Andrea sudah mulai masuk kuliah. Saat ini dia tinggal di asrama yang terletak di belakang kampusnya. Tidak itu saja, Andrea juga masih harus mendatangi dokter kulit setiap satu minggu sekali. Karena Joanna takut terjadi efek lain yang ditimbulkan akan insiden bulan kemarin."Malvin! Kakak kangen!"
Malvin langsung memeluk Andrea erat-erat, kemudian Johnny mulai melajukan mobil menuju rumah sakit langganan Joanna periksa.
"Andrea, ada barang yang habis? Nanti sekalian belanja, supaya kamu tidak sering keluar asrama."
"Ada, Ma. Deodorant, lip balm, sunscreen, detergent dan beras. Soalnya kemarin ada acara makan-makan untuk penyambutan anggota baru asrama. Andrea kebagian menyumbang beras. Jadi beras 5 kilo yang Mama bawakan sudah habis sekarang."
Joanna hanya mengangguk singkat dan menuliskan beberapa barang di aplikasi catatan dalam ponselnya.
"Nanti mau makan apa? Di asrama pasti jarang makan enak."
Kali ini Johnny yang bersuara, karena memang dia tahu bahwa makanan yang disajikan di asrama selalu itu-itu saja. Sayur sup, tumis kangkung, dan berbagai masakan rumah yang lain. Apalagi di sana dilarang memakai micin dan hanya boleh menggunakan garam dan gula untuk penyedap rasa.
"Hehehe, Papa tahu saja. Andrea mau makan ayam KFC, Pa."
"Aye, Captain!"
Pekik Johnny tiba-tiba, hingga membuat Malvin dan Andrea kompak tertawa.
Joanna menggeleng pelan, agak heran juga dengan selera makan Andrea yang sama persis dengan suaminya. Sama-sama suka makanan cepat saji yang sudah pasti mengandung banyak micin.
Drttt...
"Halo? Papa? Ada apa?"
Andrea di mana? Papa baru sampai di Surabaya, mau mneyambangi Andrea di asrama.
"Kok Papa tidak bilang-bilang? Andrea sudah dijemput Mama dan Papa Jo. Kita mau malam mingguan. Tapi Andrea mau ke dokter kulit dulu untuk kontrol mingguan."
Andrea memang sudah memaafkan Jeffrey, tentu saja karena petuah Joanna yang mengatakan bahwa Andrea tidak boleh menyimpan dendam pada orang lain. Apalagi itu Jeffrey, ayah kandungnya sendiri.
Ya sudah, Papa ke sana sekarang. Papa bawa Jeno juga. Dia kangen kakaknya.
"Ya, nanti Andrea share location kalau sudah sampai."
Andrea langsung mematikan panggilan, kemudian menatap Joanna yang sudah menoleh ke belakang menatap dirinya.
"Papamu datang?"
"Iya, bawa Jeno juga. Papa mau nyusul ke rumah sakit katanya."
Ucap Andrea sembari mengusap kepala Malvin pelan. Karena takut identitas Malvin terbongkar dan kembali menimbulkan pertikaian.
"It's okay, Ma! Don't worry! Nanti bilang saja Malvin keponkan Papa Jo."
Binar di kedua mata Malvin mulai terpancar, membuat Joanna semakin merasa bersalah karena telah menempatkan anaknya di situasi yang salah.
"Nanti aku dan Malvin langsung pergi saja. Kasihan, Jeffrey juga ingin bertemu Andrea."
Sebenarnya Malvin juga ingin bertemu Papa Jeffrey.
Batin Malvin semabari naik di pangkuan Andrea dan sesekali menguping pembicaraan mereka yang sengaja dipelankan agar dia dan Andrea tidak mendengar.
Setibanya di rumah sakit, ternyata Jeffrey sudah terlebih dulu sampai karena memang dia sudah tahu rumah sakit tempat Andrea kontrol selama ini.
"Andrea!"
Setelah memeluk Jeffrey, Andrea beringsut memeluk Jeno yang sedang tersenyum lebar ketika menatap dirinya. Disusul dengan Johnny dan Joanna yang sedang berjalan mendekat ke arah mereka.
"Ayo masuk sekarang, nanti kesorean."
Andrea mengangguk singkat dan mengikuti Joanna menuju poli kulit berada.
"Anakmu?"
Jeffrey mengangguk singkat, kemudian mengusap kepala Jeno dengan bangga.
"Dia tidak terlihat mirip denganmu."
"Apa maksudmu!?"
Jeffrey mencengkram ujung kerah kemeja Johnny, hingga membuat Jeno bergidik ngeri dan Malvin yang masih berada di dalam mobil panik.
"Padahal aku belum selesai berbicara, dia mirip ibunya. Istrimu, Isla. Ya Tuhan! Sudah tua, Jeff! Bertengkar hanya karena hal seperti ini sudah bukan masanya lagi. Aku pergi, titip istriku kalau sudah selesai nanti."
Setelah melepas tangan Jeffrey pada kerah kemejanya sendiri. Kini Johnny berjalan cepat menuju mobil dan meminta Malvin pindah duduk di dengan bersama dirinya yang sedang mengemudi.
Bukannya langsung meloncati kursi, Malvin justru keluar mobil dan memasuki kursi di samping kemudi melalui pintu. Hingga membuat Jeffrey sedikit bingung dan beratanya-tanya akan siapa anak itu.
Kalo ternyata Jeno bukan anak Jeffrey, emangnya kalian tega misahin Jeno sama Jeffrey?
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTLESS [ END ]
Short StoryParentless it means having no parent or parents or not cared for by parent surrogates.