dua empat.

1.8K 213 11
                                    


Warn!🔞+

Tolong banget aku udah kasih peringatan disini ya, plis buat kalian yang belum legal/cukup umur mohon di skip, sebelum aku panggil ibu/bapak kalian!








Setelah merebahkan tubuh Saemi di atas ranjang dan menyibak selimut sampai ke batas dada, Sunghoon berjalan mengitari ranjang ke arah jendela guna menutupnya serapat mungkin, sebagai usahanya untuk menghalau suara hujan dan kilatan petir itu dari pandangan Saemi.

Jake sudah pergi dari beberapa saat yang lalu, diambilnya earpods milik Jake yang sempat dipinjamnya sebelum laki-laki Shim itu pergi pun Sunghoon menyumpalkan earpods itu ke telinga Saemi sembari berharap jika alunan lagu yang terputar di telinga Saemi mampu mengalahkan suara gemuruh di atas langit.

Lampu ruangan sengaja tidak dimatikan, jadi apabila kilatan petir itu kembali bersahutan tidak akan terlihat di mata telanjang Saemi.

Tubuh gadis itu gemetar, bahkan terlalu lemas apabila digerakan, "S-sunghoon..." lirihnya dari tempat tidur.

Sunghoon berdehem dan mendudukkan pantat dibibir ranjang. Punggung tangannya yang pucat menyentuh kening Saemi, dirasakannya sedikit hangat, "Lo demam," ujarnya sedikit panik. Sunghoon bahkan lupa kalau dirinya sendiri menggigil kedinginan, tetapi ia menghiraukan menampilannya yang basah kuyup, "Sebentar, ya gue ambilin kompres di dapur," kata Sunghoon lagi.

Saemi menggeleng lemah, "J-jangan ke mana-mana, aku takut."

"Aku gak ke mana-mana sayang. Aku cuma ke dapur buat ambil kompres, sebentar, ya." Lantas setelah mengecup pelan punggung tangan gadis itu, Sunghoon beranjak.

.




.





.

"Jadi lo udah tau?"

Jake mengangguk kala Jungwon melontarkan pertanyaan perihal tentang tahunya dia mengenai kehamilan Saemi, kedua laki-laki itu duduk di bangku restoran yang buka 24 jam sembari menunggu pesanan datang, sesekali melempar obrolan ringan.

"Lo sama Semi deket, kan?" Tanya Jake balik, dan Jungwon mengangguk sebagai respon, "Ya sama halnya kaya gue. Gue sama Sunghoon itu deket, jadi gaada rahasia-rahasiaan diantara kita."

Jungwon diam, sudut matanya bergerak gelisah. Mengetahui itu Jake tersenyum paham, "Santai aja gue gak bakal nyebarin tentang ini. Lo bisa percaya sama gue."

"Gue berharap gitu. Lo tau, kan gue gak mau Saemi sedih dan dijauhin orang-orang. Jadi kali ini anggap aja gue percaya kalau lo bisa nyimpen rahasia tentang kehamilan Saemi."

Jake mengangguk, laki-laki itu menyeruput kopi hangat dalam cangkir, "Jadi Saemi itu punya phobia takut petir, ya?"

Jungwon tak merespon melainkan mendesah keras, "Bukan tanpa sebab Saemi takut petir..."

Jake tidak ingin dituduh lancang apabila terus menerus melemparkan tanya, sebenarnya rasa keingintahuannya teramat sangat besar, tetapi ia menahan diri dan mengurungkan niatnya. Jake hanya mengangguk berusaha mengerti, "Terus kalau lagi hujan biasanya Saemi gimana? Kan dia sendiri."

"Telpon gue, dia terlalu ketakutan kalau denger hujan. Badannya gemeteran, takut-takut kalau hujan bakalan ada petir, padahal gak semua hujan itu disertai petir. Jadi dengan telpon gue atau gak kalau gue denger suara hujan, gue langsung cepet-cepet pergi ke rumah Saemi, nutup semua jendela, nyalain lampu, sama kasih dia earphone biar dia tenang."

Jake mengerutkan kening, "Kenapa gak terapi aja? Setau gue phobia kaya begitu bisa sembuh," ujarnya.

"Udah pernah, dulu sempet sembuh. Tapi semenjak kak Hoseok sama kak Jaehyun pergi ke jepang setahun lalu jadi kambuh lagi..."

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang