dua enam.

1.9K 223 13
                                    

Sunghoon meniup sebuah debu yang menempel pada sebuah figura foto yang ia ambil dari atas meja nakas dekat lampu tidur, serta merta mengusap figura dalam genggaman tangannya. Sebuah foto seorang wanita dengan paras bak bidadari beserta surai panjang legamnya yang tergerai begitu cantik.

"Ma, Sunghoon kangen," adalah pernyataannya. Ditatapnya potret dalam figura yang merepresentasikan sosok wanita yang tengah tersenyum hangat itu, pun lantas membuat Sunghoon mendesah berat. "Apa kabar, Ma? Sunghoon kangen banget sama mama."

Perbincangan searah itu terus berlanjut kendatipun Sunghoon sadar betul ia tengah berbicara dengan sebuah benda tak bernyawa, "Sunghoon pengen ke rumah mama. Sunghoon pengen cerita banyak banget ke mama." ada jeda sejenak dalam kalimatnya, "Oh, iya Bentar lagi mama bakalan jadi nenek." Sunghoon menggariskan sebuah senyum di wajah tampan nya, "Mama bahagia, gak? Sunghoon bentar lagi bakalan kasih mama cucu yang lucu. Mungkin bakalan mirip Sunghoon."

Sunghoon terkekeh singkat sebelum kembali melanjutkan, "Maafin Sunghoon, ya belum bisa jadi laki-laki yang berguna. Nanti kalau waktunya udah pas, Sunghoon bakalan kenalin dia ke mama."

"Kenalin siapa?"

Suara berat seorang pria yang tiba-tiba menyahut itu sontak membuat Sunghoon seketika membeku, tak melanjutkan monolognya lagi, Sunghoon menggulirkan maniknya guna menyorot presensi sang ayah yang entah sejak kapan sudah berdiri dengan jarak lima kaki dari ranjang tempat tidurnya, kedua tangannya bergelung rapi di dalam saku celana kainnya, aura keangkuhan yang menguar dari gelagat sang kepala keluarga tersebut nampak terasa begitu kental.

Pertanyaan dibiarkan menggantung tanpa jawaban, Jimin mengerutkan alis menunggu Sunghoon menjawab, tetapi sudah beberapa saat berlalu tetap tidak ada respon, "Kamu mau ngenalin siapa?" ulangnya dengan nada dingin.

Sunghoon menggeleng, "Bukan siapa-siapa," jawabnya malas.

Jimin nampak tak puas mendengar jawaban tersebut, keningnya berkerut dalam, "Sunghoon...?" manik Jimin berkilat seolah mengulang pertanyaan kembali melalui iris madunya yang menatap tajam Sunghoon tanpa berkata-kata.

"Emang penting banget, ya? Sampe-sampe mau tau? Bukannya selama ini lo gak pernah peduli sama gue?" papar Sunghoon penuh tekad. Takut tetapi penuh tekad, bahkan nadanya terdengar sedikit bergetar.

"Sunghoon!" bentak Jimin spontan, matanya berkilat penuh amarah, garis rahangnya nampak begitu tegas dan gusar atas keberanian Sunghoon dalam bertutur sedemikian terhadapnya. Hampir saja Jimin menampar putra bungsunya itu jika saja ia tak menahannya.

"Bisa gak kamu kalau ngomong yang sopan? Papa ini ayah kamu! Papa ke sini cuma mau liat kamu, ngajak ngobrol kamu. Papa selama ini berusaha memperbaiki hubungan sama kamu biar kita bisa jadi keluarga yang utuh! Tapi sikap kamu ini selalu bikin papa muak! Papa gak habis pikir apa yang membuat kamu membatasi diri sama papa, sama mama Seulgi, juga sama Jay sampai-sampai kamu kaya gini. Kamu kemarin gak pulang kemana aja?"

Sunghoon diam, aura yang dipancarkan Jimin nampak begitu menakutkan dari sebelumnya, Sunghoon memilih memutus kontak mata dengan Jimin, laki-laki Park itu memunggungi sang ayah dan menarik selimut sampai batas leher, ia menutup mata seolah berlagak sudah tidur dengan baik, tak perdulikan Jimin yang terlihat semakin geram, "Jawab papa, Sunghoon!"

"Rumah Heeseung."

Helaan napas berat terdengar di rungu Sunghoon, ia tahu Jimin masih berdiri di sana dan menatapnya nyalang. Perlahan suara langkah dari sepatu yang dikenakan Jimin berdecit menjauh dari ranjangnya. Beberapa langkah kemudian pria Park itu kembali berhenti, punggungnya nampak begitu kokoh dengan jas kerja yang masih melekat manis di tubuh ringkihnya, "Papa kasih tenggat waktu dua minggu kamu buat mutusin ambil mobil yang papa beli, atau mobil itu papa jual lagi." setelah itu presensi Jimin menghilang bersamaan dengan tertutupnya pintu kamar. Meyakinkan Sunghoon dan mencoba memperbaiki hubungan layaknya seorang ayah dan anak tidaklah semudah membalik telapak tangan menurut Jimin.

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang