Sementara Sunghoon disibukkan oleh kegiatan skatingnya, Saemi menghabiskan hari-harinya bersama dengan Jungwon di rumah. Sudah terhitung seminggu ini Sunghoon tak berkunjung, bahkan sekedar pergi ke sekolah pun Sunghoon jarang.
Terakhir kali mereka bertemu hari selasa di sekolah. Kala itu Sunghoon berjanji kepada Saemi untuk segera menemuinya lagi dengan membawa kabar baik.
Hari ini akhir pekan. Jungwon selalu datang lebih awal ke rumah Saemi untuk mengajak gadis itu senam ibu hamil. Mengingat selama tujuh bulan kehamilan, Saemi kerap mengalami kram perut, dan kakinya beberapa hari ini mulai membengkak. Jungwon cukup prihatin dengan kondisi sahabatnya itu. Terlebih kemarin Saemi baru saja bercerita tentang problematika yang sedang dialami Sunghoon sebagaimana berimbas kepada Saemi juga.
Mereka baru saja selesai latihan senam. Tidak memakan waktu lama lantaran Jungwon tak bisa memaksakan kehendak kepada Saemi untuk mengikuti setiap instruksi gerakan senamnya. Menurut Jungwon latihan itu tidak berat, tetapi berbeda bagi Saemi. Baru sepuluh menit berlalu, ia sudah mengeluh lelah dan tak ingin melanjutkannya.
Peluh Saemi bercucuran deras. Pun dengan cepat Jungwon menyodorkan air putih dalam gelas kepada Saemi--lekas diteguk hingga tandas oleh gadis itu guna membasahi kerongkongan yang terasa tercekat.
“Udah masuk tujuh bulan, ya?”
Saemi menoleh mendapati pertanyaan Jungwon. Ia mengangguk seraya mengulas senyum simpul. “Iya, udah masuk tujuh bulan, Won.”
Jungwon tersenyum. Kedua mata bulatnya yang lucu itu kini menangkap perbedaan yang sangat signifikan pada bagian perut Saemi sudah besar dan bulat layaknya semangka utuh.
Jungwon mendesis, “Pasti berat, ya?”
“Tidak terlalu, sih, cuma ya gitu, aku udah gak bisa aktivitas terlalu berat lagi. Buat berdiri lama aja udah gak kuat,” jawab Saemi seadanya.
Memang benar, Saemi sudah tidak bisa lagi beraktivitas terlalu berat. Terkadang Saemi berpikir janin dalam perutnya ini tumbuh dengan pesat sampai terkadang membuat Saemi ingin menangis lantaran belum siap untuk menjadi orangtua di usia dini. Beberapa bulan yang lalu sebelum mengetahui kalau ia hamil anaknya Sunghoon yang bahkan adalah teman sekelasnya sendiri, Saemi masih sangat berambisi untuk menjadi seorang dokter. Namun, saat ini, di dalam tamparan fakta yang ia temui, sebuah ambisi yang awalnya berkobar laksana api itu seolah padam untuk kemudian lenyap ditelan oleh detik waktu.
Bagaimana tanggapan Jaehyun dan Hoseok nanti? Terlebih sampai detik ini mereka masih tak bisa untuk dihubungi.
“Boleh gue pegang perut lo?”
Suara Jungwon sukses menyadarkan Saemi dari lamunannya. Gadis itu tersenyum sejurus sebelum mengangguk, untuk kemudian memberikan izin kepada Jungwon.
Maka dengan perlahan, Jungwon merendahkan kepala serta-merta mendaratkan telapak tangannya di atas perut Saemi, lalu memberikan usapan-usapan lembut di atas sana.
“Halo Aegi, ini Jungwon samchon.” suara Jungwon mendayu lembut, menyapa senyap dalam heningnya ruangan. Posisi mereka berdua duduk bersisihan di atas sofa.
“Kamu baik, 'kan di dalam sana? Jangan terlalu nyusahin mamamu. Cukup ayahmu yang selalu bikin susah, kamu jangan. Oke?”
Jungwon terlihat berpikir, dan menggantung kalimatnya sejenak. Kemudian ia berdecak kesal sambil menyuarakan pernyataan, “Ayahmu itu bakalan jarang ke sini soalnya sibuk, jadi buat sementara Jungwon samchon yang jagain mama.”
Jungwon menerbitkan sebuan senyum, sehingga membuat lesung pipitnya terbit. Tak ada respon apapun yang ia dapatkan dari janin yang ada di dalam perut Saemi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[psh] A Mistake Between Us ✓
FanficApa yang bisa Sunghoon janjikan di usianya yang baru menginjak tujuh belas tahun ketika ia mendapati Jung Saemi menyerahkan sebuah barang berbentuk compact di hadapannya, serta merta tangan gadis itu bergetar hebat. "A-aku hamil, Sunghoon." warn:...