"Aku senang, kamu akhir nya keluar dari rumah" ucap Wendy, sambil melahap makan siang nya, dan melupakan obrolan tentang Kim bersaudara tadi.
"Aku sedang berkeliling mengirim surat lamaran tadi, dan ternyata tanpa sengaja aku lewat di kantor kalian, jadi sekalian berkunjung" cerita Irene.
"Unnie ingin bekerja?" Tanya Joy kaget.
"Iya, aku tak mungkin hanya mengandalkan penghasilan Cuwie saja kan" lirih Irene sendu.
"Nanti aku coba tanyakan kenalan ku Irene-ahh, siapa tahu mereka juga punya lowongan" kata Wendy.
"Gumawo Wendy-ahh" balas Irene tersenyum lega.
"Uncle!" Seru Ella melihat Rio memasuki cafe bersama Rose.
Suara seruan Ella menarik perhatian Wendy, Irene dan Joy, mereka menoleh ke sumber suara, dan mengikuti arah tatapan gadis kecil itu.
Ketiga wanita itu menahan nafas menatap Rio dan Rose yang bergandengan memasuki cafe.
"Tak terlihat seperti sekertaris dan boss nya" gumam Wendy
"Seperti sepasang kekasih, ah beruntung nya gadis itu" imbuh Joy iri, Irene terus menatap pasangan Chaerio sampai mereka tiba di meja sang hyung, Ella langsung naik ke pangkuan Rio, dan memainkan ponsel uncle nya itu untuk menonton youtube.
"Pemandangan yang menggemaskan" Joy senyum-senyum sendiri, Irene masih tak bereaksi.
Akhir nya, Irene pun mendapat pekerjaan dengan bantuan Wendy, ia menjadi manager pemasaran di sebuah perusahaan popok bayi, rumah akan sepi setiap hari nya kecuali sabtu, karena Irene libur 2 hari, dan minggu karena Cuwie akan berada di rumah.
Minggu ini, kedua dongsaeng itu sedang membersihkan rumah, perut Irene juga sudah kian membesar.
"Unnie istirahat saja, biar Cuwie yang melanjutkan" ujar sang dongsaeng yang melihat unnie nya terengah dengan peluh bercucuran.
"Maaf, unnie merepotkan mu Cuwie" sesal Irene.
"Tidak unnie, aku tidak merasa di repotkan" ujar Cywie, yang menyodorkan segelas air putih pada sang unnie.
Tink. . . Tonk. . .
"Biar Cuwie yang buka unnie"
"Unnie!" Teriak Wendy dan Joy yang mengunjungi Irene, mereka langsung masuk menuju ruang keluarga.
"Irene-ahh, ku dengar kemarin jadwal mu memeriksakan kandungan, apa kata dokter?" Wendy langsung mencerca Irene dengan pertanyaan, sambil mengusap-usap perut buncit sahabat nya itu.
"Baik Wendy-ahh, semua sehat" balas Irene.
"Cuwie" Joy menghampiri dongsaeng Irene itu dengan semangat, yang di panggil mengerutkan kening nya aneh.
"Kamu bekerja di Rock Star kan?" Tanya nya, Cuwie mengangguk bingung.
"Kamu pasti mengenal Rio kan?" Cercanya, Cuwie kembali mengangguk.
"Kamu punya nomor ponsel nya?" Tanya nya seperti wawancara, Cuwie kembali menggeleng.
"Yaa, bagaimana bisa?" Kesal Joy menjatuhkan pantat nya di sofa, Wendy dan Irene menatap nya jengah.
"Aku bekerja pada tuan Kim Jisoo, jadi aku hanya punya nomor ponsel nya, unnie mau?" Tawar Cuwie
"Tidak tidak, untuk apa? Dia sudah beristri, dan ku dengar istri nya itu galak" ujar Joy bergidik ngeri, Wendy dan Irene spontan terbahak.
Keempat wanita itu lantas menikmati makan siang dan camilan yang dibawa oleh sang tamu.
"Unnie jangan makan itu, terlalu pedas, kasihan untuk bayi mu nanti" perhatian Cuwie pada unnie nya.
"Apa bekerja di Rock Star itu enak?" Tanya Joy pada Cuwie
"Yang nama nya bekerja dimana-mana ada enak tidak nya unnie, tapi keluarga Kim itu baik, jika mereka datang untuk mengechek, kami semua pasti dibawakan makanan" cerita Cuwie, ketiga unnie nya itu mendengar dengan serius.
"Tapi kesan baik pertama ku itu pada tuan Rio, dia dulu yang menerima ku bekerja di cafe hyung nya" lanjut Cuwie.
"Kenapa malah dia?" Tanya Joy heran.
"Waktu itu tuan Jisoo juga ada, tapi dia meminta pendapat tuan Rio, jadi dia yang mengiyakan nya" balas Cuwie.
"Entahlah, keluarga itu aneh" bingung Cuwie.
"Aneh bagaiamana?" Kini Wendy yang penasaran.
"Tuan Jisoo adalah pemilik cafe nya, tapi keputusan yang ia ambil pasti tuan Rio yang menentukan, meski ia tak setuju, tetap saja di iyakan, dan ketika dia protes, tuan Rio akan mengadukan pada nona Jennie, tuan Jisoo takut dengan istri nya" cerita Cuwie polos, ketiga nya kembali terbahak mendengar cerita tentang keluarga Kim.
"Dan tentang sekertaris Rio?" Selidik Joy
"Nona Rose?" Tanya Cuwie, Joy mengangguk.
"Entahlah, aku tak tahu, tapi mereka dekat, sangat dekat, bahkan nona Rose tak akan segan memarahi pegawai perempuan yang ia curigai sedang menggoda tuan Rio" ungkap Cuwie.
"Wow" reaksi Wendy dan Joy kompak.
"Keluarga yang menarik" ujar Wendy, Joy mengangguk setuju.
"Boss mu sendiri, apa kebaikan nya?" Tanya Irene, raut wajah Cuwie berubah sendu, mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, ketiga wanita yang lebih dewasa itu pun menatap nya serius, dan curiga.
"Hari dimana oppa mengalami kecelakaan, dia mendatangi ku di cafe, dan kebetulan tuan Jisoo sendiri lah yang menemui nya, dia mempersilakan oppa masuk ke dalam cafe, bahkan meminta salah satu teman kerja ku untuk menyuguhkan minuman dan makanan untuk oppa, oppa juga menitipkan ku pada nya, dari situ, oppa semakin yakin jika aku tak salah memilih tempat kerja" jujur Cuwie.
"Untuk apa oppa menemui mu?" Tanya Irene dengan suara serak nya.
"Untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi diantara kami selama ini unnie, malam itu oppa datang lalu kami saling memaafkan, tapi ternyata itu adalah pertemuan terakhir kami" akhir nya tangis Cuwie pun pecah, Wendy dan Joy pun langsung memeluk nya untuk menenangkan Cuwie, Irene telah berubah, ia lebih tegar sekarang, dengan senyum tipis, ia menggenggam tangan kanan dongsaeng nya itu.
"Tidak apa-apa, jangan di tangisi lagi, oppa sudah tenang disana, bukan kah dengan begitu tak akan ada lagi kan ganjalan di hati mu?" Ujar nya menghibur Cuwie, gadis muda itu pun mengangguk.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Osteosarcoma
Fanfictionosteosarcoma adalah salah satu jenis kanker tulang yang menyerang pada tulang panjang, seperti tulang kering atau tulang paha, yaitu tumbuh nya sel-sel tulang baru yang tidak di butuhkan, sehingga menimbulkan tekanan pada sekitar yang menyebabkan ra...