Apa yang bisa Sunghoon janjikan di usianya yang baru menginjak tujuh belas tahun ketika ia mendapati Jung Saemi menyerahkan sebuah barang berbentuk compact di hadapannya, serta merta tangan gadis itu bergetar hebat.
"A-aku hamil, Sunghoon."
warn:...
“Papa terlalu terobsesi ingin punya anak laki-laki, 'kan? Tapi kenapa dulu setelah aku hadir di kehidupan papa, papa malah menganggap aku sebagai kesalahan?”
Kedua telapak tangan Jimin meraup wajahnya dengan frustasi, waktu terasa bergulir dengan cepat saat jarum jam menunjukkan tepat pukul dua pagi.
Lintingan tembakau disesap kuat, Jimin membiarkan paru-parunya penuh dengan nikotin itu sebelum mengembuskan asapnya ke udara. Dinginnya angin malam sama sekali tak mampu mengusiknya saat pria itu duduk termangu di depan balkon dengan segenap beban yang ia bawa di dalam kepala.
Ingatannya kembali membawa Jimin pada peristiwa belasan tahun silam. Di mana ketika langit masih menggantung jingga, dia datang menemui Mina di kedai tteokbokki tempat mereka biasa bertemu untuk melepas rindu dan memadu kasih di penghujung senja.
Tapi tidak untuk hari itu, Jimin datang menemui wanita yang selama beberapa bulan belakangan mengisi kekosongan dalam hatinya. Senyum Mina tersungging lebar mendapati sosok Jimin datang dengan setelan jas dan juga celana kain hitam yang senada dengan warna jasnya.
"Jimin..."
Mina datang, menghambur pria itu dengan pelukan penuh kasih sayang. Namun, Jimin masih diam membeku di tempat, enggan membalas pelukan itu seperti biasanya.
"Ada apa, Jimin?" Mina dengan suara teduhnya melempar tanya, matanya dipenuhi kebingungan saat Jimin senantiasa diam saja, bahkan dia tak mendapatkan pelukan hangat dari pria itu.
"Aku ingin mengatakan sesuatu."
Mina mengangguk, wanita itu tersenyum. "Aku juga ingin mengatakan sesuatu, itu sebabnya aku datang. Akhir-akhir ini kamu susah sekali dihubungi."
Penyataan lurus yang diutarakan ampuh membuat kedua alis Jimin kontan saling beradu. Dengan segera dia berdehem meredakan kerongkongannya yang terasa tercekat, lalu membawa langkah Mina untuk duduk di sebuah kursi kayu di dekat kedai.
Mina menggenggam hangat tangan Jimin. Senyumnya yang begitu lembut seolah mampu mengusik Jimin. "Aku merindukanmu, Jimin."
"Aku tahu."
"Terjadi sesuatu denganmu? Nada bicaramu begitu dingin, tidak seperti biasanya. Ada apa?"
Jimin menggeleng. Degup jantungnya bertalu keras, mata madunya menyorot sendu mata sang kekasih. Sejujurnya Jimin bingung ingin memulai pengutaraan dari mana, lidahnya terasa kelu saat itu, beban di dalam kepalanya seolah ingin meledak.
"Mina, aku tahu, mungkin ini terlalu mengejutkan jika aku secara tiba-tiba datang dan menemuimu untuk menyatakan satu hal. Tapi... sebelum semuanya terlambat, aku.." Suara Jimin terasa tercekat. "Aku ingin mengakhiri hubungan kita sampai di sini..."
Tubuh Mina menegang bagai disambar petir, dadanya terasa luar biasa sesak saat mendapati kalimat dari pria yang dicintainya itu. Genggaman tangannya pada jari-jari Jimin mengendur.
"A-apa maksudmu?"
"Aku ingin kita akhiri hubungan ini. Aku tidak ingin kita punya hubungan apapun lagi."
