Sial! Sial! Sial! Kenapa bisa Sunghoon lupa dengan ini? Kenapa dia bisa lupa kalau Saemi itu...
Astraphobia.
"Cepet Jake!" teriaknya parau, Sunghoon meremat lengan laki-laki Shim itu begitu kuat, hingga membuat Jake meringis, cengkraman Sunghoon tidak main-main kuatnya.
.
.
.
.
Limabelas menit akhirnya mereka sampai di sana, mobil Jake langsung berbelok tajam pada gang yang sedikit menanjak. Jake tidak pernah tahu sebelumnya di mana rumah Saemi berada, melalui intruksi dari Sunghoon yang kala itu dalam mode kesetanan dan Jake yang dalam mode panik, pun Jake sering kali terlewat jalan, padahal intruksinya harus belok kanan, tapi ia malah belok kiri.
Sampai Sunghoon nekat mengambil alih kemudi, dan Jake yang berpindah posisi hanya mampu berpegangan kuat pada pegangan pintu mobil serta berharap jika Sunghoon tak membawanya bertemu dengan Tuhan secepat ini. Disepanjang jalan, Jake senantiasa menutup rapat kedua matanya, takut apabila membuka mata tiba-tiba ada yang menanyai siapa tuhanmu?
Hujan masih enggan untuk berhenti, dengan cepat Sunghoon melepas seatbelt yang membentang di tubuhnya, serta merta ia membuka pintu mobil dengan brutal dan berlari menerobos hujan. Meninggalkan Jake sendiri di sana yang masih enggan untuk membuka mata.
"Hoon kita di mana ini? Di surga, bukan?" monolognya dengan mata terpejam rapat. Jake mengerutkan kening ketika tak mendapati jawaban dari Sunghoon.
Dengan hati mantap, Jake membuka kelopak matanya pelan, laki-laki Shim itu kaget ketika tak mendapati Sunghoon di kursi kemudi. Lalu pandangan Jake menyorot Sunghoon yang tengah berlari ke atas dengan nekat menerobos hujan.
FAKYU!
Jake segera menoleh kebelakang, untungnya di kursi belakang mobil Jake ada sebuah tabung berbentuk silinder yang biasa ia gunakan untuk menyimpan payung. Laki-laki Shim itu meraih payung kecilnya dan beranjak menyusul Sunghoon yang sudah basah kuyup di depan pintu Saemi sembari menggedornya dengan brutal.
"Saemi!" teriakan Sunghoon terlampau begitu keras hingga mengalahkan suara hujan. Jake yang berdiri di sebelahnya hanya terdiam cemas.
Bagaikan penantian detik dari sebuah bom yang akan meledak, pintu itu terbuka dengan begitu kasar dari dalam. Dan bom itu langsung meledak bersamaan dengan kemunculan sosok Jungwon yang berdiri menghadap Sunghoon. Laki-laki Yang itu menatapnya dengan kadar kemurkaan yang begitu kental.
Satu pukulan keras melayang telak di rahang Sunghoon, hingga membuat kepalanya terlempar kebelakang.
"Bisa-bisanya lo anjing!" geram Jungwon marah.
Jake menutup mulut terkejut melihat aksi spontan Jungwon, ia merasa paling idiot di sini sebab tak tahu permasalahannya apa dan kenapa tiba-tiba Jungwon menonjok rahang Sunghoon. Bunyi kratak dari tulang rahang Sunghoon akibat tonjokkan Jungwon membuat Jake ngilu.
Laki-laki Park itu menggeram, merasakan rahangnya seperti hampir bengkok. "Saemi di mana?" tanyanya panik. Ia tak menggubris tatapan menyala-nyala yang terpancar dari manik Jungwon yang menatapnya penuh kebencian dikala ia menanyakan keberadaan Saemi.
Jungwon membentangkan kedua tangannya, berniat menghalangi Sunghoon yang akan masuk ke dalam, "Ngapain lo?!" dengan sengaja Jungwon mendorong dada Sunghoon menjauh. "Brengsek lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
[psh] A Mistake Between Us ✓
Fiksi PenggemarApa yang bisa Sunghoon janjikan di usianya yang baru menginjak tujuh belas tahun ketika ia mendapati Jung Saemi menyerahkan sebuah barang berbentuk compact di hadapannya, serta merta tangan gadis itu bergetar hebat. "A-aku hamil, Sunghoon." warn:...