empat dua.

1.5K 149 100
                                    


Warn🔞+!


tolong di skip buat yang belum cukup umur.
a lil flashback dari sudut pandang Sunghoon.

"Aku pengen makan sundubu jjigae, terus pengen waffel cokelat. Kamu tahu? Aku semalam habis makan chicken katsu dibeliin Jungwon. Terus pas Jungwon pulang, aku kebangun jam dua pagi tadi karena tiba-tiba pengen makan steak."

"Nanti pulang sekolah, kita makan steak juga, ya, Sunghoon?"

Tatapan Sunghoon langsung berubah menjadi kosong ketika Saemi mengakhiri pidato tentang semua keinginannya hari ini.

Langkah laki-laki Park itu mendadak terasa sangat berat di koridor sekolah. Sunghoon merasakan seluruh energi dalam tubuhnya seolah terkuras habis laksana raga tanpa jiwa.

Tautan tangannya yang menggenggam jemari Saemi spontan mengendur. Pun kala mendapati hal tersebut, Saemi mengandahkan kepalanya menatap Sunghoon dengan sebelah alis yang terangkat heran.

Tangan Sunghoon terasa sangat dingin.

"Sunghoon?"

Sunghoon kembali mengalihkan fokusnya manakala suara Saemi menyentak hingga membuatnya sedikit terperanjat. Masih dengan tatapan yang teramat kosong, Sunghoon lantas memberikan tanggapan, "Iya?"

"Kamu dari tadi kelihatan gak baik-baik aja, apa lagi ada masalah?" adalah pertanyaan Saemi.

Sunghoon menggeleng cepat. "Nggak, kok, aku baik-baik aja."

Mendapati jawaban dari bibir Sunghoon entah kenapa tidak membuat Saemi merasa puas. Gadis itu terlihat ragu; ingin menyangkal. Namun, agaknya Sunghoon terlampau peka dengan reaksi yang ditunjukkan Saemi. Pun Sunghoon seolah tak membiarkan gadis itu untuk mengulik lebih jauh apa yang ada di dalam kepalanya saat ini.

"Cuma agak setres aja tentang kesibukan skating. Bener-bener sepadat itu, karena kurang dari satu bulan, aku udah masuk tahap seleksi pemantapan sebelum turnamen," kata Sunghoon.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari ucapan Sunghoon. Laki-laki itu berkata jujur. Beberapa kekhawatiran dan ketakutan yang mendera dalam hatinya seolah menyergap Sunghoon habis-habisan diantaranya; kekhawatiran tentang turnamen skating, harus kuliah di Amerika setelah lulus, masalah perihal kartu debit yang dibekukan, dan kekhawatiran tentang tanggung jawabnya terhadap Saemi serta janin dalam perutnya seolah mencekik dan membuat kepala Sunghoon meledak.

Skeptis akan apa yang tengah dirasakannya, Sunghoon menghela napas lesu. Ia mendadak bimbang lantaran kini baru menyadari semua hal yang ia lakukan cenderung bersifat pragmatis.

Haruskah Sunghoon putuskan untuk menyerah dengan tanggung jawabnya tentang Saemi dan anak yang ada dikandungan gadis itu saat ini? Mungkin selama ini rasa tanggung jawab yang selalu digadang-gadang oleh dirinya sendiri hanyalah sebatas syarat dan pemanis saja. Sunghoon masih belum benar-benar yakin apakah dirinya setulus dan seserius itu untuk bertanggung jawab.

Memikirkan perihal tersebut, Sunghoon merenung semalaman. Di dalam kesesakan kepalanya, ia merajut sebuah pertanyaan "apakah rasa suka dan cintanya terhadap Saemi hanyalah sebuah obsesi dan nafsu belaka karena kecantikan serta kemolekan tubuh gadis itu yang selama beberapa minggu terakhir ini berhasil ia gauli secara sukarela?"

Jung Saemi. Gadis baik dengan paras jelita itu bahkan tidak menolak manakala Sunghoon mengajaknya untuk berhubungan badan dengan syarat asalkan Sunghoon tidak pergi meninggalkannya dan akan menikahinya kelak.

"Kamu bebas mau ngelakuin apapun, asal jangan pernah pergi dan ninggalin aku, Sunghoon."

Kalimat itu masih tersimpan dengan baik di dalam kepala Sunghoon sampai detik ini saat di mana jemari Sunghoon bergerak membuka pakaian gadis itu kala beberapa minggu yang lalu mereka sempat melakukan hubungan badan. Lagi.

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang