36. Serasa Pacaran

763 132 17
                                    

Baik Rio maupun Irene tak membahas kejadian semalam, mereka berpura-pura untuk lupa, padahal saat melakukan nya, mereka tak benar-benar sedang mabuk, semua terekam jelas di ingatan pasangan itu, tapi, meski begitu, ada perubahan dalam interaksi mereka, kedua nya mulai berani dan nyaman dan kontak fisik.

Seperti pagi ini, setelah mereka bangun, Rio pun bersiap untuk pulang, dan Irene berdandan karena ia akan ke kantor, dengan sedikit terburu-buru, sebab mereka kesiangan, Juno sudah berangkat dengan Cuwie, sang aunty meninggalkan note yang ditempelkan di kulkas.

Setelah menyantap masakan Cuwie, mereka pun berangkat, Rio mengantar Irene lebih dahulu.

"Tidak perlu terburu-buru, jangan mengebut" pesan Irene sebelum turun dari mobil Rio, pemuda itu mengangguk patuh, dan saat mobil telah berlalu, senyum Irene mengembang, mengingat ciuman mereka semalam, ia malu sendiri karena menjadi sangat agresif.

"Tidak perlu terburu-buru, jangan mengebut" pesan Irene sebelum turun dari mobil Rio, pemuda itu mengangguk patuh, dan saat mobil telah berlalu, senyum Irene mengembang, mengingat ciuman mereka semalam, ia malu sendiri karena menjadi sangat agresif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semoga dia tidak berfikir yang aneh-aneh tentang ku" batin Irene, sedangkan Rio pun sama, ia tersenyum sendiri sambil menggeleng tak percaya, jika semalam ciuman pertama nya telah di renggut oleh Irene.

"Semoga dia tidak berfikir yang aneh-aneh tentang ku" batin Irene, sedangkan Rio pun sama, ia tersenyum sendiri sambil menggeleng tak percaya, jika semalam ciuman pertama nya telah di renggut oleh Irene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rio telah sampai di rumah nya, dan Tiffany tengah membereskan meja makan, si bungsu tak melihat nya, jadi ia tak menyapa sang ibu.

"Eomma bangga pada mu sayang" batin Tiffany setelah semalam ia mendengar dari Jisoo alasan Rio tak ingin melanjutkan perjodohan nya dengan Sohee.

"Appa mu tidak punya anak perempuan, jadi dia tidak tahu seperti apa rasa nya jika anak gadis nya di sakiti oleh pria" gumam Tiffany.

Saat istirahat, Rio yang sudah biasa makan siang dengan Irene pun menjemput nya ke kantor, dan bertepatan dengan dua sahabat nya, Wendy serta Joy yang juga akan menjemput nya.

"Unnie, kita sudah lama tidak makan siang bersama bukan" rengek Joy.

"Iya iya kita makan siang bersama" balas Irene

"Yess" seru Joy girang.

"Tapi tunggu Rio dulu ya?"

"Kenapa harus menunggu nya?" Heran Wendy, mobil pemuda itu pun tiba, kedua sahabat nya itu menatap mobil yang mencuri perhatian Irene, wanita itu menghampiri mobil Rio, yang langsung tersenyum menyambut nya.

"Rio, aku mengundang Wendy dan Joy untuk ikut makan siang bersama kita, bolehkan?" Ijin Irene.

"Boleh" jawab Rio mengangguk setuju.

"Joy, Wendy, ikuti mobil kami ya?" Beritahu Irene pada sahabat nya, kedua nya mengangguk cepat.

Dan akhir nya mereka pun tiba di restauran, Joy dan Wendy nampak gugup dan grogi, sebab akan makan siang bersama pria yang selama ini mereka bicarakan di belakang, mereka menghampiri meja yang sudah ada Irene dan Rio yang menunggu disana.

"Rio, kenalkan sahabat-sahabat ku, Wendy dan Joy" kata Irene.

"Selamat siang" sapa Rio

"Selamat siang, aku Wendy"

"Rio"

"Joy"

"Rio" mereka pun bersalaman.

"Mari, silakan duduk, dan santai saja, ini bukan acara resmi kantor" canda Rio, Irene tertawa, Wendy dan Joy saling bersenggolan, merasa aneh dengan Irene yang kini mereka anggap telah berubah, lebih ceria dari biasa nya.

"Kalian sudah lama bersahabat?" Tanya Rio, Wendy dan Joy saking tatap, seolah bertanya aku atau kamu yang jawab?

"Eee. . . Semenjak junior high school, rumah orang tua kami berdekatan, tapi kita beda sekolah, saat memasuki senior high school baru kami satu sekolah" jawab Wendy masih gugup, meski Rio lebih muda dari nya, tapi aura dan status sosial nya membuat Rio nampak lebih berwibawa dan kharismatik, hingga membuat orang-orang disekitar nya menjadi sungkan dan menaruh rasa hormat yang tinggi.

"Aku dulu juga punya sahabat baik, kami berteman bertiga, aku, Rose dan Jaehyun, kami bersahabat semenjak sekolah dasar, sampai kuliah bertiga, tapi. . ." Rio menggantungkan kalimat nya, ketiga wanita itu pun terlihat serius menunggu Rio melanjutkan cerita nya.

"Dia dan keluarga nya meninggal dalam tragedi kecelakaan kapal Sewol, saat hendak liburan ke pulau Jeju" imbuh Rio.

"Astaga" ketiga gadis itu terkejut dengan raut wajah iba nya.

"Setiap tanggal enam belas April, kami selalu mengunjungi makam mereka, tapi tahun ini, aku sendiri yang akan kesana, karena Rose sudah pindah je Australia" lanjut nya.

"Kami turut berduka Rio" ucap Joy

"Terima kasih noona" balas nya.

"Meski dia sudah meninggal, tapi kalian masih mengingat nya, itu adalah persahabat paling tulus menurut ku" puji Wendy, Rio tersenyum.

"Terima kasih noona, Jaehyun mungkin adalah yang termuda diantara kami, tapi justru dia lah yang paling dewasa dalam bersikap" cerita Rio lagi, mereka pun langsung terlibat obrolan seru, meski baru kenal, Irene nampak beberapa kali tertangkap basah oleh sahabat nya ketika tengah menatap Rio dengan tatapan yang berbeda, antara bangga, memuja, takjub, kagum, dan satu lagi yaitu adalah tatapan penuh cinta, yang semua itu tidak bisa disembunyikan oleh orang yang sedang kasmaran.

"Dan bagaimana dengan perkembangan Juno?" Tanya Wendy pada Irene.

"Eee. . ." Irene gelagapan sebab sedari tadi ia hanya menatap Rio terus menerus.

"Juno sehat, dia sudah mulai sekolah lagi, dan rutin menjalani kemoterapi nya" jawab Rio lancar, Joy dan Wendy pun terbelalak, menatap Irene penuh tanya, serta marah, tapi ibu kandung Juno itu hanya terkekeh garing.

"Aku rindu pada nya, nanti sore kami boleh mengunjungi nya kan unnie?" Tanya Joy.

"B-boleh" jawab Irene gugup, sebab ia tahu alasan dibalik niat baik sahabat-sahabat nya itu.

Rio lah yang membayar makan siang mereka, dan sebelum pergi, mereka lun saling berpamitan.

"Unnie, kami langsung kembali ke kantor ya" kata Joy

"Iya, hati-hati Joy, Wendy" pesan Irene.

"Rio, terima kasih atas makan siang nya" ucap Wendy

"Sama-sama noona, sampai jumpa"

"Senang berkenalan dengan mu, ku pikir orang kaya sangatlah kaku, tapi ternyata kamu tidak" puji Wendy, Rio tersenyum mendengar nya.

"Tidak semua nya kaku noona" balas nya.

"Bye" seru Wendy dan Joy sambil melambaikan tangan nya, Rio dan Irene pun membalas nya.

"Ayo, aku antar noona kembali ke kantor" kata Rio.

Dan setiba di kantor Irene.

"Juno nanti aku yang jemput" beritahu Rio.

"Iya, sampai ketemu lagi" balas Irene, ia merapikan rambut Rio dengan tangan kanan nya, karena sedikit berantakan, dan Rio suka dengan hal-hal kecil seperti itu, ia terlihat sangat menikmatj nya.

#TBC

OsteosarcomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang