Suasana rumah berubah, Irene jadi lebih banyak mengurung diri di kamar, dan otomatis, pekerjaan rumah diambil alih oleh Cuwie, ia juga yang selalu telaten memaksa unnie nya makan sampai harus menyuapi nya, meski sudah sebulan semenjak kematian Seulgi.
"Oppa, bukan hanya hati ini yang sepi setelah kepergianmu, tapi rumah ini pun juga merasakan kesedihan yang sama dengan kami, karena kehilangan sosok pria yang hangat seperti oppa" batin Irene melamun menatap kosong kearah tv yang menyala di kamar nya.
Cuwie mendapatkan libur sekali dalam seminggu, dan kesempatan itu ia gunakan untuk membersihkan rumah, mencuci dan lain-lain, ia memilih hari minggu agar bisa seharian di rumah tanpa harus ke kampus lebih dahulu.
Tink. . . Tonk. . .
Dengan peluh bercucuran, Cuwie pun membuka pintu utama rumah unnie nya itu.
Ceklek
"Unnie" sambut nya pada sang tamu.
"Cuwie, kamu tidak bekerja?" Kaget Wendy dan Joy yang datang untuk mengunjungi Irene.
"Minggu aku mendapatkan libur unnie, cafe tutup, ayo silakan masuk unnie" sambut Cuwie yang membuka lebar pintu rumah nya.
"Kemana unnie mu?" Heran Wendy meletakan belanjaan nya di atas meja ruang tamu.
"U-unnie. . . unnie" Cuwie bingung harus menjawab apa, Wendy dan Joy pun saling bertatapan curiga.
"Aku tahu dimana dia" ujar Joy, ia lantas berjalan menuju ke kamar utama, di ikuti Wendy di belakang nya.
Tok. . . Tok. . .
Ceklek
Hembusan udara hangat langsung terasa begitu pintu kamar terbuka, karena pengap, Irene nampak masih bergelung didalam selimut sambil melamun.
Srek
Joy membuka tirai jendela yang langsung menyilaukan kedua mata Irene.
"Astaga Irene-ahh, sudah berapa hari kamu tidak mandi?" Kaget Wendy melihat sahabat nya itu berantakan tak terurus, tapi Irene bergeming.
"Kita mandi sekarang" perintah Joy, ia menarik paksa tubuh Irene dan menyeret nya ke kamar mandi, sementara Wendy membersihkan kamar Irene, mengganti sprei, menyapu dan mengepel lantai nya, Cuwie sendiri setelah menyuguhkan minuman untuk tamu nya, ia kembali ke dapur untuk mencuci dan menyelesaikan tugas lain nya.
Joy mengeringkan rambut Irene dan menyisir nya.
"Cuwie, apa Irene sudah makan?" Tanya Wendy menyusul Cuwie ke dapur.
"Sudah unnie, dia baru saja sarapan" jawab Cuwie menyembulkan kepalanya dari balik tembok tempat mesin cuci berada, Wendy kembali ke kamar Irene, Joy sedang menyisir dan mengomel tak jelas.
"Irene-ahh, ayolah, jangan seperti ini, apa kamu tak kasihan pada Seulgi, ia pasti sedih diatas sana melihat mu seperti ini, atau Cuwie, pikirkan dia, yang harus kuliah, bekerja, dan mengurus rumah serta kamu seorang diri, padahal ia baru berusia dua puluh tahun" ujar Wendy untuk menyadarkan Irene.
"Jika mereka tak cukup membuat mu termotivasi, setidak nya pikirkan bayi mu" lirih Joy
"Jika unnie terus begini, ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang calon bayi mu disini" lanjut Joy sambil mengusap perut Irene yang sudah sedikit membuncit.
Irene akhir nya mengerjab setelah lebih dari sebulan hanya diam saja, tangan kanan nya meraba perut nya sendiri.
"Seulgi mungkin telah pergi, tapi tidak dengan darah daging nya, besarkan anak mu Irene-ahh" bujuk Wendy lagi.
"Bangkitlah, dan kembali jalani hari mu seperti biasa" tambah Joy.
Sore nya setelah Joy dan Wendy pulang, Irene menghampiri Cuwie yang kelelahan dan tertidur di kamar dengan pintu terbuka, ia duduk disamping sang dongsaeng.
"Maafkan unnie ne, mulai sekarang unnie tak akan membiarkan mu sendirian" lirih nya sambil membelai rambut lurus Cuwie.
Suatu hari, Irene mengunjungi Wendy dan Joy, saat makan siang, tentu saja yang di kunjungi merasa senang, mereka pun membawa Irene ke cafe Rock Star yang berada di dekat komplek perkantoran tempat Joy dan Wendy bekerja.
"Benar-benar cafe yang nyaman" batin Irene kagum pada interior yang mewah, dan bikin betah.
"Cuwie bilang dia bekerja di cafe Rock Star, apa dia disini ya sekarang?" Gumam Irene clingukan.
"Unnie, cafe Rock Star itu, di Seoul saja ada lima cabang, Cuwie bilang dimana?" Tanya Joy.
"Dia bilang di dekat kampus" jawab Irene.
"Itu bukan disini unnie, cafe ini membidik semua sekmen pasar hampir di semua cabang nya" jelas Joy
"Iya, benar-benar raja bisnis, pemilik tempat ini adalah pria yang tampan, tapi sayang, dia sudah berkeluarga" kekeh Wendy bodoh.
"Tapi ku dengar dia punya namdongsaeng yang belum menikah unnie" timpal Joy.
"Tapi dia sudah berkencan dengan sekertaris nya" balas Wendy.
"Kalian membicarakan apa?" Bingung Irene polos.
"Klan Kim unnie, pemilik tempat ini" balas Joy
Tap. . . Tap. . . Tap. . .
Terdengar suara langkah kaki memasuki cafe, nampak pria muda berjalan beriringan bersama seorang wanita, dan gadis kecil berusia lima tahun, sambil menelpon.
"Rio-yaa, turunlah, hyung menunggumu di cafe untuk makan siang bersama, sebelum tupai mu mengunyah sofa dan meja di kantor mu karena kelaparan" ejek Jisoo menelpon Rio untuk diajak nya makan siang.
Wendy, Joy dan Irene tertegun menatap pria dan wanita yang melewati mereka itu.
"Pasangan yang serasi bukan?" gumam Wendy.
"Itu baru hyung nya, si maknae jauh lebih mempesona darinya?" Gumam Joy sambil menggigit sendok nya, menatap kagum punggung Jisoo yang berjalan menuju ruang kerja nya.
"Aku jadi cepat-cepat ingin bertemu Cuwie" lagi Joy bergumam, Irene dan Wendy pun mengerutkan kening nya.
"Apa hubungan nya?" Kompak mereka bingung, Joy memutar malas kedua mata nya.
"Jika Cuwie bekerja di Rock Star, dia pasti pernah berhubungan dengan boss nya, dan pasti memiliki kontak nya kan" jawab Joy.
"Ohh" balas Irene dan Wendy mengangguk-ngganguk paham.
"Ck" decak Joy kesal karena tingkah Wendy dan Irene yang mengejek nya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Osteosarcoma
Fanfictionosteosarcoma adalah salah satu jenis kanker tulang yang menyerang pada tulang panjang, seperti tulang kering atau tulang paha, yaitu tumbuh nya sel-sel tulang baru yang tidak di butuhkan, sehingga menimbulkan tekanan pada sekitar yang menyebabkan ra...