dua sembilan.

2.1K 211 49
                                    

Warn! 🔞+

Tolong di skip buat yang belum cukup umur pliss!

Sebelum aku panggil ibu bapak kalian buat nyiduk kalian di sini!!!!





Hening.

Adalah situasi yang menggambarkan ruang perpustakaan pada saat ini. Saemi dan juga Jungwon duduk saling bersisihan di bangku ruang perpustakaan pada saat jam istirahat ke dua. Atas ajakan dari gadis itu, Jungwon mau tak mau menuruti keinginan Saemi yang katanya ingin sekali membaca buku tiba-tiba kendatipun sebenarnya ia terlampau malas, tapi jika itu adalah permintaan Saemi, Jungwon tak akan pernah bisa menolak.

Keduanya saling terhanyut dalam bacaan sampai titik fokusnya tak teralihkan pada objek manapun selain buku di genggaman tangan masing-masing. Perbedaan yang cukup signikan di mana Jungwon lebih memilih membaca cerita fiksi remaja sedangkan Saemi membaca perkembangan usia janin di dalam perut.

Manik gadis itu mengerjap kagum ketika ia sampai pada halaman selanjutnya, di mana potret yang tercetak jelas dalam halaman tersebut mempresentasikan sketsa janin berukuran sebesar kacang tanah dengan panjang 1,6 cm. Saemi memperhatikannya Lamat-lamat beserta membaca keterangan apa saja yang tertulis di sana.

Meskipun sebenarnya ia sudah pernah melihat ukuran Aegi waktu pertama kali periksa bersama Sunghoon melalui USG pada waktu itu. Namun, tetap saja ia masih takjub akan hal tersebut. Sayangnya sewaktu pemeriksaan USG pertama ia tidak mencetak hasil USG itu.

"Won," panggil Saemi lirih sembari mengguncang bahu laki-laki Yang itu sehingga membuat sang empu menoleh.

"Kenapa?" adalah pertanyaan Jungwon setelah ia menatap ke arah Saemi.

Saemi menggeser buku digenggaman tangannya sedikit ke arah Jungwon berusaha memperlihatkan, jari telunjuknya menunjuk skesta gambar ukuran janin pada buku tersebut. Segaris senyum terlukis menghiasi kanvas wajahnya. "Liat ini."

Sejenak Jungwon mengangkat alis. "Terus?"

Tanggapan tak acuh dari Jungwon dibalas dengan decakan kecil oleh Saemi. "Aegi yang ada di perut aku juga ukurannya segini, Won. Masih kecil banget, kan."

Mendapati pernyataan Saemi, Jungwon memutar bola mata malas, bibirnya tersungging sedikit sebelum bertutur, "Terus lo mau anak lo segede apa? Segede gaban?"

Saemi mendelik, menatap skeptis sejenak ke arah Jungwon lalu mendengus kesal, "Biasa aja dong jawabnya," komentar Saemi.

"Ih kok ngamok," balas Jungwon tak kalah sewot.

"Kamu nyebelin." Beruntungnya ruang perpustakaan tidak terlalu ramai pengunjung, Saemi berbicara sedikit lantang sehingga membuatnya malu sendiri ketika menyadari tatapan dari beberapa siswa yang duduk paling pojok menyorot ke arahnya.

Tiba-tiba sebuah perihal terlintas dibenak Saemi. "Won," panggilnya lagi.

"Hmm."

Saemi menghela kecil, sejemang menggigit bawah bibir ragu sebelum membuka kalimat, "Kamu tau Moondy Town House, gak?"

Lagi-lagi Jungwon menyerngit mendapati pertanyaan Saemi. Laki-laki berlesung pipit itu mengangguk. "Tahu, kenapa?"

"Gak papa cuman nanya aja."

Jawaban yang terlalu cepat dari mulut gadis itu membuat Jungwon kontan menatap Saemi curiga, "Kenapa tiba-tiba nanya?"

"Moondy Town House itu tempat tinggal orang kaya bukan, sih, Won?" alih-alih menjawab pertanyaan Jungwon, Saemi justru kembali melempar pertanyaan lain.

[psh] A Mistake Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang