sembilan.

2.3K 286 16
                                    

Kedua kaki Saemi mulai menjinjit—ia melesakkan kepalanya dalam tali tersebut. Setelah sepenuhnya leher Saemi sudah berada di dalam lingkaran tali, ia biarkan satu tungkainya untuk mengambang disusul dengan satu kaki sebelah kirinya sehingga—

“SAEMIIII!!!!!!!”

Gadis itu merosot dengan cepat saat Jungwon melepas dan merengkuh tubuhnya, sehingga membuat keduanya jatuh secara bersamaan di bawah lantai dengan posisi Saemi menindih tubuh Jungwon.

Napas Jungwon tak beraturan, Saemi nyaris membuatnya mendapat riwayat penyakit jantung dadakan kala itu.

Saemi terisak hebat, ia beranjak dari atas tubuh Jungwon kemudian berpaling muka menghindari kontak mata dengan laki-laki Yang itu.

“Lo gila, ya?!” Jungwon menyentak begitu keras, hingga membuat tubuh Saemi gemetar hebat.

Suara itu sudah sangat lama sekali tak terdengar di rungu Saemi. Namun, Saemi sudah tak peduli akan hal itu, tujuan utamanya untuk mengakhiri hidup sudah digagalkan oleh Jungwon. Pun perihal tersebut semakin membuat Saemi tidak terkendali.

Saemi memendamkan kepalanya dalam tumpuan lengan, posisinya sekarang meringkuk membelakangi Jungwon.

Tentu Jungwon semakin murka dibuatnya, ia tarik tangan sahabatnya itu hingga membuat tubuh Saemi berputar akurat menghadap dirinya. Pun, jua ampuh mempertemukan keempat mata itu dalam sebuah tatapan yang begitu dalam.

Oh Tuhan, Jungwon berani bersumpah, siapapun orang yang membuat Saemi seperti ini akan berurusan dengan dirinya.

Dengan tak segan, Saemi memeluk erat tubuh Jungwon sembari mencengkeram lengan laki-laki itu dengan tubuh yang masih terisak hebat. Tentunya Jungwon membalas pelukan Saemi tak kalah erat.

Dingin.

Itulah sensasi yang dapat Jungwon rasakan pada tubuh ringkihnya yang hanya terbalut sweater hitam tipis, ia yakin air mata Saemi berhasil menembus sweater yang dikenakannya pada saat itu.

Sepersekian detik selanjutnya, tangan Jungwon bergerak guna memberikan tepukan pelan pada punggung Saemi sebagai upaya menenangkan sahabatnya yang tengah menangis hebat itu. Jungwon tidak tahu-menahu masalah apa yang tengah di alami oleh Saemi. Ia yakin pasti teramat sangat berat, jungwon tak bisa membayangkan bagaimana jadinya Saemi kalau saja ia terlambat datang satu menit.

Syukurnya Tuhan sedang berbaik hati saat ini. Rencananya Jungwon ingin memberikan kue oleh-oleh dari ayah dan ibunya setelah berpulang ke rumah neneknya di desa.

Jungwon sengaja mengantarkan untuk Saemi tanpa mengabari lantaran Jungwon tahu persis kalau gadis Jung itu sangat suka dengan kue, tetaplah Alih-alih akan melihat ekspresi lucu dari Saemi, Jungwon malah nyaris dibuat mati berdiri atas tindakan Saemi.

“J-jungwon...” Saemi melirih, bibirnya bergetar hebat. Dadanya terasa ditekan begitu kuat sehingga membuatnya sesak.

Jungwon segera merespon dengan melepas pelukan itu sebentar, serta-merta menangkup kepala Saemi agar mengandah menatap lurus dirinya.

“Kenapa? Lo kenapa? Apa yang bikin Lo sekacau ini?”

Mata sembab dengan air mata yang mengalir membuat Saemi jauh dari kata baik-baik saja. Isaknya sudah sedikit mereda ketika Jungwon menatapnya penuh keteduhan sambol menghapus bekas-bekas genangan air mata yang menggenang di pipi gembilnya.

“A-aku takut...”

Jungwon menukik sebelah alisnya bingung. “Takut?”

Saemi mengangguk-angguk, kepalanya masih ditangkup erat oleh Jungwon, sedang napas Saemi masih terdengar naik turun. Dadanya begitu sesak manakala akan melontarkan kata dalam sebuah kalimat untuk membalas pertanyaan Jungwon.

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang