sebelas.

2.1K 266 6
                                    

Aneh. Adalah sebuah afeksi yang tengah dirasakan Saemi.

Menyandarkan punggung pada kursi tunggu di depan ruang dokter spesialis kandungan, Saemi menghela napasnya cemas. Selepas tiga puluh menit berlalu manakala Sunghoon mendaftarkan namanya di administrasi rumah sakit, pun kini keduanya sama-sama duduk bersebelahan sembari menunggu nama Saemi dipanggil.

Kalian tahu perihal tentang ucapan Sunghoon; Ayo ikut gue? Saemi benar-benar tak habis pikir ternyata Sunghoon membawanya pergi ke rumah sakit ini secara sepihak. Saemi menolak pada awalnya saat mendapati sepeda milik Jungwon berhenti di depan rumah sakit Seoul, sontak ia menghujam Sunghoon dengan pertanyaan; apa, kenapa dan mengapa membawanya kesini, tetapi dengan enteng, Sunghoon mengutarakan kalimat dengan nada terkesan membentak.

“Ini semua demi anak gue!” kata Sunghoon beberapa waktu yang lalu manakala Saemi menolak keras untuk masuk.

Bukan apa-apa sebenarnya, hanya saja Saemi merasa aneh jika Sunghoon bersikap sedemikian terhadapnya. Bukankah tiga hari belakangan sikap Sunghoon terlampau apatis padanya?

Sunghoon adalah laki-laki dengan perangai yang tidak mudah ditebak.

Saemi mengerjap begitu tangannya digenggam erat—kontan membuat pandangannya terarah ke bawah.

Dingin. Telapak tangan Sunghoon terasa sangat dingin dalam genggaman tangannya. Sepersekon kemudian gadis itu mendongakkan pandangan sehingga keempat iris jelaga itu saling bersitatap untuk beberapa saat.

“Nona Jung Saemi...”

Sebuah instruksi kecil dari seorang perawat wanita yang berdiri di depan mulut pintu membuat Saemi dan juga Sunghoon konkret mengarahkan pandangannya lurus menatap sang perawat. Saemi mengangguk sebelum bangkit dari tempat duduknya dengan perasaan cemas, jua serta-merta disusul oleh Sunghoon yang mengekor di belakang punggung Saemi.

“Nona Jung—lho...?” Dokter wanita itu terkesiap manakala mendapati Saemi dan juga Sunghoon mendudukkan pantat pada dua kursi yang berhadapan dengan kursi kerja miliknya.

Dokter itu menurunkan sedikit kacamatanya kebawah sebelum kembali bertutur, “Nona Jung Saemi?” Seolah tak percaya dengan sesuatu hal yang berada di hadapannya saat ini.

Dengan takut-takut, Saemi mengangguk singkat. “Iya saya sendiri, dokter.”

Semakin banyak pula pertanyaan yang mendadak tergambar di dalam benak dokter wanita itu tatkala mendapatkan jawaban dari bibir Saemi.

“Kalian masih sekolah?” tanyanya lagi.

Oh, jangan lupa. Sunghoon membawa Saemi kesini masih terbalutkan setelan seragam sekolah menengah atasnya, sedangkan Saemi berpakaian formal seperti biasa.

Saemi dan juga Sunghoon diam sembari melempar tatap beberapa detik sebelum pada akhirnya mengangguk kompak.

Rasa terkejut dan tidak menyangka melebur secara bersamaan. Tidak mungkin. Sunghoon dan juga Saemi masih sekolah lantas untuk apa memeriksa kandungan? Siapa yang hamil? Begitu pikir sang dokter. Seharusnya jika ingin diperiksa harus didampingi orang tua atau salah satu keluarga, bukan?

Tetapi Sunghoon dan Saemi tidak. Kenapa bisa ada pelajar dari sekolah menengah atas di sini?

Kedua alis dokter tersebut spontan terangkat skeptis. Diletakannya beberapa map cokelat di atas meja, dokter tersebut lantas menerka, “Kalian...?”

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang