Sebelum suaminya berangkat kerja, Joanna menyempatkan diri untuk berbicara dengannya sebentar. Meminta izin untuk ke luar kota karena ada hal mendesak yang harus diselesaikan segera.
"Aku izinkan, tapi jangan menginap."
Joanna tersenyum senang dan mulai mengecup pipi suaminya sebagai tanda perpisahan.
"Terima kasih."
Suami Joanna juga melakukan hal yang sama. Bedanya, dia juga mengusap lengan istrinya seolah mengatakan dia harus hati-hati di perjalanan.
Setelah suaminya berangkat, Joanna bergegas berkemas. Membawa tas selempang berukuran sedang yang berisi dompet, ponsel, charger dan barang-barang penting seperti bedak dan lipstick untuk touch up di jalan.
Meskipun sudah berkepala tiga, tetap saja wanita harus menjaga penampilan. Bukan untuk mencari perhatian orang. Namun untuk mengapresisasi diri agar tidak terlihat menyedihkan dan dikasihani orang.
Maaf, Bu. Saya baru berani bilang kalau sekitar satu bulan yang lalu Bapak dan Ibu Isla bertengkar dengan Non Andrea. Dia ditampar dua kali, oleh Bapak dan Ibu Isla bergantian. Saya sebenarnya ingin mengadu sejak lama, tapi takut kalau akan semakin memperkeruh suasana. Jadi saya baru berani buka suara setelah Ibu bertanya. Sekali lagi maaf, Bu.
Joanna memejamkan mata sembari menatap awan dari pesawat. Awalanya dia hanya berniat bertanya pada salah satu asisten rumah tangga di rumah mantan suaminya akan bagaimana kehidupan Andrea dalam beberapa bulan ke belakang. Karena dia tampak sedang tidak baik-baik saja meskipun telah mendapat pencapaian besar.
Tentu saja Joanna bertindak seperti ini bukan tanpa alasan. Ini karena Evan meneleponnya di pagi buta dan mengatakan kalau Andrea datang ke rumah dalam keadaan memprihatinkan. Andrea tampak kurang bersemangat dan seperti anak kurang kasih sayang yang tidak diperhatikan.
Setelah sekitar empat jam menempuh perjalanan dari rumah, kini akhinya Joanna tiba di depan kantor mantan suaminya. Kantor dengan bangunan super megah yang didesain sendiri olehnya.
"Ibu Joanna, selamat datang. Ada yang bisa saya bantu, Ibu?"
Sapa salah satu resepsionis yang mengenal dirinya, kalau tidak salah namanya Amanda. Perempuan cantik berdarah Manado seperti Isla.
"Bapak ada?"
"Ada, Bu. Mau saya antar ke atas?"
Joanna menggeleng pelan, kemudian tersenyum singkat sebelum akhirnya mulai berjalan menuju lift berada.
"Terima kasih, Amanda. Ngomong-ngomong, rambut barumu bagus. Kamu terlihat sama seperti lima tahun yang lalu."
Amanda tersipu malu, rekan-rekannya yang tidak tahu siapa Joanna tampak bingung karena tumben sekali Amanda si tukang marah mulai menampilkan aura halus.
Setelah kepergian Joanna, Amanda tampak memasang wajah kasihan. Bukan, bukan mengasihani Joanna. Namun pada Jeffrey yang rela melepas berlian demi batu kali seperti Isla.
Bukannya sirik, Amanda memang kurang suka dengan Isla karena wanita itu seperti kacang lupa kulitnya. Mereka berdua sama-sama datang dari daerah dan berbekal ijazah SMA. Karena faktor keberuntungan, Isla berakhir dinikahi bos besar dan melupakan dirinya.
Jangankan menyapa ketika bertemu, menatap matanya saja enggan. Seolah takut kalau identitas keluarganya terbongkar. Ya, Isla menyembunyikan fakta bahwa dirinya hidup sebatang kara dan tidak memilki orang tua.
Menikah saja diam-diam dan tidak memberi tahu keluarga. Sampai-sampai dia yang menjadi bulan-bulanan orang rumah karena selalu ditanya akan keberadaan Isla.
Sebenarnya Amanda ingin sekali mengadu pada bos besar, tapi dia takut dikatai lancang dan mengada-ngada karena Isla memang terlihat sangat lemah dan tidak berdaya.
Pernah ada salah satu resepsionis yang yang membicarakannya, namun tidak lama kemudian langsung dipecat. Tidak tanggung-tanggung, dia bahkan tidak diberi surat rekomendasi kerja sehingga membuatnya kesulitan untuk mendapat pekerjaan di tempat lain.
Beruntung sekali Joanna yang saat itu tahu langsung mencarikan pekerjaan untuk resepsionis itu. Karena memang resepsionis itu adalah pekerja senior yang sudah bekerja di sana selama bertahun-tahun. Bahkan, ketika gedung kantor ini belum selesai dibangun.
Masih seru?
Udah bisa nebak apa yang buat Mama Jo sama Papa Jeff pisah?
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTLESS [ END ]
Short StoryParentless it means having no parent or parents or not cared for by parent surrogates.