18. Parentless

6.2K 562 96
                                    

Chapter selanjutnya sudah tersedia, aku bakalan update 5 chapter hari ini kalo tiap chapter udah ada 30 komentar, ya? Awas, jangan spam pake kalimat yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter selanjutnya sudah tersedia, aku bakalan update 5 chapter hari ini kalo tiap chapter udah ada 30 komentar, ya? Awas, jangan spam pake kalimat yang sama. Anyway, ada kesalahan teknis di chapter sebelumnya. Umur Joanna 34 sekarang, beda 12 tahun sama Isla. Aku salah ngitung kok kalian gak sadar 😂
Satu lagi, chapter yang komentarnya masih kosong ada di chapter 3, 6, 7 & 9 :)
Bukannya gila hormat. Aku cuman mau ngajak kalian sama-sama belajar untuk saling menghargai mulai sekarang. Karena kurang baik juga kalo komunikasi hanya berjalan satu arah aja. Aku tau pembacaku masih sedikit, tapi aku yakin kalo kalian yang sedikit ini adalah orang-orang baik yang tidak akan pelit memberi apresisasi pada setiap orang yang telah memberi afeksi positif di kehidupan kita selama ini. So, let's do it!

Makan siang sudah tersaji di atas meja. Isla dan Jeno juga ikut makan bersmaa Joanna yang sedang diajamu oleh Dara selaku asisten rumah tangga tertua di sana.

Joanna makan dalam diam, dia sama sekali tidak melirik Isla yang sedang menangkan rengekan tanpa suara Jeno yang entah sedang menginginkan apa.

"Jeno makan, ya? Buka mulutnya, aaa..."

Jeno menggeleng berkali-kali, dia tampak enggan memakan mie pangsit yang akan disendokkan pada mulutnya saat ini.

Dengan berani Jeno mulai menunjuk Joanna, atau lebih tepatnya pada tiga piring sushi yang hanya tersaji untuknya. Karena Isla memang tidak suka berbagai jenis makanan Jepang.

"Mbak, maaf. Boleh saya minta sushi-nya? Anak saya ingin makan itu, Mbak."

Tanya Isla dengan hati-hati, takut Joanna murka karena acara makannya diinterupsi.

Joanna menoleh ke sumber suara, pada Isla yang sedang memegangi Jeno yang berusaha berdiri dari duduknya guna menjangkau piring sushi-nya.

Anggukan Joanna membuat Jeno tersenyum senang dan mulai menjulurkan tangan guna mengambil sushi dari piring mantan istri ayahnya.

Dengan gerakan cepat Joanna menepis tangan Jeno, kemudian menggenggam tangannya erat dan menggunakan tangan yang satunya untuk mengambil sepotong sushi menggunkan sumpit baru yang diberikan Dara.

"Terima kasih, Mbak."

Ucap Isla terharu, karena dia tidak menyangka kalau Joanna masih bisa sebaik itu. Menyuapi Jeno menggunakan sumpit baru. Ya, entah itu bermakna baik atau buruk. Namun Isla tetap menganggap itu bukan sesuatu yang patut membuatnya takut.

Setelah acara makan siang usai, Joanna berniat langusung pulang dan berpamitan pada Dara, bukan pada Isla selaku pemilik rumah.

Ah, bukan. Sebenarnya rumah ini masih atas nama Joanna. Karena Jeffrey sengaja mempersembahkan rumah ini untuk istri pertamanya. Namun Joanna menolak meninggali rumah ini meskipun masih ada beberapa perabotan yang dibeli dari uangnya, hasil keringatnya ketika bekerja sembari merawat Andrea.

Dari koleksi gelas, piring dan gucci. Sampai beberapa lukisan abstark yang Joanna beli dari Berlin ketika melakukan travelling atau dinas di luar negeri.

"Tidak mau menginap saja, Mbak? Nanti saya siapkan kamar."

Isla mengikuti Joanna yang sudah berjalan menuju pintu utama, bagaimanapun juga dia masih menaruh hormat pada orang yang pernah memberinya pekerjaan di masa-masa sulitnya.

"Mau kau siapakan di kamar mana? Ini rumahku kalau kau lupa. Satu-satunya kamar yang bisa kutempati ketika menginap hanya kamar utama. Kamu mau aku tidur dengan suamimu nanti malam?"

Isla menciut seketika. Joanna itu ganas dan mematikan jika sedang dibuat kesal. Namun bisa menjadi sangat baik jika sedang merasa kasihan.

"Jaga suamimu baik-baik! Jangan biarkan dia berpaling lagi!"

Kepergian Joanna diiringi dengan tangisan Isla. Bukan karena merasa kehilangan, namun karena rasa bersalah terhadap Joanna.

Joanna itu orang baik. Sangat baik. Semua orang tahu itu. Baik di kantor suaminya maupun di rumah. Bahkan, orang-orang di komplek perumahannya juga sangat menyukai Joanna dan memusuhi dirinya. Sehingga membuatnya tidak berani keluar rumah jika tidak menggunkan mobil atau bersama suaminya.

Kalo jadi tetangga komplek Joanna, apa yang bakalan kalian lakuin kalo liat Isla di depan rumah?

Tbc...

PARENTLESS [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang