19. Parentless

6.1K 503 72
                                    

Andrea menatap foto masa kecil ibunya bersama Evan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andrea menatap foto masa kecil ibunya bersama Evan. Mereka hanya selisih tiga tahun. Sejak kecil, Evan memang selalu mengikuti Joanna ke manapun dia pergi.

Seperti yang bisa kita lihat di foto ini. Evan tidak mau melepas pelukan pada Joanna ketika menaiki hewan yang Andrea tidak tahu apa. Mungkin saja banteng atau bisa juga badak bercula dua. Nanti saja kita tanyakan pada kakek atau nenek setelah pulang dari pasar.

Awalnya Andrea ingin ikut ke pasar, tapi karena jalanan licin setelah hujan, Liana meminta Andrea tinggal di rumah saja karena takut cucu tercintanya terpeleset di jalan.

"Nenek pulang! Andrea, Nenek belikan serabi dan es tebu. Ayo dimakan!"

Andrea bergegas keluar kamar dan mulai mengambil peralatan makan.

"Enak, Nek. Andrea suka, terima kasih Nenek!"

Liana tersenyum singkat, dia sangat senang ketika melihat cucunya tertawa lebar.

"Nenek juga belikan kerang dan rajungan besar. Mau direbus saja atau dibuat bumbu pedas?"

Sekedar informasi, rajungan adalah nama lain dari kepiting laut.

"Bumbu pedas!"

Andrea semakin girang, rasa senang Liana juga semakin berlipat ganda karena apapun yang dibeli hari ini disukai sang cucu tercinta.

"Andrea, di mana?"

Tanya Rendy dari luar.

"Loh, kok sudah pulang?"

Timpal Liana pada suaminya yang sudah pulang padahal seharusnya dia bekerja di galangan, tempat pembuatan kapal yang tidak cukup jauh dari rumah.

Sekedar informasi, galangan kapal itu milik Rendy sendiri. Jadi tidak masalah kalau dia ingin pulang pergi.

"Di pantai ada lomba naik kapal, mau ikut tidak?"

Tanya Rendy sembari memberikan kresek hitam pada Andrea. Di sana ada banyak jajanan pasar seperti sate usus, risoles dan pastel basah.

"Tidak boleh! Panas! Nanti kulit cucuku terbakar!"

Andrea tertawa ketika mendengar larangan Liana. Wajar saja kalau neneknya berkata demikian. Karena kulitnya memang putih pucat yang diturun dari ayahnya. Jangankan berada di bawah sinar matahari siang, ketika berolahraga saja kulitnya sudah merah padam.

"Andrea mau ikut, Nek! Sekali saja, nanti pakai sunblock yang banyak supaya tidak terbakar. Hehehe."

Andrea segera memasukkan potongan terakhir serabi pada mulutnya. Kemudian diminumnya es tebu yang masih berada di dalam plastik berukuran sedang.

"Dah, Nenek!"

Andrea melambaikan tangan pada Liana dan mulai memeluk erat perut kakeknya yang sedang mengendarai sepeda motor tua menuju pantai berada.

"Dulu Mamamu sangat suka bermain di pantai. Di sawah juga, kapan-kapan Kakek ajak ke sawah. Ada banyak pohon mangga, kamu pasti suka."

Andrea mengangguk singkat, dia sengaja memakai jaket dan topi hitam milik ibunya. Entah kenapa dia sangat suka memakai barang-barang ibunya. Bahkan, seluruh kain yang melekat di tubuhnya adalah milik Joanna, kecuali dalaman tentu saja.

"Kamu kangen Mamamu? Mau Kakek antar ke rumahnya besok?"

"Tidak. Andrea suka di sini. Bisa dimanja Nenek dan Kakek."

Rendy terkekeh pelan, sesekali dia melirik Andrea yang tampak muram melalui spion sepeda.

Setelah pulang dari pantai, Liana tampak murka karna Andrea pulang dalam keadaan wajah belang.

Sedangkan Evan yang baru saja pulang tampak tertawa cekikikan ketika melihat wajah belang keponakannya.

"Nanti Tante buatkan masker. Mas, kok ditertawakan sih?"

Tegur Kinara, dia tampak kasihan dengan Andrea yang berwajah belang meskipun sejak tadi dia tidak berhenti cengar-cengir menahan tawa.

"Paket..."

Liana bergegas keluar, melihat barang apa lagi yang Evan beli sekarang.

"Andrea, Papamu datang!"

Evan ikut ke luar rumah dan kembali tertawa karena mengingat kebiasaan mantan kakak iparnya yang selalu bercanda ketika datang.

Jangankan jadi tukang pengantar barang, pura-pura alergi undang dan kejang-kejang di tengah-tengah acara makan saja pernah.

Alasannya sederhana, Jeffrey ingin melihat istrinya tertawa. Ingin melihat Joanna selalu tertawa karena dirinya.

Andrea juga ikut keluar. Di sana, dia melihat Liana yang sedang memukuli pundak ayahnya sembari tertawa.

"Ampun, Bu! Hehehe, memangnya Ibu sedang pesan apa? Hayo, jangan-jangan beli tas tanpa sepengetahuan Ayah, ya?"

Godaan Jeffrey membuat Evan tertawa. Pasalnya, wajah Liana mulai pucat pertanda bahwa ucapan mantan menantunya benar.

Karena Liana memang suka mengoleksi tas mahal yang akan digunakan ah ralat, dipamerkan ketika arisan.

Aku baru bangun tidur. Kaget banget ada banyak notif muncul, thank you ~

Masih seru?

Tbc...

PARENTLESS [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang