Pagi-pagi sekali Andrea dan Jeffrey sudah diajak Rendy jalan-jalan di pantai. Mereka juga menaiki kapal kecil milik Rendy guna memancing di tengah-tengah pantai.
Andrea tampak senang sekali, terlebih dia juga diizinkan berenang dan bermain di pesisir pantai bersama anak-anak yang lain.
"Bule, namamu siapa? Kamu apanya Pak Dhe Rendy?"
Tanya salah satu anak laki-laki yang ikut bermain dengannya.
"Itu Cina! Kalau rambutnya putih baru bule!"
Tegur anak lain yang sejak tadi tidak kunjung menatap Andrea tanpa henti. Dia takjub karena ada anak seputih Andrea di sini.
Maklum saja, ini pesisir. Tentu saja orang-orang di sini berkulit eksotis.
"Namaku Andrea, aku cucunya Kakek Rendy. Kalian?"
"Aku Tasya, ini Haikal. Kita mau SMA. Kamu kelas berapa?"
"Aku mau kuliah, hehehe."
Haikal dan Tasya saling melirik, keduanya mulai tertawa karena merasa lelucon Andrea garing sekali.
"Lebih baik kita berenang saja, sebelum panas!"
Usul Haikal yang kemudian berlari menuju bibir pantai.
Rendy dan Jeffrey hanya bisa tertawa ketika menatap Andrea yang tampak begitu senang sekarang. Berbeda dari hari-hari sebelumnya yang selalu terlihat murung dan kesepian.
"Andrea mau Jeffrey ajak pulang. Boleh, kan?"
"Boleh. Tapi aku menyarankan agar Andrea menemui ibunya sebelum pulang. Meskipun sebentar, tidak apa-apa. Sudah empat tahun mereka tidak bertemu, kan?"
Jeffrey mengangguk kaku, agak takut juga ketika melihat wajah mantan mertuanya yang mulai tampak mengeras dan kaku.
"Nanti kuberi alamat rumahnya. Tidak jauh dengan bandara Juanda, satu arah juga. Bagaimana?"
"Jeffrey sebenarnya tidak masalah. Hanya saja Jeffrey takut Andrea marah, menolak menemui ibunya dan membuat Joanna terluka."
"Tidak ada salahnya mencoba. Ini sudah empat tahun. Mau sampai kapan mereka tidak saling bertemu? Andrea juga pasti sangat merindukan ibunya meskipun sebenarnya gengsi mengatakan."
11. 10 AM
Setelah acara piknik dan panen mangga, Jeffrey dan Andrea akhirnya berpamitan pulang. Hubungan keduanya juga sudah membaik setelah Jeffrey mengatakan maaf berulang-ulang.
"Papa tumben tidak pakai supir saja?"
Tanya Andrea di tengah-tengah tol Surabaya. Kedua matanya tampak segar meskipun baru saja tertidur selama hampir tiga jam di perjalanan.
"Papa mau quality time dengan anak kesayangan Papa."
"Tumben! Bisanya Jeno kesayangan Papa!"
Jeffrey terkekeh pelan dan mulai melajukan mobilnya agak kencang agar tidak terjebak macet di jalan.
"Meskipun Papa sering bersama Jeno, bukan berarti Andrea Papa lupakan. Andrea anak pertama Papa, orang yang menjadikan Papa sebagai seorang ayah untuk yang pertama. Itu sebabnya Papa sering membuat salah karena Papa tidak pernah menjadi ayah sebelumnya. Andrea mau memaafkan Papa jika suatu saat membuat salah lagi, kan? "
Andrea mengangguk singkat dan mengecup pipi ayahnya. Wajahnya tampak senang meskipun agak aneh ketika melihat banyak bingkisan di bangku belakang.
"Loh, itu apa? Bukannya tadi mangga hasil panen kita sudah disimpan di bagasi?"
"Untuk Mamamu, kita mampir ke rumahnya sebentar. Kamu tidak masalah, kan? Sebentar saja."
Jeffrey melirik Andrea yang tampak gelisah. Keringat dingin juga mulai mengucur dari pelipisnya. Padahal, suhu ruangan sudah disetel maksimal.
"Andrea, kamu kenapa? Sakit? Bagian mana yang sakit?"
Jeffrey mulai panik dan menepikan mobil. Kedua tangannya juga mulai mengusap peluh Andrea yang membasahi wajahnya sendiri.
"Pa, Andrea tidak mau bertemu Mama. Tolong jangan sekarang, Andrea belum siap."
Jeffrey mulai memeluk Andrea kuat-kuat, mengecupi pucuk kepalanya sembari mengucap kata maaf karena tidak mengatakan akan hal ini sebelumnya.
"Sebentar saja. Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau bertemu Mama. Nanti Papa saja yang turun dan memberikan kardus-kardus titipan Nenek dan Kakek."
Iya, Jeffrey memang egois karena tetap memaksa bertemu Joanna meskipun keadaan Andrea tidak sedang baik-baik saja.
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan ~
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTLESS [ END ]
Cerita PendekParentless it means having no parent or parents or not cared for by parent surrogates.