Andrea bangun ketika mendengar ketukan kamarnya yang cukup nyaring. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Isla si ibu tiri. Satu-satunya orang di rumah yang berani membangunkan Andrea ketika pagi.
"Ini sudah hampir jam 12 siang. Ayo mandi dan ke bawah. Adikmu sudah pulang, dia merindukan kakaknya."
Andrea mendengus kesal, rambut panjangnya mulai digulung asal setelah mengangguk singkat dan memandang punggung Isla yang mulai meninggalkan kamar.
Bukannya langsung mandi, Andrea justru kembali berbaring di atas ranjang. Meratapi hidupnya yang masih saja terasa hampa meskipun sudah dikelilingi orang-orang yang peduli padanya.
Seperti Jeffrey dan Isla misalnya. Meskipun keduanya jelas lebih sering mengurus keperluan Jeno yang tidak bisa berbicara, namun tetap saja mereka masih sangat peduli pada Andrea. Menyiapkan segala keperluan hidupnya dan memastikan dirinya tidak pernah kekurangan barang sedetik saja.
Setengah jam kemudian Andrea bangkit dari ranjang dan bergegas mandi kilat. Kemudian memakai baju santai yang biasa dipakai ketika di rumah.
"Kenapa lama sekali? Adikmu sudah menunggu sejak tadi."
Tegur Jeffrey setelah Andrea memasuki ruang makan. Kemudian disusul oleh decitan kursi Jeno karena anak berumur tiga tahun itu berniat memeluk sang kakak yang dirindukan setelah selama satu minggu tidak tidak berjumpa.
Andrea tidak menjawab, dia hanya membalas pelukan Jeno yang terlihat masih pucat dan lebih kurus dari sebelumnya.
"Ini untuk apa?"
Tanya Andrea sembari berjalan menuju meja makan dan mendudukkan Jeno pada salah satu kursi di sana.
"Untukmu, selamat karena akhirnya bisa masuk di universitas impianmu. Bunda sangat bangga padamu."
Isla memeluk Andrea dan mengecup pipinya singkat. Seperti biasa, ini hanya bentuk formalitas untuk mengambil hati ayahnya.
"Terima kasih, Bun."
Kemudian acara makan siang berlangsung hening seperti biasa. Acara tiup lilin dan potong kue yang seharusnya diisi banyak kebahagiaan justru berbanding balik dengan kenyataan karena tiba-tiba saja Jeno memuntahkan makanan yang baru saja disantap.
Jeffrey dan Isla yang panik luar biasa langsung pergi membawa Jeno ke rumah sakit terdekat tanpa mengucap sepatah kata, meninggalkan Andrea yang kembali diliputi rasa kecewa.
"Ternyata sama saja, mau membanggakan ataupun tidak, aku akan tetap disisihkan."
Lirih Andrea sembari melempar sisa kue yang masih tersaji di atas meja pada tempat sampah terdekat. Membuat beberapa asisten rumah tangga yang melewatinya tampak menegang di tempat karena takut dipecat.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTLESS [ END ]
Historia CortaParentless it means having no parent or parents or not cared for by parent surrogates.