dua delapan.

1.7K 213 12
                                    

Saemi mengawali paginya setelah membersihkan diri dari dalam kamar mandi, serta-merta sebuah handuk kecil ia gunakan untuk menggulung rambutnya yang basah sehabis keramas.

Gadis itu berdiri seraya melempar tatapan nanar ke arah sebuah cermin besar di dalam kamar yang memantulkan bayangan dirinya sendiri. Tubuhnya yang hanya terbalut pakaian dalam memperlihatkan dengan jelas bagaimana proporsi lekuk tubuhnya, tampak sekali alterasi yang signifikan dibanding dari beberapa minggu sebelumnya. Contohnya pada bagian dada, pinggul dan juga perut yang mulai membesar.

Ditatapnya dengan sendu bagian perutnya yang sudah mulai membuncit, Saemi memberikan usapan lembut beberapa kali di atas sana sehingga afeksi yang begitu realistis ia dapatkan. Ah, benarkah di dalam sana ada sebuah kehidupan? "Aku tidak tahu harus bahagia atau sedih. Tapi sebentar lagi kamu akan lahir. Aegi-ya, bagaimana bisa kamu tumbuh di dalam perutku yang sekecil ini, hm?"

Gadis itu menggariskan senyum tipis, lalu menengok ke samping di mana setelan seragam sekolahnya menggantung pada gagang pintu lemari yang tertutup. Saemi lantas menghela napas sebelum kembali berkata, "Ayahmu terlalu memanjakan mu, ya, sampai-sampai kamu tumbuh secepat ini di dalam sana?" Seusai kalimatnya berakhir, Saemi meloloskan tawa sekilas di bibirnya, tetapi sangat berbanding terbalik dengan keadaan hatinya yang ingin menangis dan meraung dengan keras.

"Jujur aku takut... Bagaimana caranya aku akan menghadapi dan menjelaskan ini semua kepada pamanmu kalau mereka sudah kembali dari Jepang nanti? Aku tidak ingin menjadi seorang pecundang untuk yang kedua kalinya. Aegi-ya, apapun yang akan terjadi nantinya, aku akan berusaha sekuat tenaga mempertahankan mu. Jadi apapun yang akan terjadi tetaplah bertahan di dalam sana, arachi? Kita lalui ini sama-sama, ya?"

Kelenjar air mata Saemi mulai bekerja, sehingga menghasilkan sebuah arus kolam yang siap menerobos bendungan matanya. Gadis itu menumpahkan segala kesesakannya melalui air mata.

Berselang beberapa detik, Saemi mengusap kasar air matanya. Napasnya terasa begitu tercekat di tenggorokan. Tidak! Jangan menangis. Jangan terlihat lemah di depan Aegi, "Dengar, ini rahasia kita berdua. Jangan katakan hal ini kepada ayahmu, ya. Jangan bilang kalau aku menangis. Kau tahu Aegi? Meskipun ayahmu melakukan tanggung jawabnya bukan untukku, tapi aku jauh lebih bahagia ketika Sunghoon memperhatikanmu."

Kemudian Saemi mengambil setelan seragamnya, mencoba melakukan evaluasi ukuran pada bagian pinggang, dada, serta perutnya. Sejemang gadis Jung itu menggeleng dan mendesah tak percaya, "Pasti bulan depan seragam ini udah gak muat," adalah pernyataannya diselingi dengan helaan napas berat seperdetik kemudian.

.

.

Suara pintu yang di ketuk pelan dari luar menyentak Saemi dari tempat duduknya di sofa ruang tengah. Gadis itu lantas berdiri setelah menyelesaikan sarapan paginya, susu hangat dalam gelas ia tenguk hingga tandas. Buru-buru menyampirkan tas sekolahnya, dan melangkah ke depan membukakan pintu rumah.

Presensi Sunghoon sudah berada persis di depan Saemi ketika pintu kontrakan itu terbuka. Seulas senyum terukir di wajah si lelaki Park, "Selamat pagi," sapanya terdengar begitu hangat mengalun di gendang telinga Saemi.

Saemi menunduk menyembunyikan rona merah jambu yang hinggap di kedua pipinya, sapaan Sunghoon ia balas dengan nada lirih.

Sunghoon menjilat bawah bibirnya ketika seluruh atensi pandangnya terpusat pada paras Saemi di pagi ini. Surai Saemi yang tergerai terlihat sudah lebih panjang daripada minggu sebelumnya, yang semula hampir mencapai sebahu kini sudah berada sedikit di bawah bahu. Terlihat semakin cantik. Sunghoon suka.

Tetapi beberapa saat kemudian Sunghoon seperti baru tersadar, matanya sontak memicing dengan sebelah alis menukik tajam dikala tatapannya tanggal pada buah dada Saemi yang nampak membesar? Entahlah, kancing seragam gadis itu terlihat begitu sesak sehingga bagian celah seragam putihnya tak tertutup sempurna. Konkret menampilkan sebuah pita berwarna biru yang terlihat sangat kontras di tengah-tengah, yang mana Sunghoon meyakini itu adalah sebuah renda dari bra yang di kenakan Saemi.

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang