46. Rujuk

849 137 19
                                    

Juno membawa gelas bekas minum nya dan Rio, serta piring berisi mandu yang kini telah kosong, Juno juga mencuci nya di wastafel, Irene memperhatikan sang anak, ia lalu pura-pura lewat di depan kamar Juno, dan Rio rupa nya tengah mengganti seprei di kasur Juno.

"Siapa yang menyuruh mu mencuci ini?" Tanya Irene, karena Juno belum pernah mencuci bekas makan nya sendiri, ia takut Rio akan berbuat semena-mena pada Juno karena merasa sudah menjadi ayah nya.

"Papa, dia mengajak Juno berbagi tugas, mengganti sprei atau mencuci ini? Juno pilih mencuci saja momm" cerita sang anak.

"Mommy boleh tanya?"

"Uhum" jawab Juno sambil membilas piring nya.

"Saat Juno membawakan air minum untuk teman-teman club bola, bagaimana perasaan mu?" Selidik Irene.

"Tentu saja senang momm, sebab Juno belum bisa bermain bola secara aktif, jadi mr Yesung memberi tugas itu pada Juno" cerita sang anak.

"Juno tidak sakit hati?" Cemas Irene

"Tidak, kenapa harus sakit hati? Dengan begitu Juno juga sudah ikut berpartisipasi untuk team, dan mr Yesung tetap mengijinkan Juno ikut breefing meski belum bisa bermain momm" jawab nya jujur.

"Juno tidak merasa di bully?" Tanya Irene lagi, sang anak menoleh sambil tersenyum.

"Mommy tunggu sebentar" Juno ke kamar untuk meminjam ponsel Rio, lalu kembali menemui sang mommy, Irene mengerutkan kening nya, bingung karena Juno mulai mengutak atik ponsel Rio.

"Mommy tahu ini siapa?" Sang anak menunjukan foto pemain bola di ponsel Rio.

"Mommy tahu ini siapa?" Sang anak menunjukan foto pemain bola di ponsel Rio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak" Irene menggeleng tak mengerti.

"Nama nya Fabio Cannavaro momm, Juno ingin seperti dia" Irene semakin kebingungan, tak tahu apa hubungan nya dengan jawaban Juno.

"Juno, kasur nya sudah siap boy" panggil Rio.

"Ya pa!" Jawab Juno, belum puas Irene mendapatkan jawaban dari sang putra, Juno sudah berlari ke kamar.

"Ada pesan dari tuan Jisoo, pa" Juno menyerahkan ponsel nya pada Rio, ia lun keluar kamar untuk membalas pesan dari sang hyung.

"Bisa kita bicara sebentar?" Tiba-tiba Irene muncul dihadapan Rio dengan raut wajah dingin, yang ditanya mengangguk, mereka pun duduk di sofa ruang tamu, agar obrolan mereka tak di dengar oleh Juno.

"Siapa Fabio Cavvanaro?" Tanya Irene, Rio menahan tawa.

"Fabio?" Rio pura-pura tak tahu agar Irene mengulangi nya.

"Fabio Cavvanaro!" Ulang Irene kesal, tawa Rio pun pecah, Irene semakin marah, menatap tajam pada Rio dengan wajah dingin nya.

"Cannavaro" ralat Rio sambil terbahak.

Blush

Wajah Irene langsung memerah, ia malu akan kesalahan nya, padahal sudah marah, dan memasang wajah serius nya agar Rio takut, tapi malah jadi pemuda itu menertawakan nya.

"Ish, kamu menyebalkan" marah Irene sambil memukuli Rio untuk menutupi rasa malu nya, tapi yang dipukuli malah tak bisa berhenti tertawa.

"Kenapa aku yang dipukul?"protes Rio

"Karena kamu menertawakan ku" sungut Irene, ia lalu kembali cemberut, memalingkan muka nya dari Rio.

"Kenapa dengan Fabio Cannavaro?" Tanya Rio sambil berusaha menahan tawa nya agar Irene tidak marah lagi.

"Juno ingin menjadi seperti dia saat aku tanya apa dia tidak sakit membawakan minuman untuk teman club nya" jawab Irene ketus, Rio mengusap-usap bahu sang calon istri, tapi ia menolak nya.

"Fabio Cannavaro adalah salah satu mantan anak gawang paling sukses, menjadi legenda hidup kebanggan Italia, pernah menjadi juara dunia, pernah menjadi pemain termahal dengan gaji milyaran, dinominasikan sebagai pemain terbaik dunia, dan masih banyak lagi prestasi nya" jelas Rio panjang lebar.

"Apa itu anak gawang?" Tanya nya lagi, kini suara nya tak seketus tadi.

"Anak yang berdiri di belakang gawang" jawab Rio, tapi Irene langsung menatap nya tajam, menganggap Rio bercanda dan tengah menggoda nya, pemuda itu kembali menahan tawa.

"Aku serius, biasa nya di belakang gawang atau sudut lapangan, tugas nya mengambilkan bola jika si kulit bundar keluar lapangan" beber Rio.

"Bukan hanya mengambilkan, kadang terkena tendangan bola dari pemain, kadang dimaki karena dianggap terlalu lama dalam mengambil bola" lanjut Rio,

"Tapi dengan begitu, ia jadi bisa mencuri ilmu dari pertandingan yang dia saksikan, dan mampu membentuk mental nya menjadi lebih kuat, itu juga yang ingin aku lakukan pada Juno, dengan membiarkan dia masuk club meski belum bisa bermain, untuk melatih otot kaki nya juga, dan ia tetap  bisa mendapatkan ilmu, serta tidak berkecil hati karena penyakit nya, aku ingin menguatkan mental nya, itu jauh lebih penting setelah kesembuhan Juno tentu nya" alasan Rio, Irene terdiam, ia menatap sendu pada Rio, yang ternyata tak sejahat pikiran nya

"Tapi dengan begitu, ia jadi bisa mencuri ilmu dari pertandingan yang dia saksikan, dan mampu membentuk mental nya menjadi lebih kuat, itu juga yang ingin aku lakukan pada Juno, dengan membiarkan dia masuk club meski belum bisa bermain, untuk mela...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maafkan aku" Irene langsung menjatuhkan tubuh di pelukan Rio yang bersandar pada sofa, pemuda itu pun membalas nya.

"Aku marah karena aku tak rela melihat Juno membawa minuman, aku sakit hati, tapi setelah aku bertanya pada nya, Juno menjawab jika malah merasa senang, dan ingin menjadi seperti Fabio" cerita Irene dengan suara gemetar menahan tangis.

"Fabio siapa?" Goda Rio sambil tersenyum.

"Ish" kesal Irene mencubit pinggang Rio

"Aww, noona aku hanya bertanya" protes Rio berpura-pura, padahal ia tersenyum lebar.

"Kamu sengaja mengejek ku" kesal Irene manja.

"Aku rindu noona, jangan mendiamkan ku lagi ya" pinta Rio, ia mendekap erat tubuh Irene yang mungil itu.

"Maaf" hanya itu yang bisa Irene ucapkan, menjelang hari pernikan mereka.

"Besok hyung meminta kita datang ke butik untuk fitting baju, kamu ajukan cuti ya mulai lusa" beritahu Rio, Irene mengangguk, dan karena sudah rujuk, mereka kembali tidur bersama di sofa ruang keluarga.

"Besok hyung meminta kita datang ke butik untuk fitting baju, kamu ajukan cuti ya mulai lusa" beritahu Rio, Irene mengangguk, dan karena sudah rujuk, mereka kembali tidur bersama di sofa ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#TBC

OsteosarcomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang