15. Egois?

656 124 13
                                    

"Anak ku, adalah kewajiban ku, jadi tolong, jangan ikut campur dalam urusan kami, saya permisi" marah Irene yang merasa tersinggung dengan niatan baik Rio, pemuda itu tentu terkejut, dengan penolakan Irene yang menurut nya kasar, wanita itu langsung keluar dari restauran tanpa mengatakan apa-apa pada Rio.

Pemuda itu tentu terkejut bukan main, ia tak menyangka, Irene yang ia kagumi dengan perjuangan nya sebagai single parent, ternyata sekeras ini hati nya, Rio bisa mengerti jika ia memang lancang, tapi, setidak nya, Irene tak perlu sekasar itu dalam menolak nya.



Sementara di rumah keluarga Kang, Juno duduk diatas kursi roda nya, menghadap ke halaman samping rumah nya yang masih menyisakan sedikit lahan.


"Juno, kenapa melamun?" Tegur Cuwie yang curiga karena keponakan nya hanya diam.


"Juno hanya sedang membayangkan aunty" jawab bocah itu.


"Membayangkan apa?" Heran Cuwie penasaran.



"Membayangkan Juno akan bermain bola disana dengan Rio hyung, andai kaki Juno tidak sakit" jawab nya menoleh pada sang aunty dengan senyum tanpa dosa nya, wajah Cuwie berubah sendu, ia tahu sebesar apa keinginan Juno untuk sembuh, setinggi apa cita-cita keponakan nya itu untuk menjadi pemain sepak bola, tapi semua harus kandas, karena penyakit yang menyiksa nya, bahkan, hanya Cuwie yang tahu, sehebat apa tangis Juno jika rasa nyeri mulai menyerang kaki nya, tapi lagi-lagi, melihat perjuangan Irene, tentu Cuwie tak berani menceritakan apa yang dia lihat dan apa yang ia tahu tentang Juno, ia tak ingin membebani unnie nya itu.


Juno sendiri tak pernah bertanya pada sang mommy, tentang siapa sosok ayah nya, dan kemana dia sekarang, karena pernah suatu hari ia bertanya, tapi malah tangisan yang ia dapat.


Ceklek



Irene masuk ke rumah nya sore itu, ia pulang lebih awal karena tidak lembur, wajah nya nampak marah, ucapan Rio masih terngiang di telinga nya, dan itu membuat harga diri nya sebagai orang tua terinjak.


"Unnie" sapa Cuwie aneh, melihat Irene menyandarkan punggung nya pada daun pintu dengan ekspresi marah.


"Dimana Juno?" Tanya Irene untuk menutupi wajah marah nya.

"Dia di dalam unnie" jawan Cuwie curiga.



Bremm. . . Bremm. . .



Suara mobil terdengar berhenti di depan rumah Kang, Irene bisa menebak jika itu adalah mobil Rio.


"Cuwie, tolong siapkan makan malam ne" perintah nya pada sang unnie.

"Ne unnie" jawab Cuwie tak membantah, Irene pun membuka pintu untuk tamu nya.



Ceklek


Rio mengerjab kaget, karena ia pikir Irene belum pulang, tapi ternyata ia salah, wanita itu kini sudah berdiri di hadapan nya dengan wajah dingin.

"Aku hanya ingin memenuhi janji ku pada Juno" kata Rio yang menenteng lima varian rasa es krim untuk Juno.

"Ku harap, ini menjadi yang terakhir kali nya, anda mengunjungi Juno" ketus Irene yang langsung merebut kantong berisi es krim tadi, Rio pun menggedikan kedua bahu nya acuh, ia lalu pergi begitu saja meninggalkan rumah keluarga Kang, Cuwie yang se...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ku harap, ini menjadi yang terakhir kali nya, anda mengunjungi Juno" ketus Irene yang langsung merebut kantong berisi es krim tadi, Rio pun menggedikan kedua bahu nya acuh, ia lalu pergi begitu saja meninggalkan rumah keluarga Kang, Cuwie yang sedari tadi curiga pun terkejut, dengan ucapan unnie nya, yang selama ini, setahu dia begitu lembut.



"Juno" panggil Irene pada sang putra.



"Ne momm" Juno menyahut dengan sedikit berteriak.



"Ada es krim dari Rio hyung, sayang" beritahu Irene dengan memasang senyum manis nya, Cuwie diam.


"Lalu dimana hyung sekarang momm?" Tanya Juno antusias.


"Hyung buru-buru tadi, dia ada urusan" bohong Irene, meletakan es krim nya di kulkas.


"Juno makan dulu ne, setelah itu baru makan es krim nya" perintah Irene



"Ya momm" patuh Juno, Cuwie tentu kecewa dengan sifat asli sang unnie yang tak ia ketahui selama ini, dan karena nya, ia pun semakin penasaran dengan apa yang terjadi diantara Irene dan Rio.



Sudah lama Rio tak pernah lagi mengunjungi Juno, bocah itu tentu bertanya.


"Aunty, kemana Rio hyung? Sudah lama Juno tak bertemu dengan nya" tanya Juno saat mereka bertiga sedang bersantai di depan tv, karena Irene libur, yang di tanya melirik sang unnie.


"Rio hyung mungkin sibuk, sayang" alasan Irene, Juno pun hanya manggut manggut mengerti.


Cuwie gelisah, ia tak tahu harus bagaiamana menghubungi Rio dan mencari tahu penyebab ia di usir unnie nya, karena tak tega melihat Juno yang selalu menanyakan keberadaan Rio, satu-satu nya orang yang memiliki hobby yang sama dengan Juno, meminta pada Jisoo tentu ia segan, meminta sang unnie, Cuwie tak tahu jika unnie nya memiliki kontak Rio.


Sementara Rio dan Rose, meski mereka sudah berbaikan, tapi tak seperti dulu lagi, Rio selalu menolak Rose saat gadis itu selalu ingin ikut dengan nya, di tambah, Rio sendiri sedang galau karena memikirkan Juno, Rio ingin membantu kesembuhan Juno.



Akhir nya Rio memberanikan diri untuk menemui Irene di kantor nya, wanita itu berjalan menuju lobby dengan angkuh nya, dan Rio sudah berdiri menyambut kedatangan wanita dewasa itu.



"Noona" Rio berusaha menghalangi langkah Irene.



"Aku sudah tak ada urusan dengan mu Rio-yaa" kesal Irene



"Masih, urusan Juno" kata Rio



"Berhenti ikut campur masalah Juno seolah kamu berhak mengatur anak ku, kamu bukan siapa-siapa, pandai-pandai lah menempatkan diri" hardik Irene, ia berlalu meninggalkan Rio dengan amarah memuncak.




"Juno memang orang lain buatku, tapi dia berhak sembuh" teriak Rio




"Dia berhak mendapatkan pengobatan" lanjut nya lagi, sambil menyusul langkah Irene yang sudah di jemput oleh Joy dan Wendy.



"Sebagai orang tua, harus nya noona tak boleh egois!" Teriak Rio lantang, tapi Irene acuh, ia memasuki mobil Joy, dan Wendy yang melongo melihat Rio mengejar Irene.





#TBC









OsteosarcomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang