"Pelan-pelan." Chika membantu Ara yang bersikeras ingin duduk, ia sedikit ngilu melihat Ara meringis kesakitan karena lukanya. Luka itu mengenai hampir seluruh tubuh Ara, entah seperti apa siksaan yang Vivi lakukan kepada Ara.
"Aku bisa kok." Ara menggenggam erat lengan Chika sampai ia berhasil duduk. Sudah lima hari sejak ia sadar, rasanya bosan sekali terus tidur apalagi dengan posisi tengkurap karena luka di punggungnya masih basah. Ara menjatuhkan genggamannya pada tangan Chika lalu ia kecup beberapa kali. "Suster akuuu."
Chika tersenyum gemas, Ara selalu menyembutnya suster karena sejak Ara sadar, ia mengambil alih semua pekerjaan perawat untuk membersihkan seluruh tubuh Ara. Chika tentu tidak akan membiarkan tubuh Ara disentuh oleh siapapun selain dirinya.
"Sakit ya?" Chika mengecup puncak hidung Ara.
Ara menyunggingkan seulas senyuman diikuti oleh gelengan kepalanya, tidak peduli seberapa besar sakit yang ia rasakan, jika bayarannya adalah memiliki Chika, ia rela tubuhnya sakit bahkan hancur lebur. Dulu tidak pernah terbayangkan sedikitpun olehnya bahwa ia bisa mencintai seseorang dengan sebesar ini sampai rela memperjuangkannya begitu keras. Ara setuju ketika ada yang mengatakan cinta itu indah, tetapi ternyata untuk mendapatnya sangat tidak mudah, ia bahkan harus rela berdarah-darah.
"Bohong, gak mungkin gak sakit. Maaf ya, kamu harus berjuang sekeras ini." Chika mengusap pipi Ara, matanya berkaca-kaca, setiap kali ia melihat luka di tubuh Ara, hatinya selalu sakit. Chika tidak rela Ara menanggung rasa sakitnya sendiri. "Harusnya aku ikut sakit, bukan cuma kamu."
"Gapapa, yang penting setelah ini, aku bisa tepatin janji aku untuk menua sama kamu." Ara meraih tangan Chika di pipinya dan kembali ia kecup.
Ara menghela nafas kasar, tatapannya mendadak kosong saat bayangannya jatuh pada kejadian beberapa waktu lalu, ia masih tidak percaya orang yang ia khianati adalah sodara kembarnya sendiri. Jika bisa memilih, ia lebih baik tidak mengetahui siapa ia sebenarnya daripada harus mengetahui kenyataan bahwa ia bagian dari keluarga Xankar. Setelah ini, Vivi pasti akan kembali mengincarnya dan bagaimana ia bisa mengangkat tangannya untuk memukul sodara kembarnya sendiri? Bagaimana ia bisa memperjuangkan Chika setelah ini jika yang harus ia lawan adalah sodaranya sendiri?
"Ada yang lagi kamu pikirin ya?" Chika bisa menebak itu dengan tepat, ia bahkan mengetahui sekarang Ara sedang memikirkan Vivi. Ara adalah gadis yang sangat polos, hatinya bersih, gadis itu pasti tidak akan mau melawan Vivi setelah mengetahui segalanya.
"Gapapa." Ara memilih tidak mengungkapkan isi pikirannya yang penuh. Ara menatap Chika, kembali tersenyum sebelum menarik pipinya. Ia mengecup singkat kedua belah bibir Chika dan memeluknya. "Percaya sama aku 'kan? Aku pasti akan terus memperjuangkan kamu."
Chika mengangguk, "Aku percaya, aku percaya sama kamu Ra." Chika membalas pelukan Ara dengan hati-hati karena takut tangannya akan melukai punggung Ara. "Kenapa kamu mencintai aku sebesar ini? Kamu bisa milih buat pergi daripada harus kesakitan karna melawan orang seangkuh dia."
"Aku memberikan cinta sebesar apa yang kamu berikan, kamu mendapatkan cinta sesuai dengan apa yang pantas kamu dapatkan. Gak ada yang lebih layak dicintai selain kamu, gak ada." Ara mengeratkan pelukannya.
Chika tersenyum, air matanya langsung menetes, entah mana yang lebih besar saat ini, kesedihannya atau kebahagiaaannya. Kalimat sederhana itu benar-benar mampu menciptakan kupu-kupu di dadanya.
Tidak lama dari sana, Fiony masuk ke ruangan, matanya perih melihat mereka berdua sedang berpelukan. Fiony masih tidak terima mereka benar-benar resmi menjadi sepasang kekasih, ia masih tidak terima Ara memutuskan hubungannya begitu saja.
Chika melepaskan pelukannya kemudian menoleh dan tersenyum pada Fiony, "Hai Fio, apa kabar?" Chika merangkul bahu Ara dengan leluasa karena sekarang Ara sudah sepenuhnya menjadi miliknya, ia tidak harus menyembunyikan kemesraannya di depan Fiony. Sedikit jahat memang, ia mengakui itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMMA
FanfictionApa yang lebih sulit dari mempertahankan sebuah hubungan? (17+)