Saemi menghela napas kelewat jengah. Gadis itu mendorong kereta belanjaan dengan malas sembari menatap sekitar rak yang penuh dengan bahan-bahan makanan.
Sedangkan Sunghoon ada di belakang rak tempat susu, laki-laki Park itu sibuk memilih dan menentukan merk susu untuk ibu hamil yang akan dibeli, padahal menurut Saemi semua susu itu sama. Namun, Sunghoon kembali mendebat dengan mengatakan; seenggaknya harus dilihat dulu komposisi sama informasi nilai gizinya.
Maklum murid pintar dan juga teladan di kelas, ya seperti itu.
Sudah hampir satu jam mereka ada di pusat perbelanjaan yang ada di mall besar. Sunghoon menjemputnya sekitar setengah tujuh tadi.
Ah, iya, mengenai perihal Jay tadi sore setelah selesai melontarkan kalimat seperti itu, Saemi memilih untuk tak acuh. Gadis itu mengabaikan Jay. Toh, ia berpikir juga tidak mungkin siswa yang paling diincar karena kekayaannya di sekolah itu menyukai gadis seperti seperti dirinya. Jangan berpikir yang macam-macam, Saemi masih sangat sadar diri. Itu sebabnya Saemi lebih menyukai laki-laki yang terlihat sederhana seperti Sunghoon.
Yang ada di otak Saemi mungkin Jay tengah terlibat dalam sebuah dare, atau jika tidak sedang terlibat dare, pasti kepala Jay habis terbentur tembok hingga membuat otaknya sedikit eror.
Namun, entah kenapa bayang-bayang Jay tak terlepas dari benak Saemi sampai detik ini. Aneh memang.
Sampai Sunghoon datang dan menepuk pelan pundaknya dari belakang. “Kita beli yang ini aja,” kata Sunghoon seraya menunjukkan sebuah kardus susu ibu hamil. “Katanya ini merk yang paling bagus.”
Mangangguk sebagai tanggapan, Saemi enggan untuk memberikan komentar. Gadis itu sedikit menepi manakala Sunghoon mengambil alih kereta belanjaan. Mungkin Sunghoon menyadari dari gelagat serta raut wajah Saemi yang terlihat lelah lantaran Sunghoon dan juga Saemi pergi ke sini menggunakan bus umum. Jarak halte dan juga mallnya terlampau jauh, harus jalan kaki lagi. Itu sebabnya kaki Saemi terasa pegal sekarang. Padahal gadis itu mengiranya kalau Sunghoon akan mengajaknya pergi belanja ke sebuah swalayan kecil dekat rumah, nyatanya tidak.
Sunghoon mengambil dua kotak susu dengan rasa yang berbeda, pun kemudian ia melempar tanya, “Mau rasa cokelat atau strawberry?”
Sejenak, Saemi menimbang-nimbang susu rasa apa yang akan ia pilih. Setelah keputusannya sudah benar-benar mutlak gadis itu menjawab, “Rasa strawberry aja biar ga eneg.”
Sunghoon mengangguk, di sekon selanjutnya salah satu tangannya bergerak untuk meletakkan susu berperisa cokelat itu di tempat semula. Kemudian sesegera ia mengambil susu pilihan Saemi untuk di masukan ke dalam keranjang belanjaan yang berisikan beberapa bahan makanan. Tak tanggung-tanggung Sunghoon langsung memasukan sepuluh kardus susu berukuran 400gram.
Sontak perihal tersebut membuat kening Saemi menyerngit dengan sebelah alis menukik tajam. “Gak kebanyakan ini belinya, Sunghoon? Harganya mahal banget, lho...” Saemi nyaris tak bisa bernapas kala melihat harga dari susu pilihan Sunghoon. Lumayan mahal. Mungkin Saemi tidak akan mampu untuk membelinya setiap bulan, terlebih ia hidup hanya dengan mengandalkan uang kiriman dari Jaehyun dan Hoseok di setiap bulannya.
Untungnya Saemi itu tipe gadis yang rajin menabung, jadi kali ini ia akan menabung sedikit keras. Mungkin itu dapat membantu mengurangi beban Sunghoon meskipun sedikit sebab tidak mungkin juga ia melimpahkan segala kebutuhan dan keperluan bayinya kepada Sunghoon, terlebih laki-laki itu hanya mengandalkan uang pemberian orang tuanya.
Sunghoon menggeleng pelan. “Sekalian biar ga bolak-balik.”
“T-tapi, kan—”
“Udah konsekuensi dari awal berbuat,” sela Sunghoon dengan cepat. Membuat Saemi spontan bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[psh] A Mistake Between Us ✓
ФанфікиApa yang bisa Sunghoon janjikan di usianya yang baru menginjak tujuh belas tahun ketika ia mendapati Jung Saemi menyerahkan sebuah barang berbentuk compact di hadapannya, serta merta tangan gadis itu bergetar hebat. "A-aku hamil, Sunghoon." warn:...