sembilan belas.

1.7K 210 4
                                    

“Jay.”

Saemi bergeming dari tempatnya sembari mengerjap skeptis, kemudian tanpa mengatakan apapun gadis itu beranjak dengan membawa dua kotak susu itu ditangannya, meninggalkan Jisung dan juga Taehyun yang menukikkan alisnya tajam atas tindakan dan juga ketidak sopanannya.

“Untung cantik,” gumam Jisung sedikit geram, diserapnya dengan baik punggung sempit gadis Jung itu yang perlahan mulai menghilang dari pandangan.

Saemi menghela napas lega setelah berhasil menjauh dari kedua lelaki itu, sebenarnya dia tidak tahu harus bersikap bagaimana tadi. Ia sangat yakin jika tadi dirinya tidak menerima susu itu pastinya Taehyun dan juga Jisung akan mendebatnya habis-habisan.

Daripada hal itu terjadi, lebih baik Saemi menerimanya. Toh yang penting sudah diterima. "Ngapain, sih, Jay ngasih ini ke aku? Kurang kerjaan banget.”

Dari radius sepuluh meter arah barat Saemi berjalan, sebuah suara gaduh berhasil menarik atensinya. Dari ujung koridor sekolah yang sepi itu, Saemi mendapati seorang laki-laki bersurai hitam sedikit cokelat tengah berlarian seperti orang kesetanan.

Awalnya Saemi tidak menyadari kalau langkah dari laki-laki itu berhenti untuknya. Begitu posisi mereka sudah saling berhadapan, dengan gerakan impulsif laki-laki yang sempat membuat kegaduhan itu mendorong dan menyudutka Saemi kebelakang tembok secara tiba-tiba. Salah satu tangannya berada di sisi kepala Saemi. Mengunci pergerakan gadis itu dengan tatapan tajam sehingga membuat Saemi gemetar takut.

.



.




.

Sunghoon menata bangku dan juga meja yang tak terpakai di atas rooftop sedemikian rupa sebelum menitahkan Saemi duduk dengan tenang. Sampai sekarang, Saemi tidak mengerti apa alasan Sunghoon tiba-tiba mengirim pesan kalau dirinya akan menunggu di atas rooftop setelah kelas usai.

Mereka duduk saling berhadapan, posisi Saemi langsung menghadap pada pemandangan kota dan gedung-gedung pencakar langit dari atas rooftop. Serta-merta didapatinya Sunghoon membuka beberapa buah kotak bekal yang tidak terlalu besar dengan isian yang sudah ditata begitu rapi nan apik.

Di dalam masing-masing kotak bekal itu tersedia beberapa kudapan diantaranya; telur gulung, salad buah, nasi, sayur-sayuran, sosis, dan juga jus jeruk dalam botol tupperware. Air liur Saemi kontan terbit saat melihat isi dari kotak bekal itu.

“Ayo dimakan.”

Saemi mengerjap saat suara Sunghoon tiba-tiba mengudara. Laki-laki itu memasang ekspresi biasa-biasa saja seperti biasanya, tenang dan datar. “Gue yang masak sendiri tadi pagi, sekali-sekali kita makan bareng di sekolah.”  

Suatu hal atau mungkin fakta yang baru diketahui oleh Saemi kalau Sunghoon ternyata bisa memasak.

“Kamu bisa masak?” Adalah pertanyaan pertama yang dilemparkan oleh Saemi. Makanan serapi dan secantik ini Sunghoon yang menyusunnya? Saemi nampak terkesan.

Sunghoon mengangguk. “Bisa, meskipun gak begitu enak.”

Saemi mengangguk maklum. Kemudian Sunghoon menyisihkan beberapa sayur yang menghalangi sosis selebihnya ia berikan kotak itu kepada Saemi.

Dengan ragu-ragu, Saemi menyendok nasi dan juga telur gulung itu ke dalam mulutnya. Begitu lidahnya sudah mencecap, bola matanya kontras berbinar takjub.

“Enak banget,” pujinya pada suapan pertama.

“Nggak enak, ya?”

Saemi mengandah menatap Sunghoon, sejurus gadis itu menggeleng tegas ini enak sekali. “Sejak kapan kamu bisa masak? Ini enak banget, lho,” sanjung Saemi tanpa malu-malu, namun justru pujian itu yang membuat Sunghoon jadi kepalang malu.

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang