Keesokan hari nya, Rio masih bungkam, meski Rose sudah kembali mengurus keperluan nya seperti semula, dan berangkat ke kantor bersama, dan seperti biasa, Yoong sudah menunggu Rose di lobby, Rio menatap tajam pada pria janggung itu yang berdiri kikuk, ia tahu Rio pasti marah karena ia mematikan ponsel kekasih nya saat mereka liburan bersama kemarin, Rio menoleh pada Rose.
"Kamu lebih mementingkan kekasih mu bukan?" Pergi lah, aku membebaskan mu sekarang" ujar nya dingin, lalu meninggalkan Rose yang mematung di hadapan Yoong, dan Yoong sendiri hanya bisa mengerjab tak percaya dengan mulut menganga.
"Rio, Rio, tidak, aku masih ingin bekerja Rio, jangan seperti ini, aku sudah meminta maaf pada mu kemarin" kejar Rose memohon, yang tak mau di pecat oleh Rio, bagaimana ia bisa tanpa Rio, jika Yoong saja tidak bekerja, dan semua Rose lah yang menanggung pengeluaran mereka.
Rio bergeming, ia tetap pada pendirian nya, untuk mulai tidak tergantung pada Rose, karena yaa, Rio tahu, ia harus bisa mandiri, mengurus semua nya sendiri.
Rose masih terus menangis memohon, pada Rio, sementara Yoong, ia duduk terkulai merasa bersalah pada Rose, karena semua dialah penyebab nya, hingga sang kekasih kehilangan pekerjaan nya.
Tepat sebulan setelah dari rumah sakit, tiba-tiba tubuh Juno mendadak demam.
"Mommy, kaki Juno sakit" adu nya sepulang sekolah, Irene terkejut melihat kaki sang putra membengkak, dan tubuh nya panas, ia pun kembali membawa nya ke rumah sakit.
"Kami harus mengadakan chek menyeluruh untuk mengetahui apa penyakit yang di derita oleh Juno" ujar dokter Lee.
"Apa tidak bisa rawat jalan saja dok?, kami. . ." Tanya Irene malu untuk melanjutkan kalimat nya, dokter Lee pun mengerti, ia tak memaksa, dan hanya memberi obat anti nyeri pada Juno.
Dan Rose, kini ia bekerja sebagai manager di salah satu cafe milik Jisoo, meski gaji nya tak sebesar kala bersama Rio, tapi ia tak punya pilihan, sebenar nya gaji Rose sama, hanya jika dengan Rio, ia bebas memegang blackcard nya, jadi gaji nya utuh tapi dia bisa hidup mewah, Rio juga tak mencari pengganti Rose, dia melakukan semua nya sendirian, dan dia mampu.
Kaki Juno semakin hari semakin membengkak, membuat ia malu untuk ke sekolah.
"Juno malu mommy, teman-teman pasti akan selalu menatap kaki Juno dengan tatapan aneh" adu Juno sambil menangis memeluk pinggang mommy nya yang sedari tadi merayu sang putra agar mau ke sekolah.
Irene pun mendekap nya, tak sampai hati mendengar aduan sang putra, dan akhir nya ia pun tak memaksa.
"Kita ke kantor mommy saja kalau begitu" ujar Irene, karena pagi sampai siang Cuwie kuliah, jadi terpaksa ia membawa Juno ke kantor nya, bocah itu berjalan dengan kaki kanan pincang.
"Cuwie, bisa kah unnie menitipkan Juno pada mu, sepulang kuliah nanti? Unnie ada lembur" tanya Irene lewat sambungan telpon nya pada sang dongsaeng.
"Ne unnie, aku akan menjemput nya nanti" jawab Cuwie
Dan siang nya, Irene mengantar sang putra turun, karena Cuwie akan menjemput nya.
"Aunty" teriak Juno dari seberang jalan, Cuwie melambaikan tangan nya, lalu menghampiri Juno dan menuntun nya, mereka lalu menaiki bus untuk menuju ke cafe Rock Star.
"Juno duduk di sini ne, kamu bisa tiduran jika lelah duduk" pesan Cuwie yang mendudukan Juno di samping cafe, tempat para pegawai beristirahat.
"Ne aunty" jawab nya patuh
Di dalam cafe, Rio sedang menikmati kopi nya, karena di sini lah dia bisa menghindari Rose, tapi salah, gadis itu tiba-tiba muncul di Rock Star kampus, Rio pun berjalan ke belakang cafe untuk bersembunyi, sampai ia melihat seorang bocah duduk sendirian dengan bosan.
"Siapa kamu?" Tanya Rio heran, karena setahu dia, pegawai hyung nya semua masih single dan belum menikah, dengan wajah polos nya, Juno menoleh pada Rio.
"Saya hyung?" Tanya nya, Rio mengangguk cepat.
"Saya Juno" jawab sang bocah.
"Kenapa disini?" Selidik Rio, Cuwie datang dengan tergopoh-gopoh.
"Maaf tuan Rio, dia keponakan saya, unnie lembur sampai malam, jadi dia menitipkan nya pada saya" jelas Cuwie ketakutan, Juno hanya menatap polos pada Rio.
Rio melirik kaki kanan Juno yang bengkak, untuk sesaat, tapi ia berusaha acuh, agar bocah itu tak merasa risih.
"Ya sudah, kembali lah bekerja" jawab Rio.
"Ne tuan" Cuwie membungkuk hormat lu kembali pada pekerjaan nya, Rio lalu duduk di samping Juno.
"Berapa usia mu?" Tanya Rio
"Tujuh tahun" balas Juno.
"Aku Rio"
"Kamu tidak bosan disini sendirian?" Tanya Rio lagi, Juno menggeleng.
"Kamu sudah makan sesuatu?" Tanya Rio lagi, dan lagi-lagi Juno hanya menggeleng, Rio pun lantas memanggil salah satu pegawai cafe untuk membawakan camilan dan minuman untuk nya dan Juno.
"Makan lah, aku mau nonton dulu, ok" ucap Rio, ia kemudian mengeluarkan ponsel nya, untuk menonton pertandingan sepak bola tim favorit nya, melalui live streaming, beberapa kali ia nampak mengerang kesal ketika tim yang di dukung nya gagal memaanfaatkan kesempatan mencetak gol, Juno menatap penasaran wajah Rio yang ekspresi nya berubah-ubah, bocah itu juga menyukai sepak bola, tapi ia tak berani bercerita, karena masih asing dengan Rio.
"Rio" tiba-tiba Jisoo muncul dari arah dapur cafe, yang di panggil menoleh.
"Sstt. . . Aku lagi nonton bola hyung" kata Rio yang kembali menatap layar ponsel nya, Jisoo mengerutkan kening nya.
"Kenapa menonton di sini?" Selidik nya, tepat saat peluit setengah main di bunyikan, Rio celingukan.
"Dia sudah pulang belum?" Tanya nya pada sang hyung.
"Dia siapa?" Jisoo ikut menoleh ke arah tatapan Rio, lalu menatap penuh tanya pada dongsaeng nya itu.
"Rose, hyung" jawab Rio
"Sudah" jawab Jisoo, Rio menghela nafas lega.
"Sampai kapan kamu mau menghindar?" Tanya Jisoo.
"Sampai hati ku merasa baik-baik saja" jawab Rio
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Osteosarcoma
Fanfictionosteosarcoma adalah salah satu jenis kanker tulang yang menyerang pada tulang panjang, seperti tulang kering atau tulang paha, yaitu tumbuh nya sel-sel tulang baru yang tidak di butuhkan, sehingga menimbulkan tekanan pada sekitar yang menyebabkan ra...