"Kenapa?" Mina mati-matian menahan air mata yang bergerumul ingin jatuh memoles pipinya. Pengutaraan Jimin begitu tiba-tiba, sampai Mina merasa semua inderanya tak dapat bekerja dengan baik.
"Aku sudah memikirkannya, salah jika kita menjalin hubungan ini. Itu hanya akan membuat istriku kecewa. Lambat laun, dia akan mengetahui tentang ini sekeras apapun aku mencoba menutupinya. Dan saat tiba akhirnya nanti, itu hanya akan menyakiti diriku, dan juga hati isteriku."
"Lucu sekali alasanmu park, kita sudah sejauh itu, tapi baru sekarang kamu merasa bersalah pada istrimu."
Tatapan Jimin meredup. "Aku hanya tidak ingin menyakiti siapapun setelah ini. Jangan berusaha memojokkanku dengan kalimatmu, kamu sama sekali tidak berusaha untuk mencari jalan keluar."
Air mata tanpa suara menetes di pipi Mina, sekuat apapun dia mencoba menahannya. Hatinya hancur berkeping-keping. Kenapa harus sekarang pria itu datang untuk mengakhiri hubungan mereka, bahkan saat Mina akan membawa kabar gembira yang selama ini didamba oleh pria itu di sepanjang hidupnya.
"Lagi pula, sekarang Seulgi sedang mengandung anakku. Aku tidak ingin menyakiti hatinya lebih jauh, Mina."
"Kau menyakiti hatiku, Park! Bahkan sebelum aku berkata aku juga mengandung anakmu!"
Jimin terkejut. Pria itu menatap tajam wanita di hadapannya. "Maksudmu?"
"Aku hamil, Park! Aku mengandung anakmu!"
Tangisan itu pecah setelahnya. Sedangkan Jimin masih terpengarah, tak mampu berkata-kata. Kepalanya terasa berat bagai dipukul balok kayu, kenapa semuanya terasa begitu rumit?
Jimin meremas jemarinya dengan gusar, sebuah bom seperti sedang diledakkan di sana saat ia kembali berkata, "Gugurkan anak itu. Hubungan kita selesai sampai di sini."
"BAJINGAN!" Mina berteriak marah. "Kau yang menginginkan anak ini sebelumnya, sialan! Kau yang datang kepadaku malam itu saat kau bilang istrimu tak bisa memberikanmu keturunan!"
"Tapi kau tidak menolak sentuhanku malam itu." Jimin berkata, seolah mengejek ekspresi wajah Mina yang terlihat pucat pasi.
"Aku memang mengatakannya malam itu, karena aku kalut ayahku mengancam tidak akan memberikanku seluruh aset yang dia punya jika aku tidak memiliki keturunan dari isteriku. Aku datang menemuimu, dan kau dengan senang hati menerima sentuhanku malam itu, Mina." Jimin menyeringai, "Bukankah kita impas?"
unwritten part. flashback ke sisi di mana Sunghoon hadir di dunia ini, di mana kehadirannya tidak pernah diharapkan.
ini baru satu part yang ga tertulis ya, masih banyak sebenernya, tapi ga bakalan aku publish semua di sini karena mungkin durasinya ga muat hehe, kalau masih ada yang bertanya-tanya tentang kalimat atau scene yang terlihat janggal, bisa ditanyain aja, atau mau dipublishin unwrittennya juga boleh.. ini banyak yang ditanyain sih, aku juga sering dapat pertanyaan dari temen temen aku yang baca cerita aku juga, cuma mereka lebih puas karena udah tau keseluruhan dari part yang tidak ditulis di wattpad karena langsung dapat alur yang ga ditulis dari aku.
dari banyaknya pertanyaan tentang dialog yang tersirat tapi ga ada di alur ini yang paling banyak dipertanyakan ke aku hehe..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
jangan lupa mampir ke story aku yang ini juga ya hehe, kalian bakalan ketemu sunghoon sama saemi lagi, siapa tau berminat><♥