Seharusnya di sore ini Sunghoon dan juga Saemi hanya akan duduk berdiam diri di atas sofa ruang tengah, menjalani aktivitas seperti biasanya kendati libur akhir semester telah tiba.
Saemi tersenyum cerah seperti matahari di musim panas saat sebuah es krim cone disodorkan ke arahnya.
"Maaf, ya udah buat kamu sama Aegi nunggu lama," adalah pernyataan Sunghoon. Laki-laki itu lekas berkontribusi mendudukkan pantat di bangku taman kota bersisihan dengan Saemi setelah mengatur napasnya yang tersengal.
Saemi menggeleng ricuh, mengambil alih es krim berperisa mintchoco dari tangan Sunghoon lantas melumatnya. "Yang penting udah keturutan makan es krimnya. Terimakasih, Sunghoon!"
Sunghoon mengusung senyum kala ia dapati surai milik Saemi yang tergerai bebas terhembus oleh semilir angin. Matahari sudah hampir mengendap dibalik lautan.
Sunghoon berani bersumpah, Saemi terlihat sangat cantik dengan setelan dress pink selutut yang dikenakannya untuk pergi jalan-jalan ke taman kota pada sore ini. Parasnya yang cantik ditimpa kilau keemasan dari sang surya di ufuk barat cakrawala.
Sudah lama sekali Saemi tidak menghirup udara di luar rumah pikir Sunghoon. Dengan inisiatif Sunghoon sendiri, laki-laki itu mengajaknya pergi ke taman kota guna menghabiskan waktu dan menikmati udara di musim panas.
Setelah tak ada lagi konversasi yang diutarakan, Sunghoon meraih jemari gadis itu, menyematkan miliknya diantara celah milik Saemi yang masih kosong. "Pelan-pelan makannya, cantik."
Saemi tidak menanggapi kalimat Sunghoon. Meski pipinya sudah semerah tomat, ia melempar tanya, "Sunghoon, yang rasa vanila enak, nggak?"
"Gatau, kamu mau coba punyaku?"
Saemi mengangguk antusias. "Mau."
Es krim digenggaman tangan Sunghoon sedikit disodorkan ke arah bibir sang gadis guna memberikan akses untuk Saemi dapat mencecap. Begitu rasa dari es krim milik Sunghoon telah menyentuh lidahnya, Saemi kontan melengkungkan bibirnya ke bawah hingga membentuk garis setengah lingkaran.
"Kok lebih enak yang rasa vanila, Sunghoon?" Saemi menatap es krim digenggaman tangannya, lalu beralih menatap es krim digenggaman tangan Sunghoon. Gurat sesal tergambar jelas dari binar matanya.
Sunghoon tersenyum teduh. "Kamu bisa ambil punyaku, biar aku yang makan punya kamu."
"Tapi kamu, 'kan gak suka mintchoco." Yang Saemi tahu, Sunghoon itu paling anti dengan makanan yang berbau mintchoco.
"Kamu bisa ambil dua-duanya kalau gitu. Yang satunya buat Aegi. Aegi juga harus ada jatahnya sendiri."
Saemi menatap iris jelaga milik Sunghoon. Kedua sudut bibirnya perlahan tertarik ke atas.
Cupp.
Dengan defensif, kepala Saemi mengandah ke atas dan meraih pipi Sunghoon untuk dikecup sekilas.
"Terimakasih ayah." Bisiknya dengan malu-malu, Ia segera merunduk agar gurat merah yang hinggap di pipinya tidak terlihat.
Sunghoon sukses dibuat tercekat. Dadanya sontak berdentum keras bagai ledakan kembang api di udara. "Sama-sama, sayang."
.
.
.
Setelah menyusuri setapak jalan di pasar malam pada musim panas yang digelar hanya setahun sekali, Saemi menghela napas lelah. Kedua tangan saling bertaut, tapi bedanya Sunghoon memasukkan genggaman tangan mereka ke dalam saku blazernya karena alibi takut apabila Saemi hilang di telan keramaian pasar yang begitu menyesakkan pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[psh] A Mistake Between Us ✓
FanfictionApa yang bisa Sunghoon janjikan di usianya yang baru menginjak tujuh belas tahun ketika ia mendapati Jung Saemi menyerahkan sebuah barang berbentuk compact di hadapannya, serta merta tangan gadis itu bergetar hebat. "A-aku hamil, Sunghoon." warn:...