empat delapan.

921 67 22
                                    

Tim happy ending atau sad ending sini kumpul💜








“Sunghoon... aku takut...” batinnya melirihkan kalimat itu saat ia merasa kesadarannya benar-benar akan hilang. Saemi menggumamkan sebait doa untuk keselamatannya dan anak dalam kandungannya.

Saemi sadar bahwa ia harus tetap terjaga, tetapi rasa sakit yang mengambil alih seluruh kesadaran membuat tubuhnya seakan mati di detik itu juga. Apapun yang terjadi Saemi harus tetap membuka matanya. Saemi menangis hebat merasakan nyeri di bagian perutnya. Namun, suara hujan yang begitu deras meredam jeritannya.

"Sunghoon! Sunghoon tolong!" Saemi terus merancau dalam jerit tak terkendali, tubuhnya meringkuk kesakitan dengan bibir yang ia gigit dengan begitu kuat hingga berdarah.

Di ambang batas kesadarannya, Saemi merasakan tubuhnya seperti melayang ketika seseorang meraihnya dengan sangat cepat bagai kilat. Teriakan laki-laki yang baru saja datang itu terlampau keras hingga mampu mengalahkan suara hujan dan petir yang saling bersahutan.

Saemi mengenal suara ini. Meski tak terdengar jelas bagai dengungan di telinga. Pandangan Saemi terasa kabur, tepukan lirih yang berkali-kali mendarat di pipinya berhasil menahan kesadarannya yang akan lenyap ditelan detik waktu.

Saemi mendengar seseorang di hadapannya itu meneriakkan namanya dengan sekencang-kencangnya selagi ia merasakan kepalanya diangkat secara tunai dan diletakkan pada dada bidangnya.

Laki-laki itu berteriak parau, tangisan dan raungannya kembali terendam oleh suara hujan, tak serta-merta bahunya bergetar dengan sangat hebat sambil ia memeluk erat tubuh Saemi di dalam dekapannya.

“S-sunghoon.”

Sunghoon mengangkat kepalanya yang terlihat basah mendengar ujaran tersebut. Air matanya berurai melihat kondisi sang pujaan hati yang tergeletak mengenaskan di pinggir jalan. Sunghoon menangis sambil sesekali mengguncang Saemi yang kala itu sudah pucat pasi akibat pendarahan. Bibir Sunghoon gemetar, raungan serta tangisan yang keluar dari bibir indahnya terdengar begitu lantang menyesakkan dada.

"Saemi! Saemi!"

Laki-laki itu kembali berteriak histeris dan mengerang tak terkendali di tempatnya.

Apa yang sudah terjadi? Kenapa semuanya terasa begitu sulit untuk dilalui, bahkan sebelum Sunghoon dapat memperbaiki. Lagi. Di bawah bias cahaya sang lunar, guntur yang saling bersahutan, serta gelapnya malam yang tenang, takdir yang kejam seolah menertawakan ketidakberdayaan Sunghoon kala itu.

Dengan gemetar dan tangisan yang terdengar begitu menyedihkan, Sunghoon mengangkat tubuh Saemi yang sudah tidak berdaya di dalam gendongannya.

Terlepas dari seberapa kacaunya Sunghoon saat itu, Sunghoon sama sekali tak peduli tentang apapun yang menyangkut dirinya. Ia berlari menembus hujan itu lagi bersama dengan Saemi dalam gendongannya. Laki-laki Park itu sangat kecewa dan menyesal kepada dirinya sendiri karena terlambat datang untuk menyelamatkan Saemi.

Lantas, apakah ini adalah sebuah akhir dari perjalanan hidup yang telah ditorehkan Tuhan untuknya dengan Saemi? Apa ini berarti Sunghoon akan kehilangan bayinya juga?

Sunghoon menggeleng ribut. "Tetap buka mata Saemi!"

Sunghoon bersumpah dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri apabila salah satu dari kedua orang yang sangat ia cintai itu tidak selamat.

Apakah ini bisa disebut sebagai sebuah hukuman lain untuk Sunghoon? Sungguh, rasanya tidak adil bahkan ketika Sunghoon sudah mengorbankan segalanya untuk bayi dalam kandungan Saemi, tapi nyatanya takdir yang kejam justru hanya akan merenggutnya.

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang