Rio mengemudikan mobil nya menuju ke rumah Irene, hari sudah malam, sang pemilik rumah tentu sudah tidur, tapi tidak dengan mommy nya Juno, mendengar suara mobil terparkir di depan rumah nya, ia pun terjaga dan mengintip lewat jendela kamar nya, dimana Rio nampak tersenyum sambil menunjukan minuman yang ia bawa pada Irene.
Wanita dewasa itu menunjuk ke arah pintu utama rumah nya, memberi kode pada Rio agar kesana, sebab ia akan membuka nya untuk pemuda itu, Irene tentu senang akan kedatangan hyung kesayangan nya Juno.
Ceklek
Rio masih memakai baju yang tadi, tapi ia meninggalkan jas nya di dalam mobil.
"Masih baju yang tadi? Bukan kah kamu tadi pulang?" Heran Irene, Rio memasuki ruang tamu dan meletakan bir nya diatas meja.
"Aku tahu noona akan bertanya tentang Juno, jadi aku kembali" alasan nya, sambil membukan satu kaleng bir untuk Irene, dan satu lagi untuk nya.
"Aku sudah bicara dengan Juno, besok semua pasti akan baik-baik saja" kata Rio
"Kalau begitu kenapa tidak dari tadi kamu memberitahu ku" kesal Irene."Kalau aku langsung memberi tahu noona, aku tidak akan punya alasan untuk datang lagi kemari" kata Rio, Irene pun gemas dengan rayuan pemuda itu, ia mencubit pipi kanan nya.
"Noona, serius kali ini sakit" Rio mengaduh.
"Jangan berlebihan"
"Tidak" Rio cemberut, Irene pun mengerutkan kening nya, melihat pipi Rio yang memerah.
"Cubitan ku tak sekuat itu, tapi kenapa langsung memerah pipi mu?" Ia pun meraih dagu Rio, diputar nya wajah tampan itu untuk melihat lebih jelas bekas cubitan nya tadi.
"Appa menamparku" beritahu Rio, Irene terkejut bukan main
"Kalian bertengkar?" Tebak nya, Rio menggeleng.
"Appa marah karena aku membatalkan perjodohan nya dengan Sohee noona" jawab Rio, ia mulai meminum bir nya, begitu juga dengan Irene.
"Aku tidak tahu harus berada diposisi yang mana, sebagai ayah, ia tentu ingin yang terbaik bagi putra nya, tapi disisi lain, alasan mu cukup masuk akal, akan sangat menyakitkan bagi Sohee jika suatu saat ia tahu kamu hanya berpura-pura menerima perjodohan tanpa ada nya perasaan, itu jauh lebih kejam" tutur Irene.
"Sedalam itukah kamu mencintai Rose? Bahkan sampai sulit untuk menerima kehadiran gadis lain?"
"Rose hanya ada satu, dan tak ada lagi yang seperti dia"
"Tapi kamu harus bisa melupakan nya Rio, kamu juga harus bahagia, dia sudah bahagia dengan pilihan nya, jangan siksa diri mu sendiri" nasehat Irene
"Kata siapa aku tidak bisa melupakan nya? Ada satu wanita yang bisa membuatku lupa akan perasaan ku pada Rose" cerita Rio.
"Stop, aku tidak mau mendengar nya" Irene kemudian membuka kaleng bir kedua nya, Rio terkekeh.
"Noona cemburu" goda nya.
"Tidak" tegas Irene.
"Dia adalah wanita yang lucu, sedikit pemarah, tapi manis" Rio tetap berceloteh meski Irene melarang nya.
"Jangan hanya diam saja Rio, atau aku akan tertidur" ancam Irene pura-pura tak mendengar ocehan Rio, pemuda itu tersenyum lucu.
"Aku suka saat dia kesal, dan itu membuat ku selalu merindukan nya" Rio seolah tak peduli dengan ancaman Irene, ibu kandung Juno itu pun berdiri dengan wajah cemberut dan pipi yang mulai memerah karena sedikit mabuk, tapi Rio langsung menahan tangan nya.
"Jika bukan karena cemburu, kenapa noona marah?" Tanya Rio, Irene terdiam, membenarkan ucapan Rio yang benar ada nya, ia lalu menarik tangan nya, memaksa wanita dewasa itu untuk duduk lagi di samping nya, Rio menatap tajam pada Irene, hingga membuat nya gugup.
"Aku percaya, persahabatan dengan lawan jenis akan menimbulkan perasaan bagi salah satu diantara nya, dan seperti nya, kisah ku terulang lagi" ucap Rio, Irene tak mengerti, tatapan Rio membuat nya gelisah, ia pun menempelkan kening nya dipipi kanan pria itu, untuk menghindari tatapan nya.
"Tidak kah kamu merasa jika aku sedang menceritakan tentang diri mu?" Tanya Rio.
Deg
Irene terkejut
"Wanita itu adalah kamu noona, kamu membuat ku tak tenang saat kita berjauhan" imbuh Rio, Irene tak menjawab, tapi dia bereaksi dengan menggesek-gesekan kening nya di pipi Rio, pemuda itu lalu sedikit memiringkan kepala nya, hingga membuat bibir mereka saling bertemu.
Cup
Dalam hati Irene tentu terkejut, tapi dia tidak mencoba untuk menghindar atau menjauh, sampai beberapa detik kemudian, dia lah yang mulai memberi lumatan pada bibir Rio.
Ia juga yang mengulum dan menggigit ujung lidah Rio lebih dulu, sebab Irene jauh lebih berpengalaman, sedangkan bagi Rio, karena ini yang pertama kali bagi nya, ia tentu hanya bisa pasrah, tapi saat Irene hendak menarik wajah nya, Rio langsung menahan dengan menggigit bibir bawah Irene, sedikit mabuk membuat kedua nya jadi lebih berani mengambil sikap, meski tak sampai jauh.
Mereka tertidur di sofa, dengan posisi Irene membaringkan kepala nya di pangkuan Rio, sedangkan pemuda itu terduduk, kaleng bir berserakan di lantai.
"Juno, jangan ganggu mereka" Cuwie memperingatkan sang keponakan yang berdiri dan menatap Rio serta Irene bergantian dari jarak dekat, bocah itu menoleh pada sang aunty, yang memberi nya kode agar mendekat.
"Mereka baik-baik saja kan aunty?" Juno tentu khawatir, Cuwie tersenyum untuk meyakinkan keponakan nya itu.
"Mereka bahkan sangat baik-baik saja saat ini" jawab nya, Cuwie yakin, dibalik posisi tidur mereka yang manis, telah terjadi sesuatu yang indah diantara kedua nya, dan dia memakhlumi, sebab baik Rio mau pun Irene, sudah sama-sama dewasa.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Osteosarcoma
Fanfictionosteosarcoma adalah salah satu jenis kanker tulang yang menyerang pada tulang panjang, seperti tulang kering atau tulang paha, yaitu tumbuh nya sel-sel tulang baru yang tidak di butuhkan, sehingga menimbulkan tekanan pada sekitar yang menyebabkan ra...