delapanbelas.

1.7K 217 7
                                    

Malam harinya sekitar jam setengah delapan, Jungwon datang berkunjung ke rumah Saemi dengan membawa beberapa makanan dan juga kue kering buatan ibunya. Laki-laki berlesung pipit itu langsung membanting kasar tubuhnya di atas sofa dan mencari posisi senyaman mungkin untuk meregangkan otot-otot serta persendiannya.

Jungwon menyandarkan bahunya yang luas pada sandaran sofa, serta-merta kakinya bertangkring di atas meja dengan seenaknya. Dan berlagak menganggap rumah Saemi seperti rumahnya sendiri.

Melirik sekilas ke arah Saemi yang tengah menyantap kue kering buatan mamanya, Jungwon menggelengkan kepala skeptis dengan apa yang ia lihat saat ini. Gadis itu meletakkan panci bekas ramyeon yang baru saja dimakan hingga tandas itu di sebelah kakinya. Lantas di sekon selanjutnya ia meraih toples berisikan kue kering yang Jungwon bawa.

"Dasar perut karet," komentar Jungwon saat gadis Jung itu seolah tak menahan-nahan lagi hasratnya untuk berhenti makan.

Saemi merengut sebal. "Aku masih lapar," jawabnya acuh.

Tak mengindahkan tatapan sinis dari Jungwon, Saemi kembali memasukkan kue kacang pemberian Jungwon ke dalam mulutnya. Kue itu begitu lezat. Aromanya sangat harum, bahkan ketika masuk kedalam mulut rasanya seperti langsung meledak di dalam. Kuenya tidak keras, namun cenderung lembut dan juga manis. Sejatinya kue buatan mama Jungwon memang tak pernah mengecewakan.

"Jangan makan terus, nanti kek babi lo," kata Jungwon sebelum mengubah haluan pandang kembali menghadap layar televisi yang menyala menampilkan sebuah film bioskop.

Mendengar itu Saemi menghela napas sembari menunduk. Kalimat Jungwon memang terdengar pedas, tapi Saemi tidak marah. Jungwon benar. Semenjak hamil Saemi tidak pernah memperhatikan porsi makannya, biasanya ia makan tiga kali sehari sebelum hamil, namun kali ini berbeda. Saemi bahkan mampu makan hingga sepuluh kali sehari. Saemi juga heran dengan hal itu, ia sama sekali tak bisa mengendalikan diri apabila sudah menyangkut tentang makanan.

"Terus kalau aku kaya babi, kamu gak mau temenan lagi sama aku?" Pertanyaan yang dilontarkan Saemi terdengar sarkas.

Pun berhasil membuat Jungwon kontan mengubah posisi tubuhnya. Alis Jungwon terangkat skeptis. "Konyol banget pertanyaan lo," katanya sembari terkekeh hambar. Ya mana mungkin hanya karena Saemi seperti babi Jungwon tega meninggalkannya.

"Baperan amat ibu hamil," lanjutnya seraya mencomot kue kacang dalam genggaman tangan Saemi lantas memakannya dengan tanpa rasa bersalah.

"Aku serius, Won."

"Emang yang bercanda siapa, sih?"

Saemi mendecih. "Tau, ah ngeselin."

Jungwon menggeser duduknya lebih dekat dengan Saemi. Serta-merta tangannya mengusap lembut surai sang puan sembari terkikik geli. "Uluh-uluh ibu hamil ngambek."

Saemi kontan merona lantaran Jungwon melontarkan kalimat mengandung untaian godaan seperti itu. "Jungwon!"

"Sunghoon kaya gini juga, nggak?"

"Kaya gimana?" Saemi mengangkat alisnya bingung, pertanyaan Jungwon tidak jelas menjuru kepada titik jawaban yang mana.

"Perhatian sama lo."

Saemi mengangguk. Bibirnya mengulas senyum samar. "Tiap hari dia kesini bawain makanan."

Jungwon mengangguk paham. “Oh.”

"Won,” panggil Saemi kelewat lirih.

Jungwon berdehem. Mendadak Saemi merasa gelisah. Ia meremat-remat ujung kaosnya. "Kamu gak bakal ninggalin aku, kan?" Adalah kalimat pertama yang spontan terlintas dalam benak Saemi.

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang