tigabelas.

2K 241 10
                                    

Pada keesokan harinya setelah Saemi sudah terlihat begitu rapi dengan setelan seragam sekolahnya, gadis itu menyantap hidangan telur gulung wortel yang ia buat sendiri sebagai sarapan. Setelah menyelesaikan sarapannya, tak lupa ia minum satu tablet vitamin dengan satu gelas air putih.

Menarik handle pintu rumahnya, pun Saemi terkejut ketika mendapati Sunghoon berdiri di depan mulut pintu.

"Sunghoon? Ngapain?" tanya Saemi heran. Diliriknya arloji di tangan kiri yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Yang jadi pertanyaan Saemi adalah kenapa Sunghoon ada di sini? Bukankah seharusnya ia pergi sekolah?

"Jemput lo," adalah jawaban Sunghoon.

Saemi terkekeh. "Ngapain jemput aku? Aku bisa berangkat ke sekolah sendiri, Sunghoon," tuturnya.

"Mulai sekarang berangkat sama pulang sekolah gue temenin. Berangkat gue jemput, pulang gue anter."

Lagi-lagi Saemi mengerutkan kening skeptis dikala pernyataan Sunghoon mengudara. Kedua alis Saemi saling bertaut ke heranan. "Kok gitu?"

"Lo lagi hamil anak gue. Sekiranya gue harus jadi ayah yang siap siaga 24/7."

Spontan setelah perihal tersebut selesai dilisankan, mode blush saemi turn on. Gadis itu membuang tatapan sembari berdehem. Jantungnya bekerja dua kali lebih cepat sehingga membuatnya berdebar-debar. Ini masih pagi, tapi kenapa Sunghoon jago sekali membuat jiwa raga Saemi mleyot-mleyot.

"Udah sarapan? Udah minum vitaminnya?" Sunghoon menghunuskan tatapan penuh selidik kepada Saemi.

Saemi mengangguk pelan, ia mendongak menatap iris jelaga sang lawan. Rasanya begitu tercekat manakala mendapati tatapan setulus itu.

Ini benar Sunghoon, kan? Bukan setan atau halusinasi?

"Udah gak mual lagi?"

"Jangan bahas mual, nanti malah mual beneran!"

Sunghoon segera mengangguk sebagai respons. "Iya maaf. Nanti pulang sekolah kita beli sup rumput laut."

Mendengar pernyataan Sunghoon barusan, Saemi menghela napas sebelum menggeleng ribut. "Gak usah," katanya.

Sunghoon mengangkat sebelah alis. Laki-laki Park itu mendadak bingung ketika mendapat jawaban dari gadis di hadapannya itu. Bukankah tadi pagi ia sangat ingin sup rumput laut, bahkan sampai merengek?

"Kok nggak usah?"

Saemi menghela napas jengah. "Kan pengennya tadi. Bukan sekarang. Lagian tadi yang pengen bukan aku."

Dahi Sunghoon menyerngit kian dalam, sejurus ia langsung melempar tanya, "Terus Siapa?"

"Anak kamu..."

.


.

.

Sesampainya Sunghoon dan juga Saemi di sekolah kedua remaja itu berjalan hanya sampai depan gerbang karena Saemi yang menolak ketika Sunghoon mengajaknya jalan berdua sampai depan kelas. Sudah cukup sampai di sini saja karena Saemi tak ingin menjadi bahan gosip di sekolah.

Ia menitahkan kepada Sunghoon untuk masuk terlebih dahulu. Bukan Sunghoon namanya kalau tidak keras kepala di awal, tetapi Saemi tetap bersikeras sehingga sebuah perdebatan sengit pun tak terhindarkan.

"Aku mau ke kamar mandi dulu!" Katanya sedikit sensitif. Entah kenapa mood Saemi sekarang sedang tidak baik.

Sunghoon menghela napas kelewat jengah, dengan berat hati ia mengangguk. "Kalau udah dari kamar mandi jangan kemana-mana. Langsung ke kelas gue tunggu di sana. Sepuluh menit ga balik gue susul," final Sunghoon.

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang