10. Jadi. . .

809 121 9
                                    

Jisoo ikut bergabung duduk dengan Rio, sampai dia kaget mendapati bocah laki-laki duduk di samping Rio.

"Eh, dia siapa?" Tanya Jisoo kaget menatap wajah Juno.

"Oh, dia keponakan nya Cuwie, hyung" jawab Rio santai, Jisoo semakin kaget mendengar nya.

"Permisi tuan, Juno, mommy sudah menjemput mu" kata Cuwie memberitahu sang keponakan, Rio dan Jisoo pun menoleh ke arah dalam cafe lewat jendela, dan menatap seorang wanita dewasa yang memiliki paras mirip Cuwie.

Rio dan hyung nya langsung berbagi tatapan terkejut, mereka sama-sama kaget, Juno lalu berdiri, dan berjalan masuk ke cafe menghampiri sang mommy dengan kaki pincang nya, Rio dan Jisoo menatap iba pada  bocah laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rio dan hyung nya langsung berbagi tatapan terkejut, mereka sama-sama kaget, Juno lalu berdiri, dan berjalan masuk ke cafe menghampiri sang mommy dengan kaki pincang nya, Rio dan Jisoo menatap iba pada  bocah laki-laki itu.

"Aku pernah bertemu wanita itu di rumah sakit" gumam Rio menatap interaksi Irene dan Juno.

"Kamu ingat saat oppa nya Cuwie yang meninggal?" Tanya Jisoo, Rio mencoba mengingat, ia lalu mengangguk.

"Dia istri nya" beritahu Jisoo, Rio terbelalak, penasaran, Rio pun berjalan melewati samping cafe, untuk melihat Irene dan putra nya, yang berjalan menuju halte, ia tak tega melihat Juno yang berjalan agak kesusahan.

"Juno" panggil nya, bocah itu menoleh, Irene juga kaget melihat pria asing yang memanggil putra nya adalah Rio.

"Hyung antar ne?" Tawar nya, Juno mendongak menatap sang mommy seolah meminta persetujuan.

"T-tidak perlu tuan, kami bisa naik . . . " tolak Irene

"Aku juga mau pulang noona, jadi sekalian" potong Rio.

"Aku Rio" pemuda itu mengulurkan tangan kanan nya

"I-irene" balas sang wanita menerima jabatan tangan Rio.

"Ayo" Rio merangkul bahu Juno, dan menepuk-nepuk nya sepanjang perjalanan menuju ke mobil Rio.

Irene yang duduk di jok belakang pun gelisah, ia belum sempat mengucap terima kasih pada Rio kala membantu nya di rumah sakit dulu, tapi jika ia hendak mengatakan nya sekarang, ia juga malu, karena sudah terlalu lama.

Tanpa perlu bertanya, Rio sudah tahu di mana rumah Irene, wanita itu pun heran, tapi ia tak berani bertanya.

"Juno, bilang apa?" Tanya Irene pada sang putra begitu mereka turun dari mobil Rio.

"Gumawo hyung" ucap Juno, pada Rio yang tersenyum mengangguk membalas ucapan Rio.

"T-terima kasih tuan" ucap Irene sengaja tak mempersilakan Rio untuk masuk, karena ia sungkan dengan tetangga, dengan status nya.

"Sampai jumpa" pamit Rio, ia pun mengendarai mobil nya menjauh dari rumah Irene.

"Juno mengenal hyung tadi?" Tanya Irene, bocah itu menggeleng.

"Tapi dari mana dia tahu nama Juno?" Selidik nya sambil membuka kunci pintu rumah nya.

"Dia mendatangi ku, memesan banyak makanan untuk kami berdua, lalu hyung itu hanya fokus menonton bola di ponsel nya momm" cerita Juno, Irene mengangguk-ngangguk paham.

Rio pun kembali ke rumah nya, dan ia melihat Rose sudah duduk manis, mengobrol dengan keluarga Kim, Rio pura-pura acuh, melewatinya begitu saja, dan sedikit berlari menaiki tangga menuju kamar nya, sang gadis tentu sedih, Rio selalu menghindari nya, padahal mereka dulu selalu kemana-mana berdua, lengket bagaikan pasangan, tapi sekarang, mereka seolah tak saling kenal, Rose menatap sendu Rio yang melewati nya begitu saja.

Rio pun kembali ke rumah nya, dan ia melihat Rose sudah duduk manis, mengobrol dengan keluarga Kim, Rio pura-pura acuh, melewatinya begitu saja, dan sedikit berlari menaiki tangga menuju kamar nya, sang gadis tentu sedih, Rio selalu menghindari ny...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ella, panggil uncle ya, ajak makan malam" perintah Fanny eomma pada sang cucu pertama.

"Ya halmeoni" jawab nya.

"Biar aunty saja, Ella" kata Rose yang ingin memperbaiki kembali hubungan nya dengan Rio.

Ceklek

Rose berusaha untuk membuka pintu kamar Rio, tapi ternyata di kunci dari dalam, padahal tak biasanya Rio seperti ini.

"Rio-yaa, buka pintu nya, eomma menunggu untuk makan malam" ujar Rose dari luar, tak ada jawaban.

Rose turun tanpa hasil, kini, Jisoo lah yang naik ke atas, memaksa dongsaeng nya itu turun, tapi ia pun juga gagal, dan senjata terakhir pun keluar, Ella.


"Uncle, ayolah, Ella sudah lapar uncle" melas sang bocah di depen pintu kamar paman nya.

Ceklek

Rio terkekeh, manatap wajah cemberut keponakan nya itu yang kelaparan sambil memanyunkan bibir nya, ia lalu menyerahkan sebatang coklat pada Ella.




"Uncle sudah makan malam di luar, kata kan itu pada halmeoni, ok" ujar Rio, Ella tersenyum lebar mendapatkan coklat kesukaan nya, ia lalu bergegas turun untuk menyusul yang lain, Rio masih saja menghindari Rose.

Pagi nya

Rio berangkat lebih pagi, karena ia tahu Rose masih dengan kebiasaan nya menyiapkan baju dan lain-lain, jadi Rio memilih untuk mengalah dengan pergi sebelum Rose datang.



"Anak mu Fanny-ahh" kesal Tae appa dengan kelakuan Rio yang kucing-kucingan dengan Rose.


"Oh ya? Anak ku sendiri? Yang ku buat dengan guling?" Jengah Fanny eomma, sambil memutar kedua mata nya malas, Jennie dan Jisoo terkikik dengan sindiran kedua orang tua nya.



Rio adalah anak bungsu, jadi tingkah kekanakan nya masih mendominasi, sekali ia marah, jangan harap akan mudah mendapatkan maaf dari nya, di tambah, Rose baru kali ini berbuat keliru, Rio merasa itu karena Yoong kekasih sang sekertaris, pemuda pengangguran yang Rio tidak sukai, karena ia terlihat seperti memanfaatkan Rose, tapi gadis itu seolah tak mau tahu dengan apa yang Rio katakan pada nya, dia selalu membela Yoong di depan Rio, tapi juga sebalik nya, Rose pun kerap kali membela Rio di hadapan Yoong.





#TBC


OsteosarcomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang