32. Parentless

5.8K 489 106
                                    

Gitu dong, banyak yang komentar kayak di chapter sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gitu dong, banyak yang komentar kayak di chapter sebelumnya. Biar aku makin semangat dan cepet nulisnya. Padahal, seharusnya aku mau hiatus sampe lebaran 😂

Jeffrey panik luar biasa, dia langsung mendorong Isla hingga menatap ujung meja dan meringis kesakitan.

"PANASSS! PAAPA!"

Andrea langsung memekik sakit, membuat Jeffrey semakin panik dan bergegas menariknya menuju washtafle tempat air mengalir.

"AMBIL HANDUK DAN PANASKAN MOBIL!"

Pekikan Jeffrey membuat para asisten rumah tangga bergidik ngeri, karena baru kali ini melihat Jeffrey marah sehebat ini.

"Pejamkan mata! Jangan menangis!"

Bentak Jeffrey sembari mengaliri wajah Andrea menggunakan air mengalir. Kemudian melirik Isla yang menampakkan wajah takut sekali.

"Kamu keterlaluan Isla!"

"Panggilkan Mama! Andrea mau Mama!"

Andrea mencoba membuka mata dan berusaha meraih ponselnya dari saku celana. Namun Jeffrey buru-buru merebutnya karena tidak mau melibatkan Joanna untuk sekarang. Karena takut hubungan mereka semakin renggang.

"Jangan sekarang! Andrea, kamu tidak percaya dengan Papa!?"

Andrea diam saja, kemudian tubuhnya dibalut handuk besar setelah sekitar 20 menit wajahnya dialiri air mengalir dari washtafle dekat kamar asisten rumah tangga.

Dengan sigap Jeffrey menggendong Andrea menuju mobil yang telah dipanaskan. Isla yang sejak tadi diam saja mulai mendapat teriakan dari Jeffrey yang sedang memangku Andrea di kursi penumpang.

"Susul ke rumah sakit! Bawa dompet dan baju ganti Andrea!"

Andrea masih meringis sakit dan sesekali menyerukan nama ibunya. Hingga membuat Jeffrey semakin merasa bersalah karena telah meminta Andrea pulang sekarang. Seharusnya, hal ini tidak terjadi padanya kalau saja Jeffrey mau mengalah untuk datang ke Surabaya guna menemui Andrea.

"Maafkan, Papa. Papa janji akan melakukan yang terbaik untuk Andrea."

Bisik Jeffrey sembari mengusap rambut Andrea, air matanya perlahan mengalir ketika melihat bercak merah yang mulai muncul di permukaan kulit wajah anaknya.

Di Surabaya, Joanna sedang sibuk mengemas barang karena baru saja diberi kabar oleh salah satu asisten rumah tangga di rumah Jakarta tentang keadaan Andrea.

Johnny tentu saja berusaha menenangkan istrinya dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Namun tetap saja, ibu mana yang bisa tenang jika mendapat kabar anaknya terluka.

"Ini bahkan belum ada 24 jam Andrea pulang. Kalau tahu seperti ini, aku tidak akan pernah mengizinkan dia kembali ke sana!"

Johnny hanya bisa memeluk Joanna erat-erat, kemudian beralih menggendong Malvin yang sedang terlelap di atas ranjang.

Setibanya di Jakarta, Joanna sengaja datang di rumah sakit sendirian. Mengingat identitas Malvin masih belum diketahui Jeffrey sampai sekarang. Iya, Joanna sudah bekerja sama dengan Andrea agar dia tidak menceritakan apapun pada ayahnya.

Plak... Plak... Plak...

Tiga kali tamparan melesat di pipi Isla. Hingga membuat sudut bibirnya berdarah dan membutnya tersungkur di depan pintu ruang rawat Andrea.

"APA MAUMU, HAH!? AKU SUDAH MEMBERIKAN SEMUANYA! SUAMIKU! RUMAHKU! BAHKAN ANAKKU! TAPI KENAPA SAMPAI KAU MELUKAINYA SEPERTI ITU!? ISLA, SELAIN TIDAK TAHU DIRI, TERNYATA KAU INI SEORANG KRIMINAL JUGA, HAH!?"

"Maaf, Mbak. Saya tidak sengaja, ini karena Andrea mengatai saya..."

"SIMPAN ALASAN DAN MAAFMU DI PERSIDANGAN! AKAN KUPASTIKAN KAU MEMBUSUK DI PENJARA!"

Pintu ruangan Andrea dibuka dari dalam. Jeffrey yang memang sudah mendengar pertikaian mereka tampak tidak setuju dengan niatan Joanna yang ingin memidanakan Isla.

"Joanna, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Keadaan Andrea juga sudah membaik. Soal Isla, aku yang akan meberinya pelajaran nanti."

Ucap Jeffrey sembari membantu Isla berdiri. Hingga membuat Joanna semakin murka dan mulai menjambak rambut panjang Isla tanpa ampun barang sedetik.

"Joanna! Kamu apa-apaan!? Lepas!"

Jeffrey berusaha melepas tangan Joanna dari rambut istrinya. Namun bukan Joanna jika mudah melepas mangsa. Apalagi itu Isla yang jelas-jelas adalah pencuri kebahagiaan di hidupnya.

"Apa aku pernah melukaimu? Apa aku pernah melukai anakmu? Tidak, kan? Aku bahkan tetap membiarkanmu hidup nyaman bersama suami dan anakmu! Tidak pernah sekalipun aku mengusik hidupmu! Tapi apa yang kau lakukan pada anakku!? Apa mencuri suamiku saja tidak cukup? Sampai-sampai kau juga melukai anakku, hah!?"

"Selama ini saya juga tersiksa, Mbak! Mas Jeffrey tidak pernah benar-benar mencintai saya! Setiap malam dia selalu meminta saya memakai baju-baju Mbak Joanna yang masih tertinggal. Bahkan sampai dalaman juga. Saya juga tersiksa, Mbak! Saya tidak bisa bahagia meskipun sudah merebut Mas Jeffrey, Mbak!"

Plak...

Tamparan kali ini Jeffrey pelakunya. Dia malu tentu saja, karena fakta kotor tentang dirinya diungkap di depan Joanna. Orang yang selama ini menjadi fantasi seksualnya ketika berhubungan dengan Isla sejak mereka menikah hingga sekarang.

Iya, tanpa dikatakan secara gamblang. Kita semua juga tahu kalau Jeffrey masih belum bisa melupakan Joanna. Sikap baik yang selalu ini ditujukan untuk Isla dan Jeno, tentu saja sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai suami dan ayah. Tidak lebih dan kurang, karena perasaanya masih tetap tertuju pada wanita yang sama. Tentu saja Joanna.

Andrea yang memang masih terjaga dengan wajah yang sudah penuh perban, kini mulai berusaha bangun dari ranjang. Mencoba meminta penjelasan akan sesuatu yang baru saja didengar.

Ini short story, ya! Rencananya cerita ini tamat dalam 8 chapters ke depan.

Kalian ada request scene apa?

Tbc...

PARENTLESS [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang