45. Merajuk

693 136 13
                                    

Juno tertidur dalam perjalanan pulang dari sekolah, dan itu membuat Irene makin kesal, sebab berarti sang putra kelelahan, ia pun merajuk, mengabaikan Rio dengan membuang tatapan nya keluar jendela, mengacuhkan pemuda itu.

Juno tertidur dalam perjalanan pulang dari sekolah, dan itu membuat Irene makin kesal, sebab berarti sang putra kelelahan, ia pun merajuk, mengabaikan Rio dengan membuang tatapan nya keluar jendela, mengacuhkan pemuda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan Rio yang diam saja karena tak ingin berdebat dan akan mengganggu istirahat Juno.

Sesampai di rumah, Irene langsung turun, dan Rio menggendong Juno untuk ia tidurkan di kamar nya, Cuwie yang sedang memasak makan malam pun di buat bingung dengan sikap acuh sang unnie.

"Oppa" ia pun hanya menyapa Rio akhir nya.

"Cuwie" balas Rio, setelah menidurkan Juno, ia pun ke dapur untuk mengambil minum.

"Bagaimana pertandingan nya oppa?" Basa basi Cuwie, tapi justru raut wajah cemas dan putus asa yang Cuwie dapati dari Rio.

"Oppa" ulang Cuwie

"Oh, iya, team Juno menang 2-1" jawab Rio yang terlihat tak tenang.

"Oppa lapar tidak?" Tanya Cuwie lagi.

"Tentu saja" jawab Rio, ia sebenar nya tak lapar, tapi melihat nya sudah memasak membuat ia tak tega jika tak ada yang memakan nya, Irene sudah di kamar karena marah, dan Juno sudah tertidur.

"Oppa kenapa?" Tanya Cuwie yang melihat Rio makan tapi pikiran nya terlihat seperti kemana-mana.

"Tidak, rasa nya aku hanya ingin segera makan dan tidur" jawab Rio asal.

"Oppa lelah? Baiklah biar aku yang membereskan, oppa mandi dan langsung istirahat saja"

"Iya, gumawo Cuwie" Rio segera beranjak untuk membersihkan diri, dan berganti dengan baju tidur yang nyaman, Cuwie juga sudah ke kamar nya, Rio duduk di ruang keluarga, menunggu Irene yang biasa nya akan datang menyusul saat tengah malam, ia gelisah, takut sang kekasih tidak keluar, Rio bingung bagaimana harus membujuk Irene, sebab baru kali ini ia mendapati sang kekasih marah, dan nihil, Rio tertidur, sebab Irene tak kunjung datang.

Pagi nya, wanita itu sengaja bangun lebih pagi dari biasa nya, memasak sarapan dalam diam dan membangunkan sang putra sendiri, Juno menatap Rio yang masih tertidur dengan tatapan iba.

"Jangan di bangunkan" interuksi sang mommy, dan Juno pun menurut

Rio pun merasa terusik, ia lalu terjaga, semalaman tidur diluar tanpa selimut, sebab biasa nya Irene lah yang membawa nya, ia celingukan, karena rumah sudah sepi, tinggal Cuwie yang sudah membuka pintu hendak keluar.

"Cuwie" gadis itu menoleh.

"Oppa, oh iya, aku berangkat dulu oppa, sarapan mu di meja makan, Juno sudah berangkat bersama unnie" pamit nya, Rio terkejut.

"Baiklah Cuwie, terima kasih" ucap nya kecewa.

"Ya oppa" Cuwie kemudian berangkat bekerja, Rio seperti tak bersemangat, ia tak mencoba menghubungi Irene.

Siang nya, Irene lebih memilih makan siang bersama Joy dan Wendy, sedangkan Rio nampak melamun sambil makan sendiri.

"Unnie tidak makan siang dengan Rio?" Tanya Joy.

"Tidak" balas Irene singkat, Joy dan Wendy pun saling bertatapan curiga, sudah hafal dengan tabiat Irene jika sedang marah.

"Rio berbuat kesalahan?" Tanya Wendy, Irene menghela nafas.

"Dia mendaftarkan Juno di club sepak bola sekolah" Irene pun mulai bercerita.

"Kemarin sekolah Juno mengadakan sparing, dan kami menontonya, tapi, di club Juno hanya sebagai pesuruh, membawakan air minum untuk teman-teman nya yang bermain, bagaimana aku tidak sakit hati dan marah melihat nya?" Jelas Irene, Joy dan Wendy pun memakhlumi jika Irene marah.

"Unnie sudah mencoba berbicara dengan Rio?" Tanya Joy, Irene menggeleng.

"Coba ajak dia bicara Rene, sekira nya kamu tidak setuju, kamu bisa mengeluarkan Juno dari club nya" nasehat Wendy.

Dan dua hari kemudian, Joy serta Wendy mengunjungi rumah Irene, Rio yang masih bingung pun tak mencoba menjelaskan sesuatu pada Irene, dia juga hanya diam tak berani mengajak berbicara, Rio dikamar bersama Juno, tak lama, dua pria itu ke dapur, untuk membuat minum dan camilan.

"Kalian sudah baikan?" Selidik Wendy yang melihat Rio di dapur bersama Juno, Irene menggeleng.

"Tapi Rio sudah disini?" Ucap Wendy lagi.

"Dia tinggal disini sudah seminggu lebih"

"Apa?" Kaget Joy dan Wendy.

"Dia di usir appa nya karena mengencani ku" balas Irene.

"Astaga Rene" Wendy tak habis pikir, Joy menatap iba pada Rio yang tengah mengukus mandu bersama Juno.

"Ayo, Juno bawa minuman nya" kata Rio, mereka berdua kembali ke kamar sang bocah, Rio mengangguk menyapa Wendy dan Joy, dengan posisi Irene membelakangi nya.

"Aku kasihan melihat nya, dia pasti bingung sekarang, sebab orang yang dia tuju sebagai tempat nya pulang mendiamkan nya" iba Joy.

"Dia juga mendiamkan ku" kata Irene

"Itu karena dia tidak tahu cara menjelaskan nya pada mu, kamu juga menghindar dari nya, bagaimana Rio akan menjelaskan nya, kamu bukan bocah lagi Rene" nasehat Wendy.

"Jika aku jadi Rio, mungkin aku sudah pergi dari rumah ini, bayangkan seperti apa perasaan nya, pasti canggung, tak enak dan tak kerasan, astaga, aku ingin menangisi nya sekarang" kesal Joy

"Bayangkan kamu berada di posisi Rio, tinggal di rumah orang tapi diabaikan oleh pemilik nya" ujar Wendy, Irene terdiam.

"Dia bahkan sudah berjuang sejauh ini, dan kamu malah merajuk tanpa memberi nya kesemapatan untuk bicara, bagaimana jika ia memilih pergi dari rumah ini nanti?" Tanya Joy, Irene terdiam.

"Jika ia sampai rela memilih keluar dari rumah nya, berarti Rio sangat mencintai mu Rene, jangan abaikan dia lagi, atau kamu akan menyesal saat dia memilih pergi karena sudah tak ada kenyamanan lagi di rumah ini" nasehat Wendy panjang lebar.

"Baru kali ini aku harus mengeluarkan banyak kata-kata untuk mu" keluh Wendy.

#TBC

OsteosarcomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang