34. Menghadapi Appa

702 124 15
                                    

Rio menjemput Juno ke sekolah, bocah itu sedang berbincang dengan Kevin, ketua team sepak bola sekolah, bocah itu nampak tersenyum kagum mendengar cerita Kevin tentang pertandingan terakhir yang dilakoni nya dengan membawa nama sekolah, Rio ikut tersenyum dengan ekspresi Juno.

"Lucu seperti mommy nya" batin Rio

"Juno, ayah mu sudah datang!" Seru Jaewook salah satu teman sekelas Juno, yang diberitahu pun menoleh mencari keberadaan Rio, dan pemuda itu tersenyum melambaikan tangan nya pada Juno.

"Kevin, aku pulang dulu, senang mendengar cerita mu yang seru sekali" pamit Juno.

"Ya Juno, sampai jumpa besok" balas Kevin.

"Bye Kevin" sapa Rio.

"Bye uncle" balas nya sambil melambaikan tangan nya pada Rio.

"Hey" Rio menyambut Juno dengan mengusap kepala bocah itu.

"Hyung" Juno tersenyum sumringah.

"Langsung pulang?"

"Ya hyung" mereka pun memasuki mobil Rio, dan Juno langsung bercerita dengan semangat.

"Kevin ternyata kapten team hyung" cerita nya.

"Oh ya? Pantas dia terlihat lebih dewasa dari pada yang lain" balas Rio

"Dia bercerita tadi, dia menjadi pencetak gol satu-satu nya saat sekolah memenangi olimpiade antar pelajar tahun kemarin" lanjut Juno.

"Wah, hebat ya, tapi hyung yakin, Juno juga bisa sehebat Kevin nanti, atau, kalian akan menjadi tandem mematikan yang pernah dimiliki oleh sekolah" Rio memberi semangat.

"Tapi hyung. . ." Juno tertunduk lesu mengingat kaki nya yang belum pulih seratus persen.

"Yang penting Juno jangan menyerah, kemoterapi kan baru sekali di lakukan, dampak nya akan terlihat secara bertahap" ujar Rio.

"Tapi bagaimana jika sampai Juno lulus nanti, tidak sembuh-sembuh hyung?" Cemas nya

"Pasti sembuh, Juno harus banyak makan sayur dan buah, istirahat yang cukup juga, nanti pelan-pelan kita belajar mengembalikan kekuatan otot kaki Juno di rumah" tutur Rio.

Sesampai di rumah, Juno melangkah gontai,diikuti Rio dibelakang nya, Irene menatap cemas sang putra.

"Sayang sudah pulang?" Sapa Irene.

"Ya momm" balas Juno lirih.

"Juno lelah ya? Mandi dan istirahatlah, saat makan malam siap nanti, mommy panggil" ucap sang ibu lembut, Juno pun menurut.

"Dia ingin segera bisa bermain sepak bola" jawab Rio atas tatapan yang diberikan oleh Irene, ia tentu sedih mendengar jawaban Rio, merasa bersalah atas keadaan Juno sekarang.

"Aku pulang ya" pamit Rio, padahal, Irene butuh dia saat ini untuk berbicara tentang Juno, Rio bukan nya tidak peka, tapi sang ayah sudah menyuruh nya pulang lewat pesan singkat.

"Appa sudah menunggu dirumah" jelas Rio, Irene pun mengangguk mengerti.

Di rumah keluarga Kim, Taeyeon dan Tiffany sudah menunggu kedatangan si bungsu dengan tak sabar, raut marah jelas terpancar di wajah sang kepala keluarga.

"Tae, kita dengar dulu alasan Rio membatalkan perjodohan nya dengan Sohee" bujuk sang istri.

"Aku heran Fanny-ahh, apa mau nya anak itu? Sudah tiga kali kita jodohkan dan semua nya gagal, dia mau gadis yang seperti apa lagi?" Kesal Taeyeon.

"Dia baru menolak Sohee, Tae, Krystal dan Seohyun, mereka yang membatalkan, bukan Rio" ralat Tiffany.

"Sama saja, jika bukan karena ulah anak mu, mereka juga pasti tidak akan membatalkan nya" balas Taeyeon, Tiffany menghela nafas lelah, Rio akhir nya tiba, dia masuk ke dalam rumah dengan langkah tenang, sebab sudah tahu, apa yang akan sang ayah bahas.

Taeyeon melirik tajam si bungsu.

"Appa, eomma" sapanya, Taeyeon pun langsung berdiri, dan. . .

Plak

Ia langsung menampar pipi kanan Rio, Tiffany membuang tatapan nya,tak tega menatap Rio.

"Berapa kali kamu mencoreng muka ayah mu dengan pembatalan perjodohan hah?!" Hardik Taeyeon, Rio menunduk, ia tak menjawab.

"Apa tuntutan ku terlalu berat untuk mu? Selama ini, kamu mendapatkan fasilitas hidup yang mewah, tapi apa balasan mu? Padahal aku hanya minta kamu untuk segera menikah, itu saja"

"Usia mu sudah matang Rio, kamu juga sudah mapan, sudah waktu nya ada yang mengurus mu, orang tua mu tidak akan ada untuk selama nya, bagaimana jika kamu nanti kesepian, itu yang selalu aku takutkan!" Taeyeon masih tak kunjung menurunkan nada bicara nya, dan Rio masih tak menjawab.

"KAMU MAU JADI ANAK DURHAKA?!" Taeyeon mencengkeram keras baju Rio, ia marah besar merasa dipermalukan.

"Tae" Tiffany berusaha melepas cengkeraman sang suami.

"Sudah Tae, dia anak mu"

"Dia anak yang tak tahu diri Fanny-ah!" Taeyeon nyaris memukul Rio, tapi sang anak tak berontak sama sekali, sampai akhir nya Jisoo, Jennie dan Ella datang.

"Astaga, appa, Rio" panik nya, ia segera menghampiri saudara dan ayah nya itu untuk memisahkan nya, Jennie langsung membawa sang putri ke lantai atas dan menyuruh nya masuk ke kamar nya, sang putri telah berusia tiga belas tahun, dan demi keamanan bersama, ia tidak boleh melihat adegan uncle dan harabeoji nya.

Jisoo langsung membawa Rio keluar, dan kini Tiffany yang bertengkar dengan sang suami.

"Kamu keterlaluan Tae, Rio bahkan belum memberi mu penjelasan apa-apa" kesal Tiffany.

"Tak ada yang perlu dijelaskan, dia sudah menolak berarti dia berani melawan ku Fanny-aah" balas Taeyeon, ia pun langsung pergi ke kamar nya, Tiffany menatap keluar dan melihat Rio tengah berbicara dengan Jisoo, ia bercerita pada sang hyung, kenapa menolak perjodohan dengan Sohee.

"Kamu mau kemana?" Tanya Jisoo, seban setelah sang dongsaeng bercerita, ia malah bersiap pergi.

"Mencari hiburan hyung" jawab Rio asal, ia mengendarai mobil nya, menuju me supermarket, dan membeli beberap kaleng minuman keras.

"Mencari hiburan hyung" jawab Rio asal, ia mengendarai mobil nya, menuju me supermarket, dan membeli beberap kaleng minuman keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membayar, ia pun melanjutkan perjalanan nya.

#TBC

OsteosarcomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang