Setelah bell istirahat berdering dari lima menit yang lalu, Saemi menghela napas pelan manakala ia harus kuat berdiri di antara keramaian kantin demi memesan sebuah makanan. Antrean di sana masih nampak begitu panjang, padahal Saemi sudah sangat lapar karena sebelum berangkat ke sekolah gadis itu tak memberi asupan apapun untuk perutnya.
“Hai, cantik.”
Saemi terlonjak begitu mendapati sebuah tangan bertengger tanpa permisi di pundaknya—spontan menengadah kepala sembari menyorot ke samping guna melihat sang pelaku yang tak lain adalah Jay.
Laki-laki Park itu menggerlingkan bola matanya nakal. Pun kontan setelah sejemang terkesiap, Saemi menurunkan tangan kurang ajar itu dari atas pundaknya. Ia tidak nyaman sungguh.
Jay itu memang selalu menggoda Saemi ketika bertemu. Entah atas dasar suka atau hanya sekedar menggoda, Saemi tidak tahu.
CIYEEEE CIYEEEEE!!!!!
SUITTTTT SUITTTTTT!!!
GASSSSS TEROSSS JAAYYY!!
JAN KASIH KENDOR!!!
Kira-kira seperti itulah teriakan-teriakan yang mengudara dari teman segeng Jay yang tengah duduk di bangku meja kantin dari radius lima meter tempat Saemi dan juga Jay berdiri. Hampir satu kantin bereaksi sangat heboh tatkala melihat interaksi Jay terhadap Saemi.
Tetapi banyak juga tatapan-tatapan penuh ketidaksukaan menyorot lurus ke arah dirinya. Ya, sudah jelas tatapan-tatapan itu dari para gadis-gadis sekolah yang notabanenya tidak suka ketika melihat Saemi lagi-lagi diagungkan. Hell! Ini Jung Saemi, si primadona sekolah dari kelas unggulan tiga.
Sepersekian detik selanjutnya, pandangan Saemi kembali lurus menghadap ke depan kala ia lihat antrean sudah sedikit renggang, otomatis gadis itu juga tergerak untuk maju. Namun, lagi-lagi Jay juga mensejajarkan posisinya. Hal itu serta-merta membuat Saemi menyipitkan mata penuh peringatan, tetapi nampaknya Jay masih tak berniat untuk menjauh.
Saat tangan laki-laki Park itu hendak menyentuh pundak Saemi lagi, sang gadis semakin gencar menghalau tangannya.
Perlu kalian catat! Saat ini yang menggoda Saemi itu adalah Jay! Most wanted di sekolah elite ini. Saemi sama sekali tidak tertarik dengan Jay lantaran lingkup pertemanan laki-laki Park itu susah untuk ditembus dan terlalu merepotkan.
Tak jarang pula para gadis-gadis di sekolah ini yang nekat demi mendapatkan secarik perhatian dari Jay rela memberikan tubuhnya secara cuma-cuma untuk dilecehkan dengan sengaja.
Sangat menjijikkan.
Ah, iya, hampir lupa. Pasti setelah drama ini berakhir, Saemi harus stand telinga tebal nanti kalau gadis-gadis di sekolah akan menggunjingnya lagi untuk yang kesekian kali.
Saemi menghela napasnya kasar, bahunya mendadak merosot. Gadis itu terlampau tidak nyaman. Ia sudah tidak berselera lagi untuk melanjutkan antrean panjangnya.
Dengan langkah besar, ia membawa tubuhnya melenggang jauh dari para berandal sekolah, jua ampuh menatap sepasang netra elang milik Jay dengan penuh peringatan agar si laki-laki Park itu berhenti menguntit dirinya.
Ketika presensi Saemi sudah tak lagi terlihat dari pandangan, gelak tawa dari teman-teman Jay menggelegar. “Kasian mana masih muda,” cibir Jisung sembari geleng-geleng kepala. Laki-laki itu duduk bertangkring di atas kursi kantin sembari mencomot beberapa jajanan di atas meja konkret membuat Jay menghunuskan tatapan tajam. Ofc Jisung bodoh amat dengan tatapan tersebut.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[psh] A Mistake Between Us ✓
FanficApa yang bisa Sunghoon janjikan di usianya yang baru menginjak tujuh belas tahun ketika ia mendapati Jung Saemi menyerahkan sebuah barang berbentuk compact di hadapannya, serta merta tangan gadis itu bergetar hebat. "A-aku hamil, Sunghoon." warn:...