7. My Baby Boy

906 134 18
                                    

Cuwie memeluk amplop coklat pemberian Seulgi malam itu, uang saku terakhir yang ia terima dari mendiang oppa ipar nya, tak ia gunakan sepeser pun, ia lebih memilih untuk menyimpan nya sebagai kenang-kenangan.

"Cuwie" panggil Irene

"Ne unnie" sahut Cuwie, ia menghampiri unnie nya di ruang keluarga.

"Panggil taxi, ambil tas unnie di kamar dan ransel besar yang sudah unnie siapkan" perintah Irene dengan nafas kembang-kempis.

"Ya unnie" jawab Cuwie, ia masih belum sadar jika sang unnie akan melahirkan, gadis polos itu membawa tas ransel besar keluar dari rumah, sambi menunggu taxi pesanan datang.

"Cuwie" teriak Irene dari dalam rumah.

"Yaa unnie?" Cuwie masuk menghampiri unnie nya.

"Taxi nya sudah datang belum?" Tanya Irene, dengan cairan kuning yang sudah menggenang dibawah kaki nya, sambil memegang perut nya yang besar, dan meringis menahan sakit, Cuwie tertegun, membeku saking kaget nya melihat sang unnie.

Tin. . .


Taxi pesanan pun datang, Cuwie tersadar dari lamunan nya, ia pun panik sekarang, tapi Irene mampu menenangkan nya, agar tidak gegabah jika dalam situasi menegangkan begini.

Mereka pun tiba di rumah sakit, Cuwie menghubungi Joy dan Wendy, karena hanya mereka berdua yang dimiliki kakak beradik itu, Irene berjuang sendirian untuk melahirkan sang anak.

"OPPAAA. . .!" Teriak nya memanggil Seulgi, sambil mengejan kuat.

Suara bayi pun terdengar dari luar, Cuwie yang sedari tadi menangis pun kini bernafas lega, Joy dan Wendy tak henti-henti nya menghibur gadis muda itu yang ketakutan.

"Selamat nyonya Kang, anda melahirkan seorang putra dengan tanpa kekurangan suatu apa pun" ujar sang dokter memperlihatkan bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan oleh Irene.

"Selamat nyonya Kang, anda melahirkan seorang putra dengan tanpa kekurangan suatu apa pun" ujar sang dokter memperlihatkan bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan oleh Irene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wendy pun menggendong bayi mungil itu menuju ke kamar pemulihan, bersama Cuwie dan Joy.

"Dia mirip dengan mu" kagum nya, Irene hanya tersenyum bangga.

"Dia akan menjelma menjadi pria yang tampan nanti" imbuh Joy.

"Kamu menjadi aunty sekarang Cuwie" gumam Irene, Cuwie pun menunduk tersenyum malu.

"Siapa nama nya unnie?" Tanya Wendy.

"Kang Juno" jawab Irene.


Setelah Kang Juno berusia dua bulan, ia di titipkan di penitipan anak, karena Irene harus bekerja, dan Cuwie harus kuliah dan bekerja paruh waktu, Irene akan menjemput bayi nya setelah pulang bekerja.

Dan jika weekend, bayi Juno di rumah dengan sang mommy, di temani aunty-aunty nya Joy, Wendy, dan Cuwie.

"Juno-yaa, aunty datang" teriak Joy heboh, bayi lima bulan itu pun terjengkit kaget dengan suara lantang Joy, Cuwie terpingkal dengan tingkah keponakan nya itu, sementara Joy memasang wajah bersalah nya.

"Mianhae, bukan maksud aunty sayang, aunty hanya terlalu bersemangat" sesal Joy.

"Lihat, aunty bawa mainan untuk Juno" beritahu Joy, Wendy menyusul, ia pun tak mau kalah.

"Aunty juga datang membawa baju baru untuk Juno" seru nya, bayi itu seolah paham, kedua kaki nya terus bergerak lincah sambil berteriak-teriak kencang.

Tujuh tahun kemudian, setelah selesai dengan kuliah D3 nya, Cuwie pun melanjutkan S1 dengan biaya nya sendiri, dan uang saku dari unnie nya.

Irene sedang menyiapkan sarapan untuk Juno, yang kini sudah memasuki bangku sekolah dasar, kelas dua.

"Tunggu mommy jemput ne, jangan mau di jemput orang yang tidak Juno kenal" pesan Irene pada pria kecil nya yang sedang melahap sarapan nya.

"Tunggu mommy jemput ne, jangan mau di jemput orang yang tidak Juno kenal" pesan Irene pada pria kecil nya yang sedang melahap sarapan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ne mommy" patuh Juno.

Dan di tempat lain

Rose sedang memilihkan baju kerja untuk Rio yang sedang mandi, setelah semua siap, ia akan turun dan menunggu nya di meja makan bersama keluarga Kim.

Rio pun turun untuk bergabung di meja makan, siap memulai aktifitas dengan di dahului sarapan.

"Harus nya, istri mu yang menyiapkan semua nya, bukan Rose, bagaimana jika ia menikah nanti? Ia tak mungkin selalu ada 24 untukmu Rio-yaa, Rose juga punya urusan nya sendiri" tegur Tae appa pada si maknae Kim, Rio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harus nya, istri mu yang menyiapkan semua nya, bukan Rose, bagaimana jika ia menikah nanti? Ia tak mungkin selalu ada 24 untukmu Rio-yaa, Rose juga punya urusan nya sendiri" tegur Tae appa pada si maknae Kim, Rio.

"Dia tak boleh mendahului ku menikah" acuh Rio.

"Kamu tidak bisa mengekang Rose. . ." Lanjut sang appa.

"Ella, ayo kita berangkat sekarang" potong Rio yang malas mendengar sang appa yang selalu memaksa nya untuk segera menikah, karena usia Rio sudah menginjak kepala tiga sekarang, sang keponakan yang berusia 13 tahun memang selalu berangkat ke sekolah bersama uncle nya.

Tae apa menghela nafas, dengan tingkah putra bungsu nya.

"Jika sudah menemukan wanita yang cocok, Rio pasti akan menikah appa" ujar Jisoo pada sang ayah.


Sesampai di kantor, Rio menatap jengah pada pria janggung yang berdiri di lobby menyambut kedatangan kekasih nya, siapa lagi jika bukan Im Yoong, kekasih Rose.

Rio melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangan kiri nya.

"Waktu mu lima belas menit" ucap nya pada Rose, Yoong membungkuk hormat menyapa Rio tapi pria itu acuh, melewati nya begitu saja.

"Selalu saja, seperti nya dia cemburu dengan ku" keluh Yoong dengan bibir manyun nya, begitu sang kekasih mendekat.

"Tidak oppa, Rio hanya sedang dalam mood yang kurang baik pagi ini, biasa, Tae appa" jelas Rose menghibur kekasih nya.


"Dia seperti nya tak suka dengan ku, tak pernah menyapa ku, tak mau bicara denganku, bahkan waktu kebersamaan kita saja di batasi oleh nya" Yoong mengeluarkan semua keluh kesah nya tentang Rio pada Rose.

"Ini hanya sementara, nanti jika kita sudah menikah nanti, aku janji akan resign dari perusahaan" hibur Rose



#TBC

OsteosarcomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang