Irene sedang memeriksa laporan, dari pegawai nya, hari ini dia sibuk sekali.
Dan di sekolah, Juno sedang berlari mengejar bola, dia memang gemar dengan olahraga yang satu itu, mengolah si kulit bundar dengan kedua kaki nya.
"Dae-Choo berikan bola nya pada ku" teriak Juno.
Dan di rumah keluarga Kim, Rio dengan malas nya, melakukan apa-apa sendiri, karena Rose sedang cuti liburan bersama Yoong.
Krriiingg. . .
Ponsel Rose berdering
"Rose, dimana dasi ku yang berwarna merah garis hitam?" Tanya Rio melalui sambungan telpon nya pada sang sekertaris.
Tak sampai sepuluh menit, Rio kembali menelpon.
"Dimana sepatu Celine ku?" Yoong memutar malas kedua mata nya, melihat sang kekasih yang tak bisa jauh dari ponsel nya karena Rio selalu menelpon setiap sepuluh menit sekali.
Set
Yoong merebut ponsel sang kekasih, dan mematikan, agar Rio tak kembali menghubungi nya.
Rio marah, mendapati ponsel Rose tak aktif, ia tahu, Yoong lah pelaku nya, padahal Rio sangatlah tergantung pada Rose, apa-apa gadis itu lah yang mengurus segala kebutuhan dan keperluan Rio.
Di tempat lain
"Aaahh. . ." Teriak Juno kesakitan, ia terjatuh dan menangis kesakitan memegangi kaki kanan nya, sang guru miss Yeri pun berlari menghampiri Juno yang menangis sambil mengerang kesakitan.
"Juno-yaa, mana yang sakit?" Tanya Yeri panik, tapi Juno tak menjawab, ia hanya terus menangis sambil memanggil ibu nya.
"Mommy, sakit" tangis nya memegangi lutut, Yeri pun menghubungi Irene selaku orang tua Juno.
Dengan taxi, Irene pun datang menjemput sang putra di sekolah, pihak sekolah sudah memeriksa kaki kanan Juno.
Mr Choi, yang memeriksa kaki Juno pun menemui Irene.
"Nyonya, kami tak menemukan luka di kaki putra anda, tapi dia terus mengeluh sakit, sebaik nya anda bawa ke dokter saja untuk di periksa, hanya ada luka memar merah di atas lutut, itu saja yang kami temukan" jelas mr Choi.
"Ayo kita ke rumah sakit ne" ujar Irene, ia lalu menggendong sang putra, yang kemudian melingkarkan lengan nya di leher sang mommy, menyembunyikan wajah sembab nya di ceruk leher sang ibu.
Rio gelisah, ini waktu nya dia harus ke rumah sakit, untuk mendapatkan vaksin flu nya, tapi Rose tak kunjung datang, ponsel nya masih tidak aktif, arti nya, dia belum pulang dari liburan nya dengan Yoong, ini membuat Rio sangat kesal.
Dan dengan terpaksa, ia pun ke rumah sakit sendiri, untuk menemui dokter Seo dan mendapatkan vaksin nya.
"Tumben datang sendiri" tanya sang dokter.
"Hm" jawab Rio singkat, sang dokter terkekeh lucu, dengan jawaban Rio yang kesal karena tak di dampingi sekertaris nya, dan sang dokter tahu sedekat apa mereka, Seo adalah dokter pribadi Rio jika ia sedang dalam kondisi tak sehat.
Wajah Rio memerah, urat pelipis nya nampak menonjol, dan keringat nya bercucuran saat jarum suntik menembus lengan kiri nya.
"Nah, sudah selesai" ujar sang dokter menempelkan plester kecil di bekas suntikan nya.
"Jangan tegang seperti itu" goda nya.
Sementara di ruangan yang lain, dokter Lee nampak sedang berbicara serius dengan Irene.
"Tidak ada masalah yang serius, ini resep dokter yang harus anda tebus" ujar nya.
"Ini untuk mengambil vitamin mu di apotik" ujar dokter Seo mengulurkan selembar kertas resep, dan Rio pun keluar begitu saja tanpa berkata apa-apa, sang dokter sudah biasa diacuhkan seperti itu oleh pasien istimewa nya.
Dan di apotik rumah sakit, Rio duduk di bangku paling depan untuk menunggu antrian, dimana nampak Irene sedang berdiri disana, Rio melirik seorang anak laki-laki disamping kiri nya, bocah itu duduk tenang dengan wajah sembab habis menangis, Rio kembali menatap Irene dari belakang, yang sedang kebingungan memegangi dompet nya, uang nya tak cukup untuk membayar obat yang harus ia tebus bagi Juno sang putra, ia nampak panik, sambil mengobrak abrik isi tas nya, berharap ada uang tercecer dari dompet nya, tapi nihil.
"Pakai ini saja dulu" Rio menyodorkan blackcard nya pada kasir apotik, Irene terkejut, ia langsung mendongak menatap pria yang tiba-tiba datang membawa bantuan untuk nya, dan. . .
Betapa terkejut nya dia, jika pria itu adalah Kim Limario.
Saking terkejut nya, Irene tak sempat mengatakan apa-apa, ia pun segera mengambil obat tadi, dan menggendong Juno keluar dari rumah sakit, ia tak berani mengganggu Rio yang sekarang sedang menerima vitamin dari sang apoteker dan membayar nya di kasir.
Bugh
Rose turun dari mobil Yoong dengan terburu-buru, ia berlari memasuki rumah sakit, melewati Irene begitu saja, yang membatin kedatangan gadis itu pasti untuk menyusul Rio.
Dan benar saja, gadis itu kembali keluar mengikuti langkah Rio yang seperti nya sedang marah.
"Rio-yaa, sorry" mohon Rose mengikuti Rio berjalan menuju ke parkiran, Irene menatap adegan adu mulut antara Rio dan Rose di parkiran, sambil duduk menunggu bus datang dan memangku Juno.
"Aku sudah memberi mu cuti, dan aku hanya minta waktu mu sebentar, itu sudah tugas mu, jauh sebelum kamu merencanakan liburan mu, itu adalah tugas yang harus kamu lakukan hari ini" marah Rio pada Rose.
"Aku tahu, itulah kenapa aku meminta maaf, karena aku salah" mohon Rose menyadari kekeliruan nya.
"Jika sebuah kesalahan akan selesai hanya dengan kata maaf, lalu apa fungsi pengadilan dan penjara" ucap Rio sebelum memasuki mobil dan dan meninggalkan Rose di parkiran, amarah nya benar-benar telah sampai di ubun-ubun.
Irene menatap mobil Rio lewat di depan nya, tapi ia membuang tatapan nya, saat ternyata Rio juga menatap nya yang sedang duduk di halte, setelah itu ia melirik Rose yang berjalan gontai menuju ke halte sambil menelpon seseorang.
"Seperti pertengkaran sepasang kekasih saja" batin Irene.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Osteosarcoma
Fanfictionosteosarcoma adalah salah satu jenis kanker tulang yang menyerang pada tulang panjang, seperti tulang kering atau tulang paha, yaitu tumbuh nya sel-sel tulang baru yang tidak di butuhkan, sehingga menimbulkan tekanan pada sekitar yang menyebabkan ra...