Kalo chapter ini rame, aku bakalan update satu chapter lagi buat hari ini :)
Aku tahu pasti sudah banyak orang yang mengatakan ini padamu. Tapi aku harap kamu bisa benar-benar mendengarku. Joanna, aku menyukaimu. Rasanya aku ingin terus berada di dekatmu tanpa ada batasan waktu.
Aku harus menjawab apa? Tidak ada tanda tanya di kalimat yang baru saja kamu ucapkan.
Mau jadi pacarku?
Kalau aku menolak, apa kamu akan mendorongku? Tebing ini cukup curam, kurasa aku akan langsung mati jika jatuh sekarang.
Lalu?
Aku juga menyukaimu. Tapi hanya sebatas suka karena kamu orang baik, sama seperti yang lain. Liburan kali ini benar-benar sangat menyenangkan karena ada kamu di sini. Terima kasih karena sudah ikut bergabung bersama kami. Tapi maaf, kurasa perasaan suka ini hanya perasaan suka sesaat. Bukan perasaan suka ingin menetap. Besok kita akan kembali ke kota, kalau suatu saat kita kembali berjumpa dan masih memilki perasaan yang sama, mungkin bisa dipertimbangan jika ingin menjalin hubungan.
Bukan Jeffrey namanya kalau bukan cerdik dan pemberani. Dia sengaja menyusun pertemuan secara sengaja berkali-kali hingga membuat Joanna merasa bahwa mereka benar-benar berjodoh sebab bisa bertemu kembali setelah insiden tempo hari ketika sedang liburan ke Bali.
Tidak itu saja, Jeffrey bahkan sengaja menyuap para interviewer di setiap instansi yang Joanna datangi agar wanita itu tidak berhasil.
Sangat kekanakan, kan? Bagi Jeffrey tidak juga, Jeffrey melakukan ini agar Joanna tetap berada di jangkauannya. Tetap hanya mentap dirinya dan tidak memiliki kesempatan berpaling pada berbagai pria di luar sana.
Sekedar informasi, sampai sekarang Joanna masih belum tahu kalau Jeffrey adalah orang yang menyabotase seluruh kegiatan interview-nya sebelum menikah untuk yang pertama kali.
"Sedang apa datang kemari!?"
Pekik Jeffrey sembari berjalan mendekati Isla, rahangnya semakin dikeraskan karena takut Isla berbicara yang tidak-tidak pada istrinya.
"Mas Jeffrey..."
Isla sudah menangis sekarang. Sedangkan Jeffrey, dia berusaha meminta Isla menjauh dan menutup pintu dari dalam.
"Pergi!"
Jeffrey bahkan mendorong Isla cukup kencang hingga hampir terjungkal.
Nafas Jeffrey tersendat, dia merasa dalam posisi terancam sekarang.
Setelah mengunci pintu ruangan, Jeffrey mendekati istrinya yang masih menangis di tempat semula.
"Sayang, kamu sedang ada masalah apa?"
Suara Jeffrey bergetar, karena baru kali ini dia melihat istrinya menangis sesenggukan kecuali ketika keguguran di tahun ke delapan setelah Andrea dilahirkan.
Jeffrey sedang duduk bersimpuh di depan Joanna, mengusap telapak tangannya dan sesekali mengecupnya pelan.
"Apa salahku?"
"Sayang, kamu kenapa? Kamu tidak ada salah! Berbicara yang jelas, jangan membuatku takut sekarang!"
"Isla hamil anakmu, kenapa kamu melakukan ini? Apa karena aku tidak bisa melahirkan anak laki-laki?"
Air mata Jeffrey mengalir perlahan, pegangan tangannya pada Joanna semakin dieratkan seolah takut Joanna pergi darinya.
"Aku khilaf! Itu kecelakaan! Aku tidak sengaja melakukan itu dengan Isla! Percaya padaku! Aku hanya sekali melakukan itu! Aku tidak pernah sengaja berselingkuh! Sumpah! Demi Tuhan aku tidak masalah meskipun tidak memiliki anak laki-laki darimu!"
Alih-alih mengatakan bahwa anak yang dikandung Isla mungkin saja bukan anaknya, Jeffrey justru melayangkan pembelaan karena takut Joanna akan semakin kecewa padanya.
Iya, Joanna kelewat baik di mata orang-orang. Sehingga siapapun yang berada di dekatnya pasti akan selalu merasa aman karena dia akan menjadi garda terdepan untuk melindungi mereka jika sedang merasa terancam.
Mengalah demi kebahagiaan orang lain sudah sering Joanna lakukan. Meskipun dia yang akhirnya dirugikan. Itu tidak masalah, karena dia merasa bahwa orang lain tidak sekuat dirinya dan tidak ada salahnya kalau dia sedikit memikul beban mereka. Itu juga yang membuat Jeffrey sampai segila sekarang. Karena selama ini belum pernah menemukan perempuan seperti Joanna.
"Joanna, apa yang harus aku lakukan? Hukum aku! Atau pukul aku dengan apapun itu! Asal jangan pergi dariku, jangan pernah mengatakan kata perpisahan laknat itu!"
Jeffrey berusaha memeluk istrinya, namun Joanna mulai berdiri dan menghindar darinya.
"Seharusnya kamu sadar akan konsekuensi apa yang kamu dapat jika melakukan ini! Jeffrey, hamil dan melahirkan bukan perkara yang mudah. Aku mana tega membirkan anak itu menderita sendirian."
Ucap Joanna sembari menyeka air mata dan membuka pintu ruangan.
"Resepsionis cantik itu hamil anakmu. Jeffrey, jangan jadi pengecut! Aku yang akan mundur. Nikahi dia setelah aku menceraikanmu."
Joanna langsung pergi, meninggalkan Isla yang tidak enak hati karena telah
telah membuat pernikahan dua orang yang sangat dihormati berada di ambang kehancuran seperti ini.Masih kuat flashback lagi???
Ada yang mau ngasih kata-kata cinta buat Isla di sini?
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTLESS [ END ]
Short StoryParentless it means having no parent or parents or not cared for by parent surrogates.