duabelas.

2.1K 251 28
                                    

“Jungwon!”

Merasa namanya terpanggil, Jungwon lantas merotasikan arah hadapnya menghadap belakang, sepasang netra bulat itu mendapati seorang gadis tengah berlari kecil menghampirinya di mulut gerbang sekolah.

Hwang Jihyeon.

“Ambil ini.” Gadis itu menelusupkan sebuah bungkus kecil di telapak tangan Jungwon.

Jungwon mengangkat sebelah alis bingung, menatap gadis cantik itu dengan tatapan bingung. “Apa?”

“Obat pereda rasa nyeri. Siapa tahu kamu butuh, tangan kamu masih bengkak.”

Jungwon hampir lupa. Selepas menghajar Sunghoon, tulang pada pangkal jarinya terluka dan juga sedikit membengkak. Gadis itu yang membantu Jungwon untuk membersihkan luka serta mengoleskan salep untuk meredakan rasa perih.

Jungwon mengulas senyum simpul sebagai tanggapan seraya menggaruk tengkuk sedikit canggung. “Thanks.”

Gadis cantik dengan surai sepunggung dari kelas unggulan dua itu tersenyum sangat manis sekali, sehingga berhasil membuat Jungwon salah tingkah. Meski hanya sebatas partner PMR di sekolah, Jungwon pernah menaruh perasaan kepada gadis itu sewaktu duduk kelas satu. Mereka sama-sama berada di kelas unggulan satu waktu itu.

“Gue balik duluan, ya,” kata Jungwon.

Gadis itu mengangguk.

“Eh, tunggu.”

Baru satu langkah Jungwon akan beranjak, suara gadis itu kembali menginterupsi sehingga membuat Jungwon kembali memutar tubuhnya berhadapan lagi dengan Jihyeon.

Angkat salah satu alis, Jungwon kembali melontarkan tanya, “Kenapa?” dengan air muka serius.

Jihyeon menghela napasnya pelan sembari mencicit. “Jangan berkelahi lagi. Aku gak suka.”

Degup jantung Jungwon bak dipacu berlari maraton. Laki-laki Yang itu tak bergeming dengan bibir yang terkulum rapat—beberapa detik ia terhenyak. Namun, sang gadis kembali menyadarkannya.

“Kalau ada masalah mending di selesaikan baik-baik, Jungwon. Jangan pakai kekerasan,” tuturnya lagi.

Jungwon spontan membuang tatapan. Bolehkah Jungwon loncat dari atas gedung sekolah karena saking bahagianya? Mendadak hatinya bergemuruh senang manakala mendapat secuplik penuturan dari seorang gadis yang disukainya.

Jungwon hanya mampu mengangguk sebagai jawabannya, rasa panas menjalar sampai ke telinga hingga membuat wajah Jungwon merah padam.

“Hati-hati di jalan, ya!”

Dan saat Jungwon kembali mendongakkan pandangan, gadis itu sudah berlari meninggalkannya sendiri di gerbang sekolah. Tak lupa dari kejauhan sebuah lengkung yang bernamakan senyuman tergambar menghiasi kanvas wajahnya.

Sesekali ia melambaikan tangan ke arah Jungwon.

.



.



.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sunghoon baru saja selesai belajar. Pun lelaki itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menyorot kosong langit-langit kamar yang luas itu, sesekali menjulurkan lidah guna membasahi bagian bawah bibirnya dengan getir. Sebelah tangannya, ia jadikan sebagai bantalan kepala.

Laki-laki Park itu menghembuskan napas begitu panjang, hari ini adalah yang begitu melelahkan. Mendadak, suatu perihal kembali terlintas begitu saja dalam benak Sunghoon. Apa jadinya jika ia datang terlambat ke klinik XXXX tadi pagi?

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang