Ara mengangguk-anggukan kepala melihat empat orang lainnya datang, mereka sangat cantik dan menarik. Apa orang cantik cenderung akan berteman dengan orang cantik juga? Ara mengulurkan tangannya pada salah satu gadis cantik, "Kenalin, Ara," ucapnya tersenyum.
Gadis itu malah berdecih samar tanpa mau menjawab ucapan Ara.
"Ara, iseng banget deh." Fiony menepuk tangan Ara seraya menatap kakaknya yang sangat cuek itu dan mengalihkan pandang pada Chika. "Kenalin ini kakak aku, Shania."
"Udah kenal," jawab Chika. "Dia temen aku, sering main ke rumah aku buat-"
"Minta beras ya?" Ara langsung pindah posisi ketika Shania mengangkat tangan, hendak memukulnya. "Ampun tante girang."
"Emang tante girang dia, umur 29 tapi muka udah 92," celetuk salah satu gadis lainnya.
"Lidyaaaa, lu diem ya?" Shania melepaskan sendalnya kemudian ia angkat, hendak dilemparkan pada Lidya sebelum orang di sampingnya menahan pergerakan tangannya. "Iiih byyy, temen kamu nyebelin tuh, lagian kenapa sih kita ketemu di sini?! Aku ajak kamu ke Bali tuh biar sahabat kamu gak ngintilin kita terus!!" Shania melemparkan sendalnya dengan emosi.
Ashel sedikit terkejut mendengar bentakan itu. Tak sengaja ia beradu pandang dengan Ara. Ara menempelkan telunjuknya yang ia miringkan tepat di dahinya, seakan-akan tengah memberitahu bahwa Shania adalah orang yang punya keterbatasan mental. Ashel mengantup mulutnya untuk menahan tawa.
"Diem lo!" Shania menunjuk Ara.
Ara langsung melempar pandangan ke arah pohon, pura-pura tidak memperhatikan Shania.
"Udah, sayang." Gadis di samping Shania menenangkan Shania dengan mengusap punggungnya.
"Jadi kalian udah saling kenal?" tanya Fiony mengalihkan perhatian semua orang dari amarah Shania. "Kok bisa?"
"Kakak kamu temen kakak aku," jawab Chika seraya melirik Vivi yang masih sibuk telfon. Apa ada hal penting yang Mira sampaikan? Kenapa selama itu?
"Oh kak Shania temennya kak Shani?" Fiony kembali bertanya.
"Bukan kak Shani tapi kakak aku yang satu lagi." Chika menatap Fiony. "Ya sama kak Shani juga sih karna pacarnya kak Ve temenan sama pacarnya kak Shani jadi mereka sering jalan bareng."
"Kakak kamu yang pendek ini?" Dengan sopannya, Ara menunjuk salah satu gadis yang memang tidak terlalu tinggi. Tak lama, tangannya kembali dipukul oleh Fiony.
"Heh pikasebelen pisannya." Gadis itu tidak terima.
"Itu bukan kakak aku, itu kak Melody, kakak aku yang di sebelahnya."
Fiony mengerutkan dahinya melihat gadis itu lalu menatap Shania, "Kok dia gak pernah diajak main ke rumah, kak?"
Ara berdehem, "Paling karna takut makanan di rumahnya abis," jawabnya diikuti oleh batuk yang dipaksakan.
"Diem gaaak?" Shania melotot pada Ara. Lagi-lagi, Ara langsung memandang ke pohon. Shania mendelik malas pada kekasih adiknya itu lalu menatap Fiony. "Ya udah nih aku kenalin satu-satu, ini yang sok gagah namanya Kinal, yang anggun namanya Veranda, yang gak tinggi namanya Melody, yang mukanya tengil Lidya, yang sok puitis namanya Viny, yang beg- maksudnya yang cantik namanya Shani dan ini kesayangan aku, Beby." Shania merangkul manja gadis yang dipanggil Beby.
"Aku kan udah kenal kak Beby." Fiony mengusap lehernya bingung.
"Oh jadi kak Ve itu kakaknya kak Shani, Chika sama Ashel?" tanya Ara tiba-tiba saja tertawa. "Sekeluarga belok semua ya-hmmptt." Tawa Ara dibungkam dengan cepat ketika tepukan keras mendarat di perutnya. "Ok aku diem."
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMMA
FanfictionApa yang lebih sulit dari mempertahankan sebuah hubungan? (17+)