Bagian 35 - 'Gift'

224 58 18
                                    

"Na, kamu lihat kaos aku yang warna hitam polos nggak?" Dirga masih berusaha mencari pakaian miliknya dengan membongkar isi lemari.

"Kemarin aku taruh di ambalan paling atas kok." Jawab Ana yang sedang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Perempuan itu sedikit merasa lelah hari ini.

"Nggak ada, Na. Kamu beneran taruh di lemari aku kan? Nggak kecampur sama baju kamu?"

"Coba aja kamu cari sendiri." Jawab Ana dengan nada yang terdengar sedikit jengkel. Kepalanya mulai terasa pening.

"Na, nggak ada. Ke mana sih kaosnya? Kamu bisa tolong cariin nggak? Aku buru-buru nih, mau main futsal sama anak-anak." Ucap Dirga dengan frustasi.

Seperti yang sudah sering kali diucapkan oleh banyak orang. Sifat asli pasangan itu akan terlihat setelah menikah. Dan benar saja, ternyata Ana baru mengetahui jika Dirga itu tidak pandai mencari barang-barangnya sendiri meski barang tersebut berada tepat di depan matanya sekalipun.

"Ini?" Ana mengambil sebuah kaos hitam polos yang Dirga cari sejak tadi.

"Nah, iya ini. Kok kamu langsung ketemu sih? Perasaan dari tadi aku udah cari di sebelah situ loh, Na. Makasih ya,"

Ana hanya mengangguk dan kembali merebahkan dirinya yang mulai terasa semakin lemas.

"Na, kayaknya aku bakal pulang agak malam. Nggak apa-apa kan?"

Bukannya menjawab pertanyaan itu, Ana justru menutup hidung dan mulutnya dengan selimut. Ia menatap Dirga dengan kesal.

"Aku nggak diizinin pulang malam ya? Kok kamu ngelihatin aku begitu banget, sayang?"

"Kamu pake parfume apa sih, Dir? Kok baunya nggak enak gini? Aku jadi pusing tau nggak sih." Ana menaikan volume suaranya.

Dirga langsung mengendus tubuhnya yang baru saja ia semprotkan parfume.

"Ini parfume yang biasa aku pake kok. Bau dari mananya sih? Perasaan sama aja deh, Na. Apa kadaluarsa kali ya ini?"

Dengan sigap, Dirga langsung mengecek tanggal kadaluarsa di botol parfume miliknya.

"Belum kadaluarsa kok," jelasnya.

"Kamu nggak usah dekat-dekat aku dulu deh. Aku pusing banget nyium bau parfume kamu, Dir."

"Lah, padahal kan ini par-"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Dirga dibuat terkejut karena tiba-tiba saja Ana berlari ke kamar mandi dan terdengar muntah-muntah.

"Astagfirullah... kamu sakit ya, Na? Kok nggak bilang aku sih kalo lagi sakit gini?" Dirga panik bukan main setelah mendapati wajah Ana yang sudah memucat setelah keluar dari kamar mandi. "Bentar, aku ambilin air hangat dulu ke dapur."

Tepat lima bulan yang lalu, Dirga dan Ana sudah tidak tinggal bersama orang tua mereka lagi. Keduanya memutuskan untuk tinggal di rumah pribadi yang telah selesai masa pembangunannya. Rumah minimalis yang hanya memiliki satu lantai.

"Minum dulu, Na."

Air yang masuk ke dalam mulut semakin memicu rasa mual di tenggorokan Ana. Ia kembali berlari ke kamar mandi yang muntah untuk kedua kalinya.

Dirgantara & CendanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang