"Andrea sudah makan siang?"Tanya Johnny sembari mengusap rambut Andrea yang masih dipangku ibunya.
"Belum, Om."
Johnny dan Joanna saling melirik sekarang, agak janggal juga ketika mendengar panggilan yang Andrea sematakan unyuk ayah tirinya.
"Bercanda, Andrea harus panggil apa? Kalau istri Papa minta dipanggil Bunda."
Andrea turun dari pangkuan Joanna dan duduk di tengah-tengah Johnny dan Joanna.
"Terserah Andrea."
Ucap Johnny sembari mengusap rambut panjang Andrea. Entah kenapa dia senang sekali karena sebentar lagi rumahnya akan semakin ramai dengan canda tawa kedua anak Joanna.
Maklum saja, Johnny selama ini tinggal sendirian. Tentu saja kehadiran Joanna dan anak-anaknya dapat membuat hidupnya semakin berwarna.
"Papa saja ya, Pa?"
Johnny mengangguk singkat dan berdiri ketika melihat Malvin yang tampak berjalan menuju dirinya dengan handuk setengah basah yang masih menutupi kepala.
"Malvin! Kemari, Nak!"
Andrea menatap anak kecil seumuran Jeno yang sudah sangat aktif berjalan, bahkan berlari ke arah dirinya.
"Yo, Pa!"
"Pa? Papa? Anaknya Papa?"
Joanna berdiri dan menarik handuk dari kepala Malvin.
"Anak Mama, Mavin adikmu. Adik kandungmu. Mama berpisah dengan Papa Jeffrey dalam keadaan hamil."
Andrea langsung berjongkok dan memeluk Malvin. Tubuhnya agak dingin karena dia baru saja bermain air.
"Kamu sudah bisa bicara?"
Tanya Andrea setelah melepas pelukan, namun dia tidak kunjung berdiri dari jongkoknya.
"Ma? Aku takut!"
Malvin beringsut memeluk Joanna, takut karena tiba-tiba ditanya demikin. Padahal, Andrea hanya ingin memastikan bahwa adiknya bisa berbicara dan tidak seperti Jeno adik tirinya yang suka sekali merepotkan orang.
Bukannya jahat, Andrea hanya kurang suka dengan keadaan Jeno karena hal itu bisa membuat kasih sayang orang tuanya berkurang untuknya.
"Sini, peluk Kakak!"
Andrea yang pada dasarnya suka anak kecil, kini mulai menarik Malvin agar dipeluk saat ini. Mencium pipinya berkali-kali hingga membuat Malvin bergidik ngeri dan mencoba melepaskan diri.
Joanna dan Johnny saling melirik, mereka bersyukur karena Andrea dapat dengan mudah menerima kehadiran Malvin.
"Ayo makan siang sekarang, Andrea dan Malvin mau makan apa?"
"SIOMAY AYAM!"
Pekik Andrea dan Malvin bersamaan, keduanya tampak kompak dan kini saling melirik sembari sama-sama tersenyum senang.
"Papa punya kolam ikan, Kak. Mau lihat?"
Andrea mengangguk singkat dan mulai mengekori Malvin yang sedang berlari kecil menuju bagian belakang rumah.
Di tempat lain, Jeffrey tampak kesal karena lupa menurunkan koper Andrea yang masih berada di bagasi mobil. Sehingga membuatnya harus mencari orang lain yang bisa mengantar koper Andrea ke rumah Joanna dan Johnny lagi.
Di Jakarta, Isla tampak dimarahi habis-habisan oleh Jessica di koridor rumah sakit. Tidak hanya dikatai tidak becus menjadi ibu dan istri, Jessica juga mengatai Isla sebagai wanita gatal atas masa lalunya selama ini.
"Sudah berapa kali Jeno ke rumah sakit selama satu tahun ini? Puluhan kali! Kau mau menghabiskan uang anakku untuk anakmu, hah!? Senang karena sudah membuat hidup anakku berantakan!? Isla, ini adalah karma yang kau dapat! Karena sudah merebut suami orang! Seharusnya Tuhan yang menghukummu, bukan anakmu! Kau ini benar-benar perempuan tidak tahu malu!"
Iya, Jessica sudah tahu fakta yang sebenarnya bahwa Isla adalah penyebab utama perceraian anaknya. Namun dia ikut menyembunyikan ini dari Andrea, Rendy dan Liana karena tidak mau anaknya turut mendapat kebecian dari mereka.
Isla hanya bisa menangis sambari bersimpuh di depan Jessica, sedangkan orang-orang yang berlalu-lalang hanya diam saja dan sesekali melirik sinis pada Isla yang memang tampak sangat menyedihkan karena baju dan kedua tangannya masih terkena bercak darah anaknya.
Menurut kalian, apa yang dilakuin Jeffrey udah bijak? Dengan bersikap baik ke Isla dan Jeno guna menebus kesalahannya pada Joanna dan Andrea.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTLESS [ END ]
Short StoryParentless it means having no parent or parents or not cared for by parent surrogates.