Saemi sedang memungut beberapa kok bulu tangkis yang berserak di tanah lapangan sekolah yang cukup terik siang ini. Selagi ia pindahkan satu-persatu kok bulu tangkis yang telah dipungut itu ke dalam sebuah kotak kardus untuk dikembalikan ke ruang olahraga, Saemi merasakan sebuah tepukan ringan di bahunya.
Lekas menoleh guna memastikan siapa gerangan, Saemi tidak menyangka praduganya kalau ia dapati seorang laki-laki berparas tampan dihadapannya itu adalah sang pelaku utama.
Laki-laki itu, Kang Minhee, teman dari sistem moving class ke unggulan. Minhee bergabung di kelas unggulan tiga bersama dirinya, Sunghoon, Jungwon, dan Juga Jake sejak awal masuk kelas tiga karena nilai-nilainya yang nyaris sempurna. Dia duduk persis di bangku belakang Saemi.
"Butuh bantuan?" Minhee yang membuka percakapan pertama kali. Laki-laki Kang itu melempar senyum kasual kepada Saemi.
Jam pelajaran olahraga sudah usai dari lima menit yang lalu, tetapi masih ada segelinding siswa yang sedang berolahraga di tengah lapangan. Matahari bersinar cukup terik di siang ini.
"Aku kira kamu bakalan main basket sama Sunghoon di sana," komentar Saemi. Sorot matanya menatap Minhee dengan bingung sebab tiba-tiba saja laki-laki bertubuh jangkung itu muncul dihadapannya.
Salah satu tangan Minhee bergerak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya, sih. Tapi aku lihat dari tengah lapangan kayanya kamu butuh bantuan, makanya aku ke sini."
Saemi mengulas senyum. “Aku bisa sendiri, Minhee. Lagian bentar lagi selesai. Aku mau balikin semua kok ini ke ruang olahraga.”
Saemi meminda atensi ke bawah tanah. Tangan gadis itu terjulur hendak mengambil kok terakhir yang berada persis di bawah kakinya. Belum sempat terealisasi, Minhee secara spontan juga menjulurkan tangannya--sehingga tanpa disengaja tangan mereka saling bersinggungan. Telapak tangan Minhee mendarat mulus di atas punggung tangan Saemi yang terasa begitu hangat.
Dengan posisi tubuh sama-sama merunduk, Minhee dan Saemi mendongak saling melempar pandangan. Minhee menatap Saemi kontras dengan binar keteduhan.
Sejurus tanpa mereka sadari, pertunjukan eksklusif itu serta-merta berhasil mengundang salah satu dari eksistensi manusia yang ada di lapangan tengah menghunuskan tatapan ke arah mereka dengan sorot mata yang begitu tajam.
-
Sunghoon menghela napas panjang ketika ia berhasil memasukan bola basket tepat pada sasaran dan mencetak poin terakhir kemenangannya. Sorakan demi sorakan dari beberapa penonton menggema memenuhi penjuru lapangan.
Sunghoon berbalik badan setelah melempar flying kiss ke arah rink basket. Ia mengurai langkah menghampiri Jake dan menampilkan raut wajah sumringah kepada laki-laki berdarah Australia yang berdiri beberapa meter dari tempatnya.
Angkat sebelah alis dengan congkak, Sunghoon lantas menepuk bahu Jake beberapa kali. "Jangan nantangin lain kali. Saingan lo gue, Jake. Lo ga bakal bisa menang lawan basket sama gue."
Jake mendecak keras. Hei, Jake hanya kalah dua poin dari Sunghoon. Jake pikir mungkin keberuntungan hanya sedang berpihak pada laki-laki Park itu.
"Jangan begitu, ya lain kali. Madefaker man!"
Sunghoon tertawa keras mendapati mimik wajah tak bersahabat yang didemonstrasikan oleh Jake. Tawa yang menggema dari bibir Sunghoon jelas mengandung untaian berupa ejekan yang ampuh membuat Jake mendesah dan putar bola mata malas sebagai respon.
“Nanti gue teraktir makan, deh.”
Jake menatap Sunghoon skeptis. “Lo pikir gue miskin?”
Alihkan atensi dengan malas, sudut mata Jake bergerak menyerap sebuah objek yang membuat kedua matanya sontak memicing. "Itu Saemi sama Minhee ngapain di ujung lapangan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[psh] A Mistake Between Us ✓
FanficApa yang bisa Sunghoon janjikan di usianya yang baru menginjak tujuh belas tahun ketika ia mendapati Jung Saemi menyerahkan sebuah barang berbentuk compact di hadapannya, serta merta tangan gadis itu bergetar hebat. "A-aku hamil, Sunghoon." warn:...