera ringan.
Keringat yang mengalir membasahi pelipis dan juga lehernya kontan membuat semua pasang mata yang berlalu lalang di sepanjang koridor melabuhkan tatapan penuh tanya manakala Sunghoon kini mempercepat tempo sedikit berlari dengan langkah terseok-seok.
BRAAKKKKK!!!
Pintu kelas dibuka dengan brutal. Sunghoon berdiri di mulut pintu dengan napas terengah-engah. Sontak membuat segelintir siswa di dalam kelas menatapnya dengan heran, sejurus setelahnya pandangan Sunghoon tanggal pada bangku seorang gadis yang menjadi tujuan utamanya di pagi ini. Namun, ia tak mendapati presensi Saemi di sana.
“Lihat Saemi, gak?” tanya Sunghoon kemudian seraya berusaha menormalisasikan napasnya.
“Belum datang mungkin.”
Sunghoon menghela napasnya begitu keras, ia berbalik menyusuri koridor kembali berniat melangkahkan kakinya menuju rooftop sekolah, mungkin Saemi ada di sana.
Sepeninggal Sunghoon para siswa ramai membincangkan lelaki itu.
“Dasar aneh,” kata salah satu siswa.
Sedangkan Jungwon yang baru saja mendapati potret figur Sunghoon melintas pun terkesiap beberapa saat. Laki-laki Yang itu memicingkan kedua matanya tajam ke arah Sunghoon yang tengah berlari menaiki anak tangga, sepertinya tengah menuju rooftop sekolah.
Jungwon spontan mengencangkan otot rahang, kedua tangannya terkepal kuat hingga membuat buku-buku jarinya memutih. Sepersekian detik tatapan lelaki itu berubah menjadi nyalang.
Tak ingin membuang waktu, secara intuitif kaki Jungwon tergerak untuk menyusul Sunghoon yang sudah menaiki anak tangga.
.
.
.
“Saemi!” Sunghoon menyeru bengan sedikit lantang. Bahu Sunghoon merosot, dan tatapannya terlihat begitu frustasi tatkala ia tak mendapati sosok Saemi di sana. Sebenernya di mana Saemi? Dengan gusar, Sunghoon menyibak surai legamnya ke belakang.
Menghela napas, Sunghoon lantas berpaling arah ke arah belakang. Ia terkesiap manakala mendapati Jungwon berdiri tegak dari radius tiga meter di hadapannya dengan tatapan penuh api. Tatapan milik laki-laki Yang itu berkilat dengan kadar kemurkaan yang begitu kental.
KAMU SEDANG MEMBACA
[psh] A Mistake Between Us ✓
FanfictionApa yang bisa Sunghoon janjikan di usianya yang baru menginjak tujuh belas tahun ketika ia mendapati Jung Saemi menyerahkan sebuah barang berbentuk compact di hadapannya, serta merta tangan gadis itu bergetar hebat. "A-aku hamil, Sunghoon." warn:...