Jeffrey bergegas memasuki rumah Johnny dan Joanna. Di sana, dia melihat Andrea sedang duduk di pangkuan Joanna yang sedang duduk di atas sofa. Tidak lupa dengan kedua tangan yang sudah melingkar di pinggang Joanna dan wajah yang sudah ditenggelamkan di dada ibunya.
Jeffrey tertegun sejenak, dia baru saja menyadari perubahan anaknya yang sekarang sudah beranjak dewasa karena tubuhnya sedikit membuat Joanna kuwalahan. Hingga membuat Johnny yang duduk tepat di samping Joanna mulai tertawa ketika melihat interaksi menggemaskan mereka. Karena Andrea tidak kunjung berhenti melepas pelukan padahal sudah sadar tubuhnya sebesar apa.
Jeffrey yang awalnya ingin membawa pulang Andrea, kini tampak tidak tega dan beringsut berjalan mendekati Andrea.
"Siapa tadi yang menangis-nangis tidak mau bertemu Mamanya? Sudah, pelukannya jangan sambil minta pangku! Kamu berat, makanmu banyak!"
Goda Jeffrey sembari mengusap rambut Andrea dan membuat Johnny sedikit iba ketika melihat Andrea yang sepertinya tampak sangat menantikan bertemu Joanna.
"Papa mau pulang sekarang. Adikmu dibawa ke rumah sakit lagi, kamu mau ikut atau menginap di sini?"
Andrea langsung mengangkat wajah yang sudah basah karena lagi-lagi dia menangis dalam diam sembari memeluk ibunya. Ralat, sebenarnya dia sengaja menenggelamkan wajah di dada ibunya agar bisa menghirup aroma tubuh Joanna yang sudah sangat dirindukan.
"Memangnya boleh menginap?"
Jeffrey kembali mengusap kepala Andrea, senyumnya juga sedikit mengembang setelah melihat wajah lucu Andrea yang tampak bimbang.
"Boleh. Asal suami Mamamu mengizinkan."
Ucap Jeffrey sembari melirik Johnny yang tampak tidak terlalu suka dengan ucapannya saat ini.
"Tentu saja sangat diizinkan! Papa juga sudah menyiapkan kamar untuk Andrea. Mulai nanti malam sampai kapanpun Andrea mau, Andrea bisa tidur ditemani Mama."
Andrea tampak senang sekarang, dia mulai menatap ibunya yang sejak tadi tidak banyak bersuara dan hanya tersenyum saja.
"Andrea menginap saja, Pa. Agak lama, ya? Andrea masih kangen Mama."
Jeffrey mengangguk singkat dan tersenyum senang ketika melihat Andrea yang mulai mengalungkan tangan pada leher ibunya.
"Tidak masalah. Papa pamit, kamu baik-baik di sini. Pastikan Mamamu berada di sampingmu hingga pagi."
Setelah mengatakan itu, Jeffrey bergegas pergi sembari melambaikan tangan pada Joanna dan Johnny. Senyum tipis juga mulai tersungging ketika menatap anak kecil yang sedang bermain lumpur dekat mobilnya terparkir.
"Hai, Om!"
Sapa anak tadi. Sedangkan Jeffrey hanya mengangguk kecil dan segera berlalu menuju mobil karena tidak ingin Jeno dan Isla melewati masa-masa sulit sendiri.
"Yah! Kotor!"
Keluh Malvin ketika ban mobil Jeffrey melewati kubangan lumpur dan tidak sengaja mengenai baju dan wajahnya sendiri.
Dengan langkah pelan Malvin berlari menuju sisi rumah lagi, mengambil selang air dan membersihkan tubuhnya yang terkena percikan lumpur tadi.
"Papa Malvin ganteng juga, hehehe."
Ucap Malvin sembari mengangkat kaosnya tinggi-tinggi, senyum cerah juga mulai tersungging ketika membayangkan interaksi singkat dengan ayah kandungnya tadi.
Iya, Malvin tahu kalau Jeffrey adalah ayah kandungnya. Dia tahu karena selama di New Zealand sering mengotak-atik laptop Joanna dan tidak sengaja menemukan foto-foto Jeffrey bersama ibunya dan Andrea yang juga sudah dia tahu adalah kakak kandungnya.
"Mas Malvin, nanti masuk angin. Ayo masuk!"
"Oke! Mbak merem, ya! Malvin mau buka celana juga! Nanti kasihan Mbak lain kalau lantai ikutan basah."
Mira selaku salah satu asisten rumah tangga yang juga ditugaskan mengawasi Malvin, kini tampak tertawa gemas. Dia juga mulai menutup mata sembari mengulurkan handuk berukuran sedang pada majikan kecilnya.
Rencananya cerita ini mau end sampai chapter 30, sampe bagian Joanna selesai aja. Tapi kayaknya sosok Malvin si jagoan neon Mama Joanna perlu dikulik juga. Kalin setuju?
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTLESS [ END ]
Short StoryParentless it means having no parent or parents or not cared for by parent surrogates.