Aku tidak pulang, mau menjemput Andrea di Jawa Tengah. Aku menginap. Tidak apa-apa kalau kutinggal, kan?
Tidak apa-apa, Mas. Pergi saja, Jeno juga sedang baik-baik saja. Mau kukemaskan baju ganti? Nanti kuminta supir yang antar.
Tidak perlu. Di sana masih ada baju-bajuku.
Selesai mandi, Jeffrey bergegas menuju ruang keluarga. Di sana sudah ramai dengan berbagai ocehan Evan yang kesal karena diminta istrinya menggerus beras yang telah dibalut kerudung tebal menggunakan ulekan.
"Siapa yang membut belang, siapa yang susah!"
"Ayahmu sedang ikut hajatan di rumah tetangga. Kamu diminta gantikan juga ogah!"
Sahut Liana yang sedang menyiapkan makan malam bersama Kinara.
"Memangnya itu bisa memutihkan sungguhan, Nek?"
Tanya Andrea pada Liana.
"Bisa. Mamamu yang memberikan resep. Untungnya Tantemu sudah merendam beras semalam. Jadi tinggal dikeringkan menggundkan hair dryer dan digerus saja. Mamamu waktu muda juga pakai itu, dia jadi anak yang paling putih di kampung karena dibuatkan Nenek Buyutmu. Tidak tanggung-tanggung, setiap bulan Mamamu pasti dibuatkan masker beras satu kilo. Pernah Mamamu menangis gara-gara berasnya tidak digerus manual, tapi digiling di tempat untuk menggiling tepung. Alhasil tepungnya dipakai luluran, tidak untuk wajah karena takut jerawatan."
Andrea mengangguk singkat karena Joanna memang satu-satunya orang di rumah Liana yang memiliki kulit cerah. Entah karena efek perawatan di kota atau memang sejak lahir. Karena memang Rendy dan Liana berkulit sawo matang dan tidak putih pucat seperti Jeffrey.
"Mamamu ikut gen kulit Buyutmu. Kulitnya putih seperti Papamu. Dulu kulitnya pernah menggelap karena sering main layangan, tapi setelah masuk SMA dan kenal cinta-cintaan, dia jadi suka merawat diri dan berdandan."
Andrea tampak tertawa, meskipun dalam hati sedikit miris karena orang yang dibicarakan tidak lagi ada bersama mereka.
"Kakek pulang!"
Andrea langsung menyambut kakeknya. Bukan, lebih tepatnya pada berkat yang dibungkus menggunakan kresek berwarna hitam.
"Ini untuk Andrea semua, ya?"
"Makan saja semua! Makan!"
Jeffrey tertawa, begitu juga dengan Kinara, Rendy dan Liana ketika mendengar percakapan singkat antara Andrea dan Evan.
"Andrea, besok ajak Papamu piknik di sawah. Sekalian panen mangga."
Ucap Rendy sembari mengelurkan harta karun dari kolong meja.
Apalagi kalau bukan tiga buah mangga berukuran besar yang sudah pasti berasal dari sawahnya.
"Ayahhhh!"
Pekik Evan sembari memungut tiga buah mangga siap makan miliknya yang dipetik sebelum Andrea datang.
"Untuk Andrea! Nanti kamu petik lagi!"
Andrea tersenyum senang dan mulai merebut tiga mangga milik Evan. Satu diberikan pada Liana untuk dikupas dan dua lainnya disimpan di dalam kulkas.
Malam semakin larut. Joanna sudah tidur di kamar Evan bersama Kinara. Sedangkan Jeffrey dan Evan tidur di kamar Joanna.
"Kakakku tadi pulang."
Ucapan Evan membuat jantung Jeffrey berdebar tiba-tiba, dia takut fakta bahwa dirinya yang menyebabkan perceraian terbongkar. Karena selama ini orang tua Joanna mengira kalau anaknya yang bersalah, bukan dirinya.
"Kapan? Sebelum aku datang?"
"Tadi sore sebelum aku pulang. Aku bertemu dengannya di depan gang. Sepertinya dia tidak berani menemui Andrea, dia hanya melihat dari jauh ketika Ayah dan Andrea pulang dari pantai."
Jeffrey menghembuskan nafas berat, kemudian mulai bangun dari ranjang karena tiba-tiba saja dadanya terasa sesak.
"Aku mau jalan-jalan sebentar."
Evan mengangguk singkat dan memejamkan mata. Dia sama sekali tidak curiga dengan gelagat aneh mantan kakak iparnya yang mulai merasa gelisah.
Jeffrey sudah duduk di depan rumah, menatap hamparan jalan dan langit malam.
Ada satu penyesalan terbesar di dalam hidupnya. Penyesalan akan perbuatan fatalnya. Penyesalan yang membuatnya kehilangan wanita paling hebat di hidupnya. Wanita yang sudah berjuang bersamanya dari titik terendah hingga bisa seperti sekarang.
Joanna, wanita itu pergi dan menciptakan banyak luka untuknya. Luka akan penyesalan teramat berat di hidupnya.
Resepsionis cantik itu hamil anakmu. Jeffrey, jangan jadi pengecut! Aku yang akan mundur. Nikahi dia setelah aku menceraikanmu.
Air mata dan isakan Jeffrey keluar perlahan. Jeffrey menyesali perbuatannya yang telah bermain belakang hanya karena rasa jenuh sesaat. Dia tidak menyangka kalau perbuatannya akan berakibat fatal di hidupnya.
Kehilangan Joanna, wanita yang amat sangat dia cintai hingga sekarang. Wanita yang telah mengajarinya banyak hal dan bisa membuatnya menjadi seperti sekarang.
Iya, bisnis yang sedang Jeffrey jalankan berasal dari campur tangan Joanna. Karena Joanna orang ekonomi yang cerdik luar biasa. Sedangkan Jeffrey, dia hanya bermodal keahlian dan modal saja. Segala bentuk manajemen bisnisnya, Joanna yang handle hingga bisa seperti sekarang. Itulah alasan kenapa Jeffrey sampai membuat rumah megah senilai 1 triliun untuk istrinya. Untuk wanita hebat yang sangat berjasa di hidupnya.
Siap untuk versi Joanna?
Versi Mama Jo akan banyak flashback-nya. Semoga kalian, suka.
Untuk visual pemain aku posting di feed instagram jam 8 malam.
See you ~
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTLESS [ END ]
Historia CortaParentless it means having no parent or parents or not cared for by parent surrogates.