Cahaya lampu jalanan menyorot di malam yang sedikit sepi ini, keduanya saling berjalan di tengah sepinya gang manakala jam menunjukkan pukul sembilan malam.
Dahi Saemi mendadak berkerut manakala netranya menangkap punggung seorang laki-laki yang berdiri tepat di depan pintu rumahnya.
“Jungwon, bukan?” suara rendah Sunghoon tiba-tiba menginterupsi dari belakang.
Laki-laki itu berada di titik pusat lima puluh senti meter di belakang Saemi lantaran gadis Jung itu benar-benar mewanti-wanti agar Sunghoon tak mensejajarkan atau mengimbangi langkahnya. Memang sebau itu, ya? Batin Sunghoon dalam hati. Sebab ketika menuju perjalanan pulang menggunakan taxi, Saemi memilih duduk di belakang, sedangkan Sunghoon duduk di depan.
“Won!”
Sang empunya nama berbalik arah ketika rungunya digetarkan oleh suara sang sahabat. Jungwon mengulas senyum ketika ia dapati Saemi mengampirinya dengan langkah besar. Namun, senyuman itu tak bertahan lama saat tatapannya terpengarah kepada sosok Sunghoon yang tiba-tiba muncul di belakang punggung Saemi, sejurus sontak melempar tatapan pasif terhadap laki-laki Park tersebut.
“Kamu ngapain ke sini?”
Jungwon menggeleng. “Cuma khawatir aja,” katanya.
“Lo habis dari mana?”
“Sunghoon ngajak belanja,” jawab Saemi.
“Oh,” adalah tanggapan Jungwon.
Ia mengandah guna meluruskan tatapan kembali kepada Sunghoon yang tengah membawa dua kantung belanjaan yang terlihat begitu besar. Tangan Jungwon di sebelah kiri pun juga menggengam sebuah kantung plastik berukuran sedang.
“Ayo masuk dulu.” setelah selesai mengambil kunci dari dalam sweaternya, Saemi mempersilahkan kedua laki-laki itu untuk masuk, tetapi baru satu langkah akan masuk, Jungwon secara tunai menahan tubuh Sunghoon.
“Sebaiknya lo pulang.”
Baik Sunghoon ataupun Saemi sama-sama mengerutkan kening. Tata laras dalam intonasi kata yang terlontar dari bibir Jungwon terdengar begitu dingin. Sebuah atmosfer tiba-tiba terselubung sehingga membuat keadaan kian menegang di mana dari kedua pihak saling menghunuskan tatapan menantang.
“Kenapa, Won?” suara Saemi akhirnya memecah keheningan, meruntuhkan segala atmosfer yang tadinya menengang.
Jungwon kembali mengalihkan fokusnya kepada Saemi. Masih dengan santai ia menanggapi, “Ada yang mau gue bicarain... Tentang kak Hoseok.”
Begitu mendengar nama Hoseok mengangkasa, jantung Saemi mendadak berdetak dengan begitubkencang. “Kak Hoseok kenapa?” tanyanya penuh cemas.
“Gue bakalan bilang, tapi mending Sunghoon jangan ikut masuk. Ini, 'kan urusan keluarga orang asing ga boleh tahu.”
Saemi menggigit bagian bawah bibirnya beberapa saat, ia mendongak menatap Sunghoon dengan sendu sebelum berucap, “Sunghoon maaf, bukannya ngusir, tapi kamu pulang sekarang gak apa-apa, 'kan?” dengan ragu-ragu sebab tak enak hati apabila menitahkan Sunghoon untuk pulang begitu saja.
Sunghoon menatap Jungwon dengan air muka datar, laki-laki Park itu langsung mengangguk maklum. Dengan senang hati, Jungwon mengambil alih kantung belanjaan dari tangan Sunghoon.

KAMU SEDANG MEMBACA
[psh] A Mistake Between Us ✓
FanficApa yang bisa Sunghoon janjikan di usianya yang baru menginjak tujuh belas tahun ketika ia mendapati Jung Saemi menyerahkan sebuah barang berbentuk compact di hadapannya, serta merta tangan gadis itu bergetar hebat. "A-aku hamil, Sunghoon." warn:...